spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Cooking Class Moriosphere: Kedaulatan Pangan Dimulai dari Keberagaman

SAMARINDA – Moriosphere, acara Festival Kampanye Orang Utan masih berlangsung di Museum kota Samarinda pada Sabtu, (4/5/2024). Kali ini, acara yang berlangsung adalah Cooking Class atau Kelas memasak yang  diisi oleh Maulana Yudhistira, salah satu pegiat kuliner di Samarinda yang biasa dikenal dengan sosok “lelaki dapur”.

Ia mengkampanyekan kedaulatan pangan melalui keberagaman. Salah satu yang ditawarkan adalah masakan yang berasal dari bahan-bahan dari hutan atau pinggiran hutan yang biasa dikonsumsi masyarakat.

“Temanya malam ini menceritakan merapal belantara Kalimantan. Karena beberapa bahan yang disajikan berasal dari hutan atau pinggiran hutan,” terang laki-laki berkacamata itu.

Menu-menu yang disajikanpun beraneka ragam, di antaranya, ada tebu telur, kecombrang atau jaung, mandai, pisang juga tapai. Setiap peserta bebas menikmati hidangan yang disiapkan oleh Maulana Yudhistira. Sehingga setiap peserta mendapatkan pengalaman makan makanan hutan pertama kalinya.

“Kalau teman-teman ingin resepnya, saya akan bagikan. Karena ini memang untuk membuat teman-teman bisa merasakan langsung pengalaman dari makanan daerah Kalimantan,” terusnya.

Menurutnya, potensi pangan di hutan Kalimantan sangatlah melimpah. Namun semua kembali kepada memori rasa. Jika sejak kecil sudah sering disuapi nasi, maka makanan yang cocok adalah nasi. Melalui pengalaman makanan daerah inilah, memori rasa peserta diperkaya dan diajak untuk memperluas pengetahuan pangan Kalimantan.

“Selera itu terbentuk, maka membiasakan makan makanan daerah akan membentuk rasa kepada masakan tradisional. Itulah kenapa makanan rumah itu terasa sangat nyaman,” kata pria yang akrab disapa Yudhistira itu.

Penting baginya untuk menegaskan mengenai ketahanan pangan yang sempat menjadi isu hangat beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan bahwa ketahanan pangan merupakan bagian dari kedaulatan pangan, untuk itu hal yang perlu ditawarkan adalah keberagaman. Dengan keberagaman pangan yang melimpah, seharusnya potensi makanan tradisional dari hutan dapat memberikan jawaban.

“Makanan di Indonesia itu tidak hanya padi, kita banyak punya jenis karbohidrat seperti singkong, sagu, jagung dan umbi-umbian. Itu semua bisa menjadi pilihan pemenuhan karbohidrat kita,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menganggap bahwa isu ketahanan pangan haruslah dibarengi dengan keberagaman pangan. Perlu mengkampanyekan keberagaman pangan di daerah, sebab membuka lahan berhektar-hektar jika tidak memberikan kedaulatan pada pangan, itu akan terasa sia-sia.

Menemukan peminat dirasa menjadi awal untuk dapat memperluas jangkauan makanan daerah khususnya makanan hutan. Soal rasa, iapun tidak meraguka sama sekali, karena semua kembali kepada proses pengolahan dan penyajian.

Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img