spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Suksesnya Vaksinasi, karena Banyak yang Terlibat

Tak bisa dimungkiri melandainya kasus positif Covid 19 di Kaltim dan Indonesia umumnya, salah satunya makin masifnya pelaksanaan vaksinasi. Hebatnya, dalam pelaksanaannya, begitu banyak yang terlibat sebagai perantara.

TNI/Polri, organisasi masyarakat (ormas), perusahaan swasta, perusahaan media, masjid, gereja, vihara, otoritas keuangan, kampus, sekolah, organisasi keagamaan, pesantren, organisasi pengusaha dan lainnya.

Tanpa mereka, pemerintah dan intitusi kesehatan pasti kewalahan mengatasi antrean warga. Apalagi hingga akhir 2021, target penerima vaksin di Kaltim adalah 2,87 jiwa. Jika dosis dua kali, targetnya, 5,74 juta vaksinasi. Sedang untuk Indonesia, target penerima vaksin sebanyak 208 juta jiwa atau 2, 416 juta vaksinasi untuk dua kali dosis.

Yang membanggakan, keterlibatan mereka semua ini, masih berlangsung sampai saat ini. Termasuk, mereka turut serta membantu dalam hal pemerataan dan percepatan vaksinasi hingga ke pedalaman di seluruh wilayah Indonesia.

Vaksinasi dosis kedua di Lapas Kelas II A oleh Polres Bontang. (ist)

Tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri mengingat kondisi geografis beragam. Bukan hanya di wilayah Kaltim, tapi hampir di sejumlah daerah di Indonesia. Hal ini juga menjadi topik utama dialog virtual bertema Perjuangan Vaksinasi di Pedalaman Indonesia di Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sulbar, Mustari Mula mengakui, jika kondisi geografis yang beragam menjadi salah satu tantangan pelaksanaan vaksinasi di Sulawesi Barat.

Bahkan di wilayahnya beberapa daerah cukup terisolasi dan tidak terjangkau kendaraan roda dua. “Sangat bersyukur banyak dibantu, bahu membahu dengan berbagai elemen terutama TNI Polri, Nakes (tenaga kesehatan) dan masyarakat,” ucap Mustari, Rabu (24/11/2021).

Tak hanya bagi vaksinator, kondisi geografis ini juga menjadi tantangan bagi distribusi vaksin, khususnya sebagai upaya tetap menjaga kualitasnya. Terkait ini Mustari mengatakan, untuk distribusi ke daerah terpencil telah ditentukan dan dikalkulasi waktu dan jarak tempuhnya, sehingga vaksin rata-rata tiba tetap dalam kondisi baik.  “Stok vaksin juga terpenuhi,” imbuhnya.

Seperti halnya Sulawesi Barat, kondisi geografis juga menjadi tantangan tersendiri bagi Pacitan dalam melakukan vaksinasi. “Pacitan 85% terdiri dari pegunungan dan perbukitan,” jelas Wakapolres Pacitan, Kompol Sunardi.

Dengan pertimbangan tersebut, serta kendala mobilitas masyarakat khususnya lansia dan kaum difabel, maka untuk mempermudah akses vaksinasi, pihaknya menggencarkan vaksinasi door to door  atau mengumpulkan masyarakat di suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka.

Sunardi mengatakan masyarakat senang dengan kemudahan yang diberikan, karena selain vaksinasi, petugas juga membagikan bantuan sosial, serta peralatan seperti kursi roda yang sangat bermanfaat bagi kaum difabel.

Sunardi memaparkan, cuaca ekstrim juga cukup menjadi kendala. Dalam hal ini, Puskesmas di tingkat kecamatan masih terjangkau, namun untuk vaksinasi ke desa-desa, peran Bhabinkamtibmas, Babinsa, dan bidan desa juga dimaksimalkan untuk mendatangi dan melayani penduduk.  Penguatan jalur komunikasi dan edukasi juga dilakukan dengan pembentukan grup Whatsapp hingga ke tingkat RT dan RW.

Didukung respon baik masyarakat, upaya tersebut menghasilkan cakupan vaksinasi cukup tinggi. “Capaian vaksinasi 72,61% dan kami mengejar vaksinasi lansia yang baru 52%,” beber Sunardi.

Meski tidak memiliki tantangan geografis seperti di pedalaman, vaksinasi di perkotaan seperti Jakarta dan sekitarnya juga memiliki kendala tersendiri, selain karena terlalu banyaknya informasi.  “Berdasarkan studi, keengganan masyarakat untuk vaksinasi adalah persoalan teknis,” ungkap Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka, Devi Rahmawati.

Persoalan teknis dimaksud adalah kendala akses, transportasi, waktu, juga biaya menuju sentra vaksinasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut, ujar Devi, pihaknya bekerja sama dengan banyak unsur, melakukan vaksinasi kolosal di 900 titik di DKI Jakarta dan wilayah-wilayah peyangganya, sehingga diharapkan dapat mengakses semua warga.

Devi memaparkan, vaksinasi juga mengambil tempat yang dekat dengan masyarakat untuk mempermudah pendekatan sosial dan mengetahui kendala yang dihadapi warga setempat. Tak hanya itu, waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah tersebut.

“Membujuk masyarakat menjadi lebih mudah karena tahu persis kendala yang dihadapi,” kata Devi.

Program Vaksinasi Merdeka ini telah terlaksana 3 kali dengan melibatkan ribuan orang relawan. Dalam pelaksanaannya, Devi menyatakan pentingnya 3 unsur, yakni kerelawanan, kedermawanan, dan kepemimpinan. Ia meyakini, selama 3 unsur tersebut tercipta, maka program serupa Vaksinasi Merdeka dapat diadopsi di seluruh tempat di Indonesia.

“Pandemi membuat kearifan sosial gotong royong betul-betul terlihat, bagaimana warga dari berbagai latar belakang siap membantu,” ujarnya. Selain itu, ia menambahkan, saat ini yang sangat diperlukan adalah aksi dari kolabor-aksi.  “Jadi selain kerja sama, aksi juga paling penting,”tandasnya.

Selain kondisi geografis dan transportasi, Ketua Persatuan Perawat Nasional, Harif Fadhillah mengutarakan adanya tantangan lain yang sering dihadapi kegiatan vaksinasi di daerah terpencil.

Kendala tersebut adalah kurangnya pemahaman masyarakat. Karena itu, perawat yang memberikan pelayanan kesehatan ke daerah harus memiliki kreativitas dan kemampuan untuk memberikan pendekatan dan pengertian lebih spesifik, dengan bahasa yang dapat diterima warga setempat.  “Kita harus punya kreativitas untuk membuat media-media sederhana (misalnya gambar) yang dapat dipahami mereka,” tutur Harif.

Ia menyatakan, pembekalan informasi dan pengetahuan bagi perawat yang bertugas selalu dilakukan melalui berbagai cara. Seperti pembekalan virtual yang diberikan bagi perawat seluruh Indonesia juga pelatihan dan orientasi di masing-masing daerah.

Sedangkan tentang vaksinasi COVID-19, menurut Harif, sejatinya pemberian vaksinasi adalah pekerjaan yang sudah sering dilakukan tenaga kesehatan. “Hanya ada aspek-aspek yang harus diperhatikan, seperti KIPI, harus diinformasikan kepada nakes,” katanya.

Sinergi, kolaborasi, juga kolabor-aksi antar semua komponen akan sangat membantu suksesnya vaksinasi di daerah. Kuncinya, semua telah memiliki kesadaran: virus Corona harus dihadapi secara bersama-sama. (santo)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img