spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berkat Beasiswa Repatriasi ADEM, Anak-anak TKI ini Bisa Lanjutkan Sekolah di Malang

MALANG – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) hingga saat ini terus berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak Indonesia dengan memberikan beasiswa program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM).

Beasiswa ADEM adalah beasiswa yang diberikan kepada peserta didik yang tinggal dan berasal dari Wilayah Papua, Daerah Khusus dan Repatriasi untuk melanjutkan pendidikan menengah. Program bantuan pembiayaan pendidikan dari pemerintah pusat ini dikelola langsung Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek.

Nah, kali ini ada 2 orang anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Malaysia yang beruntung  mendapatkan beasiswa ADEM. Yakni, Siti Aisyah dan Maslan Bin Isham yang saat ini bersekolah di SMK Brantas Karangkates, Malang, Jawa Timur.

Siti Aisyah menceritakan bahwa sejak kecil tinggal bersama orangtuanya di Malaysia. Ia pun bersekolah di Sekolah Indonesia Johor Bahru hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kemudian, saat menjelang lulus SMP, Aisyah mengaku mendapatkan informasi dari kakak-kakak kelasnya mengenai beasiswa ADEM ini. Akhirnya, nasib baik pun diterimanya. Aisyah bisa melanjutkan pendidikan di SMK Brantas Karangkates, Malang, Jawa Timur.

BACA JUGA :  Tol Samarinda-Bontang Dicoret dari Daftar PSN 2022, Ini Alasan Ketua KPPIP

“Saya sekarang kelas XII jurusan Tata Boga,” terang Aisyah saat ditemui di Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Malang, pada Selasa (7/11/2023).

Awal mula berniat untuk mengajukan beasiswa ini, Aisyah sempat berdiskusi dengan orang tuanya. Karena pastinya akan tinggal lama di Indonesia untuk melanjutkan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Diakui pula, sejak masuk di SMK Brantas, dirinya belum ada pulang ke Johor. “Saat itu ibu setuju. Saya juga tertarik dengan Tata Boga karena hobi saya memang suka memasak. Saya sampai sekarang juga belum pernah pulang,” terang Aisyah.

Ibunda Aisyah memang merupakan asli Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Malaysia dan menikah dengan pria asli Kuala Lumpur, Malaysia. Mereka tinggal di Johor  Bahru. Dan kini setelah ayah dan ibunya berpisah, sang ibu bekerja sebagai penjaga toko di Johor Bahru. “Cita-cita saya harus bisa lulus dan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Karena saya nantinya ingin membuka usaha restoran masakan Indonesia dan Melayu,” tuturnya.

BACA JUGA :  Demokrat Kaltim tolak pemilu tertutup, Rakyat menjadi tidak berdaulat

Sejak awal mengikuti kegiatan belajar mengajar di SMK Brantas tersebut, Aisyah mengaku tak menemukan kesulitan.  Hanya saja, terkendala masalah bahasa.

“Rata-rata teman-teman kan pakai bahasa Jawa. Ada juga pelajaran bahasa Jawa. Bahasanya juga Jawa halus, yang saya tidak mengerti sama sekali. Tapi lama-lama saya sedikit-sedikit mengerti,” tuturnya.

Adapun Aisyah mengungkapkan bahwa dirinya  senang bisa melanjutkan sekolah di Indonesia. Menurutnya, kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di Malang sudah sangat bagus.  “Di sini enak sekolahnya. Suasananya juga enak. Hampir sama dengan di Malaysia. Teman-teman dan guru juga tidak membeda-bedakan,” seru Aisyah yang kini sudah memiliki KTP Indonesia.

Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh Maslan Bin Isham yang juga bersekolah di SMK Brantas kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak.

Tak banyak yang diceritakan oleh Maslan mengenai pengalamannya bersekolah di Malang. Dia hanya mengungkapkan senang bisa kembali ke Indonesia. Dia pun bisa mendapatkan beasiswa ini juga mendaoat informasi dari kakak kandungnya. Akhirnya dia mencoba mengajukan dan diterima.

BACA JUGA :  Kilang Pertamina Balikpapan Tingkatkan Kapasitas hingga 360 Ribu Barel per Hari

Berbeda dengan Aisyah, kedua orang tua Maslan adalah asli Indonesia dan berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. “Sejak kecil saya sudah dibawa pindah ke Sabah. Dan saya juga sekolah di sekolah Indonesia,” kata Maslan.

Keinginannya saat ini adalah ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Tujuannya, tentu dapat mengangkat perekonomian keluarganya  yang saat ini bekerja di perkebunan sawit. “Saya cuma ingin lulus dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,” tutupnya.

Pewarta : Nicha Ratnasari

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img