spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Saatnya Butuh Perhatian Pemkot Samarinda, Transportasi Online Kian Mengikis Eksistensi Angkutan Kota

SAMARINDA – Tahun lalu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Samarinda, Hotmarulita Manalu, mengamini bahwa  banyak angkutan kota (Angkot) yang tidak sesuai prosedur. Dilansir dari kaltimfaktual.co (31/10/2023) Manalu berupaya memperbaiki kualitas angkutan kota yang ada menurutnya hanya ada 15 angkot yang masih mengikuti prosedur Dishub Samarinda.

Berbanding terbalik pada hari ini, saat Media Kaltim di sekitaran Terminal Sungai Kunjang, Kamis (25/4/2024), Yusuf, salah satu sopir menyayangkan perhatian pemerintah kota kepada sopir-sopir angkot di Samarinda. Baginya, sopir-sopir enggan memperpanjang masa KIR atau uji kelayakan, karena memang pemerintah tidak mengusahakan kehadiran mereka yang semakin terbelakang.

Kehadiran angkutan online di Samarinda seakan menjadi ancaman nyata bagi para supir angkot. Sempat mengusahakan berdemo di depan kantor Gubernur namun usaha mereka hanya menjadi sia-sia. Yusuf bahkan dengan terang-terangan mengatakan jika Andi Harun sebagai Wali Kota Samarinda tidak pernah ada respon kepada nasib mereka.

“Jadi selama Andi Harun ini menjabat, kami tidak pernah diperhatikan. Kalau dulu masa Pak Jaang, sempat sekali Pak Jaang memberikan respon, walaupun akhirnya tetap tidak ada perubahan,” kata Yusuf.

Yusuf bersama 2 orang lainnya merasa tidak puas dengan kepemimpinan Andi Harun. Sebab nasib mereka masih terlantar, tidak jelas pendapatannya. Mereka tidak melihat Pemerintah Kota memedulikan penurunan pendapatan, sedangkan angkutan kota Samarinda sudah pernah mewarnai transportasi umum kota.

“Seandainya ada survei kepada para supir angkot, sepertinya tidak akan sampai di angka 90 persen (Mengenai survei LSI Denny JA). Tidak pernah ada pembicaraan Walikota terhadap kelangsungan supir angkot seperti kami,” lanjutnya.

Manalu, Kadishub, sempat memasukkan angkot ke dalam rencana BRT (Bus Rapud Transit) di Kota Samarinda. Namun hingga kini, sopir-sopir angkot belum menerima kabar mengenai keterlibatan mereka.

Terlepas daripada itu, Yusuf berharap pemerintah kota tetap memelihara angkutan kota Samarinda. Evaluasi serta improvisasi dari pemerintah kota diharapkan mampu menunjang pendapatan mereka yang kian hari kian memburuk.

“Kami kalau narik itu susah dapat penumpang. Paling-paling hanya bisa kembali membeli minyak. Sisanya, untuk perbaikan, itu uang pribadi kami sendiri. Nasib kami semakin tidak jelas sedangkan harga BBM terus naik,” terus Yusuf.

Ia merasa kondisi angkutan kota di Samarinda sudah tidak layak pakai. Ada yang berumur 20 – 30 tahun, jelas itu bukan kendaraan yang layak. Namun ia enggan memperpanjang KIR, sebab baginya itu sia-sia. Memperpanjang KIR sedangkan ongkos dan penumpangnya sedikit sekali, sehingga menimbulkan rasa enggan.

“Kami sudah tidak memperpanjang KIR, buat apa? Penumpangnya sangat sedikit sekali. Kemudian modal kami tidak bisa kami putar. Sekarang ini kami sudah kalah dari taksi online, dari segi kualitas dan kenyamanan, apa yang bisa kami perbuat,” tegasnya.

Meski demikian, Yusuf beserta supir angkot yang lain tetap melakukan pekerjaan mereka. Karna mereka tidak tahu lagi harus berharap pendapatan darimana disaat hampir puluhan tahun hidup mereka dihabiskan menjadi supir angkot.

“Kami tetap narik, walaupun sepi. Pasar pagi sekarang sudah tidak beroprasi, makin sepi lagi penumpang. Tapi mau bagaimana lagi, keluarga di rumah tetap harus kami biayai. Kadang malah cuma bisa bantu istri berjualan cari nafkah,” ungkapnya.

Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R

16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img