spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah 100 Tahun Masjid Raya Darussalam, Simbol Perkembangan Islam di Kota Samarinda

SAMARINDA— Tepat pada tahun depan Masjid Raya Darussalam Samarinda genap berusia 100 tahun. Dimulai pada tahun 1925, Masjid Raya dahulunya Bernama Masjid Jami’ yang terletak persis di seberang bangunan Masjid Raya Darussalam. Di tahun itu, ukuran Masjid Jami’ masih sekitar 25 x 25 meter, tanpa adanya halaman di sekeliling masjid. Seiring berjalanannya waktu, Masjid Jami’ tak lagi mampu menampung jemaah meski telah dibangun pendopo bertingkat apalagi saat salat Ied.

Kemudian atas dasar inisiatif tokoh masyarakat dengan pemerintah daerah maka dibangunlah masjid yang lebih besar untuk menampung jemaah. Pada 9 November 1963 dilakukanlah peletakan batu pertama untuk bangunan tersebut, yang dilakukan oleh Bapak A. M. Parikesit sebagai kepala daerah Istimewa Kutai. Namun hingga tahun 1967 proses pembangunan tak kunjung terlaksana.

Saat Media Kaltim menyambangi kantor Pengurus Masjid Raya Darussalam Samarinda, Hefni, salah satu pengurus hari besar Islam menuturkan bahwa arsip masjid masih disimpan dengan rapi. Ia sendiri merasa bahwa masjid ini memiliki sejarah yang lumayan panjang, di mana dirinyapun masih belum berada di sana.

“Sejarahnya cukup panjang, mungkin waktu pembangunan masjid ini, saya masih belum ada di sini,” jelasnya.

Lebih lanjut, pada 26 Desember 1967 dibentuklah Yayasan Masjid Raya Samarinda, untuk berperan dalam pelaksanaan pembangunan selanjutnya. Dari berbagai hasil pertimbangan, pada akhirnya diambil keputusan agar memindahkan lokasi masjid raya ke tanah kosong pemberian Pemda seluas 15.000 meter persegi.

Lantas kegiatan pelaksanaan pembangunan Masjid Raya Samarinda sempat dipercayakan kepada Bapak H. M. Kadrie Oening yang menjabar sebagai Wali Kota Tingkat II Samarinda selaku ketua.

Penduduk Kota Samarinda pada tahun 1990 berjumlah 407.897 jiwa, sebagai konsekuensi dari perkembangan penduduk diperlukan penyediaan sarana dan fasilitas sosial yang memadai guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga dibangunlah Masjid Raya Samarinda.

Di masa jabatan Gubernur H. M. Ardans, ia memberi perhatian lebih terhadap perkembangan bangunan Masjid Raya Samarinda. Upaya dilanjutkan dengan merenovasi bangunan dengan keseluruhan 3.550 meter persegi. Luas bangunan tersebut meliputi bangunan berlantai 3 seluas 7.200 meter persegi dengan kapasitas daya tamping 14.000 ribu jemaah. Seiring waktu berlalu Masjid Raya mengalami beberapa kali renovasi hingga menjadi Masjid Raya yang sekarang dengan tetap mempertahankan beberapa bagian bangunan yang lama dari tahun 1990.

“Segala arsip mengenai Masjid ini masih tersimpan rapi di sini. Baik dari sejarah maupun data-data yang lain. Sehingga catatan sejarahnya tetap bisa direkam dengan baik,” jelas Hefni lagi.

Jika merujuk kepada sejarah yang terurai, Masjid Raya Darussalam tidak bisa dihindari dari simbol perkembangan Islam di Kota Samarinda. Dengan perkembangan penduduk di Samarinda, Masjid ini seakan menjadi bukti sejarah yang berdiri gagah di tengah kota.

Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img