spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Jaga Kearifan Lokal, Mandau Jumbo Raih Rekor MURI, Ditawar hingga Miliaran Rupiah

TENGGARONG – Kalau bukan kita, siapa lagi? Itu kata-kata yang masih diyakini oleh Aji Ahmad Ismail. Pria asal Bukit Meratus, Kalimantan Selatan (Kalsel) ini, dalam membudayakan kearifan lokal Dayak di Kalimantan. Salah satunya parang, atau kerap disebut mandau oleh suku Dayak.

Di tengah ruang Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Loh Sumber, Loa Kulu, berjejer puluhan mandau hingga memenuhi meja. Saking panjang dan banyaknya, senjata itu terpaksa ditaruh di lantai.

Puluhan mandau itu sengaja dibawa oleh Aji Ahmad Ismail dan rekannya sesama pembuat mandau. Mereka ambil bagian saat pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong ke-19 Kukar, Rabu (26/5/2022) lalu. Jumlah ini hanya sebagian, dari ribuan karya buah tangan Aji Ahmad dan rekannya selama beberapa tahun terakhir. Mandau dibuat bersama di tempat yang mereka namakan Lamin 1001 Mandau, di Desa Margasari, Loa Kulu.

Di tempat itu Aji Ahmad Ismail membuat beberapa mandau “jumbo” alias lebih besar daripada ukuran normal. Langsung terpikir, untuk apa membuat mandau jumbo yang harus diangkat puluhan orang? Menarik perhatian jadi salah satu makna yang ingin disampaikannya.

“Ini (mandau) budaya khas kita Kalimantan. Kalau kita bikin kecil-kecil kapan orang mau liat. Umumnya agar dilihat bangsa lain, bahwa budaya Kalimantan begitu tinggi,” cerita Aji Ahmad Ismail pada Media Kaltim.com.

Koleksi paling jumbo yang dibuat Aji Ahmad Ismail dll, mencapai 6 meter. Berbahan baja asli dari bekas alat berat. Untuk membuatnya diperlukan waktu lebih dari 2 tahun, dengan melibatkan 13 pengrajin dan penempa. Tak hanya bisa menempa, mereka juga diwajibkan bisa membuat pola dan ukiran asli Dayak Kalimantan.

Menurut Aji Ahmad, mandau yang dibuatnya kebanyakan terilhami pola Dayak Kenyah. Tetapi juga membuat ukiran dari Dayak Kalimantan lainnya. Karena ukurannya di atas rata-rata, otomatis beratnya juga tidak main-main, diperkirakan mencapai setengah ton lebih. Perlu 30 orang untuk mengangkatnya.

Hasil tidak mengkhianati proses. Mandau panjang 6 meter dan dibuat dengan modal patungan mencapai Rp 40 juta itu, berhasil meraih rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI), sebagai mandau terbesar di Indonesia pada 8 Mei 2022, yang digelar di Big Mall Samarinda. Karena langka dan meraih rekor MURI, mandau sepanjang 6 meter tiu sempat ditawar hingga Rp 1 miliar lebih.

“Kedepan memecahkan (rekor) MURI sendiri, mungkin nanti saya buat umumnya (ukiran) Dayak. Saya ingin budaya ini bukan bersaing tapi memajukan dan menonjolkan untuk anak cucu kita nanti bisa melihat,” ungkap Aji Ahmad.

Keberhasilan mendapat rekor MURI, bukan satu-satunya kesempatan yang didapat Aji Ahmad Ismail dkk. Tawaran mengisi pameran tingkat lokal hingga luar negeri pernah didapat. Namun masalah klasik, dukungan dana belum sepenuhnya berpihak kepada mereka. Jadi hanya bermodal nekat dan tekad, untuk memajukan budaya kearifan lokal, jadi pilihan.

Praktis, hanya bisa mengisi pameran lokal sekitar Kecamatan Loa Kulu. Disebutkan, jumlah dan ukuran mandau yang besar jadi pertimbangan mereka tidak bisa memenuhi panggilan pameran.

Sejauh ini baru undangan ke Samarinda dan Tenggarong yang bisa dipenuhi. Padahal mereka pernah diundang ke Batam, Dumai (Riau), Pekanbaru, Sulawesi. Bahkan sempat ada ajakan dari orang Jepang untuk menghadiri event, tapi lagi-lagi dana kendalanya.

Tak heran, pria yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan tambang batu bara di Desa Jembayan ini kerap tak yakin sendiri bahwa dia mampu mengangkat budaya lokal ke ajang nasional bahkan internasional. Bagaimana tidak, selain masalah keterbatasan dana, mereka juga sering dicibir bahkan oleh orang terdekat.

Namun karena tidak peduli dengan omongan orang lain, dan demi semangat memajukan budaya lokal, apa yang dirasakan saat ini adalah hasilnya. “Tapi saya tidak peduli, karena orang budaya harus gila. Kalau tidak gila tidak akan mencapai kesuksesan dan keberanian,” tutupnya. (afi)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img