spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Cuaca Ekstrem Landa Samarinda, Gubernur: Waspada!

SAMARINDA – Cuaca ekstrem diprediksi melanda Kota Samarinda. Prediksi itu sudah mulai terbukti dari kondisi cuaca yang terjadi beberapa hari terakhir.

Hal ini menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Samarinda dampak dari fenomena La Nina yang terjadi di Samudera Pasifik.

Forecaster BMKG Samarinda, Sutrisno menuturkan, iklim di Indonesia memang dipengaruhi fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO).

ENSO adalah fenomena global interaksi antara laut dan atmosfer. Tandanya, anomali dan suhu permukaan laut di ekuator pasifik tengah. Kalau anomalinya positif, maka disebut El Nino. Tapi kalau negatif disebut La Nina.

Akibatnya, lanjut Sutrisno, curah hujan di beberapa wilayah yang terdampak fenomena La Nina akan lebih tinggi dari biasanya. Meningkat hingga 40 persen. Sebenarnya, fenomena La Nina ini sudah berkembang sejak Agustus lalu. Indeks anomali suhunya berada di angka minus 0,6 persen.

Normalnya, fenomena La Nina itu terjadi jika indeks anomali suhunya berada di angka minus 0,5 persen. Pada Agustus lalu, indeksnya berada di angka minus 0,6. Sedangkan pada September minus 0,9. Sementara itu, indeks anomali suhu pada bulan Oktober berada di angka 0,88.

Berdasarkan prediksi dari BMKG pusat, Sutrisno menyebutkan, kemungkinan besar fenomena La Nina akan mencapai puncaknya pada akhir 2020 nanti. Dan kan mengalami penurunan pada Januari 2021. Lebih lanjut, dia mengimbau agar masyarakat waspada terkait dampak dari fenomena La Nina.

“Karena curah hujan cukup tinggi, maka masyarakat Samarinda perlu waspada akan musibah banjir dan tanah longsor nantinya,” katanya seperti ditulis siberindo.

ISRAN: WASPADA

Gubernur Kaltim Isran Noor ikut menaruh perhatian serius terhadap perubahan cuaca ini. “Namanya kita ini kan waspada. Hampir semua bencana potensinya ada di Kaltim,” ungkap Gubernur Kaltim Isran Noor, kepada awak media, Jumat (27/11) lalu.

Masa pancaroba di musim penghujan ini memang memicu cuaca dingin dan curah hujan yang tinggi. “Sehingga mengakibatkan air hujan berlebih dan tidak tertampung,” ulasnya.
Maka, potensi terjadinya banjir semakin besar juga tanah longsor. Kondisi ini hampir merata di setiap wilayah Kaltim.

Sebaliknya, fase cuaca panas ekstrem akan menimbulkan kebakaran. Terutama, kebakaran di kawasan lahan, hutan dan kebun serta tidak menutup kemungkinan kebakaran di kawasan pemukiman.

Selain itu, tidak menutup bencana alam lainnya bisa terjadi dan tidak dapat diprediksikan seperti bencana banjir, tanah longsor dan kebakaran. “Walaupun Kaltim tidak ada gempa. Tapi bencana-bencana bisa saja terjadi, yang kita tidak tahu,” ungkapnya.

Oleh karena itu, langkah antisipasi perlu dilakukan semua pihak, baik pemerintah, aparat Polri dan TNI, swasta (perusahaan) dan masyarakat.
“Kita apresiasi jajaran Polda Kaltim sudah melakukan konsolidasi kesiapsiagaan dan antisipasi bencana alam,” pungkas Isran. (red)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img