BONTANG – Kebijakan naiknya harga bahan bakar jenis pertamax berpengaruh meningkatnya kebutuhan warga menggunakan bahan bakar jenis pertalite. Setidaknya ini terlihat dari antrean panjang di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) di Bontang.
Salah satu Admin SPBU Akawi, Tri Susanto mengaku kebutuhan BBM jenis Pertalite belakangan meningkat lantaran harganya turun. Sebelumnya harganya 7.850 per liter menjadi Rp 7.650 per liter. Berbeda dengan BBM jenis pertamax yang justru naik dari harga Rp 9.200 per liter, kini menjadi Rp 12.750 per liter. “Sudah sepekan harga pertamax naik. Sementara volume penjualan pertalite meningkat karena harganya turun,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan dengan adanya perbedaan selisih harga yang cukup jauh pun membuat konsumen beralih ke bahan bakar minyak (BBM) pertalite. Untuk pasokan BBM pertalite, SPBU Akawi menyiapkan 8 ton per hari untuk masyarakat.“Pertamax juga sama 8 ton per hari,” tandasnya.
Sementara itu, Rino pengendara motor yang ikut mengantre mengungkapkan lebih memilih antre pertalite pasalnya harganya yang cukup jauh berbeda dengan pertamax. “Lumayan, bedanya sampai Rp 5.000,” tandasnya.
Seperti diketahui, harga Pertamax naik mulai 1 April 2022. Bersamaan, harga Pertalite turun di banyak daerah. Harga Pertalite mulai 1 April 2022 seragam di semua daerah: Rp 7.650 per liter. Penurunan harga ini tak lepas dari keputusan pemerintah menjadikan Pertalite sebagai BBM bersubsidi.
Pemerintah menetapkan jenis bensin RON 90 dengan nama dagang Pertalite menjadi Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP) menggantikan bensin RON 88 atau Premium. “Bensin RON 90 ditetapkan sebagai JBKP berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 37.K/HK.02/MEM.M/2022 tanggal 10 Maret 2022 tentang JBKP,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji. (ahr)
