spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

New Normal Lintas Negara

Menjelang akhir tahun 2021 ini, 2 tahun sudah pandemi COVID-19 melumpuhkan bukan hanya Indonesia namun hampir seluruh negara di dunia. Pandemi COVID-19 akhirnya memunculkan sebuah kebiasaan hidup baru yang disebut new normal.

COVID-19 membuat perubahan pola hidup baru pada dunia agar manusia tetap bisa menjalankan aktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19. Begitu pula yang dirasakan oleh salah satu peserta program IISMA, Rifqi Favian.

Favian, panggilan akrabnya, juga merasakan perubahan pola hidup di Era New Normal ini. Mahasiswa Fakultas FISIP Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2018 Universitas Mulawarman yang saat ini tengah menjalani program pertukaran pelajar dari KEMENDIKBUD di Negara Portugal ini ikut merasakan bagaimana pelaksanaan kebijakan dari negara Indonesia maupun Portugal yang tentunya juga berbeda.

Sebelum akhirnya Favian ke Portugal, ia sempat menghabiskan masa-masa awal pandemi COVID-19 muncul di negara Indonesia, menurutnya banyak aktivitas dan interaksi sosial yang terhambat selama masa awal pandemi, “Semenjak Maret 2020 langsung berubah total.

Mulai dari program himpunan mahasiswa, kegiatan belajar mengajar, bahkan sampai teman-teman gitu langsung pada bubar dan semenjak itu udah jarang banget ketemu teman kelas. Bahkan ada yang putus kontak juga beberapa teman kuliah, karena gak ada ketemu lagi”.

Penerbangan Favian ke negara penjelajah ini pun tidaklah berjalan dengan mudah. Pada saat itu, Indonesia tengah memperketat akses penerbangan domestik maupun non-domestik yang disebabkan oleh lonjakan kasus COVID-19, “ Jadi lebih ribet gitu. Adanya PCR, peraturan masuk negara satu ke negara lainnya, peraturan transit. Kebetulan kami waktu itu transitnya di Turki dan peraturannya ketat banget. Gak boleh keluar bandara, jadi Cuma di bandara aja. Sampai di Portugal juga karena sistem mereka yang ketat, semua dokumen kami diperiksa seperti PCR. Data vaksinasi juga di periksa waktu itu.”

Favian juga mengatakan bahwa setelah melalui pemeriksaan ketat di bandara, keadaan di Portugal sendiri berbanding terbalik dengan di Indonesia. Sesampainya ia di Portugal pada September 2021, program vaksinasi sudah 80% terlaksana sehingga ia tidak perlu melalui proses karantina.

Untuk berada di fasilitas ruang publik terbuka pun tidak diwajibkan menggunakan masker. Bahkan, bila di Indonesia pada saat itu memberlakukan lockdown dan pembatasan jam malam, di Portugal sendiri tidak ada pembatasan untuk makan di restoran maupun pembatasan jam malam.

Favian mengaku sempat merasa cemas dan parno dalam proses beradaptasi New Normal disana. Ia mengaku masih terbawa budaya Indonesia di Portugal yang mana masih menerapkan wajib menggunakan masker, padahal di Portugal cenderung lebih santai dalam pelaksanaan protokol kesehatan.

Ketanggapan pemerintah Portugal dalam menangani Pandemi Covid-19 memberikan rasa aman dan nyaman bagi Favian. Kemudahan seperti pemeriksaan Antigen yang diberikan secara gratis, masyarakat hanya perlu booking di website, pilih jadwal dan datang.

Di Porto sudah ada 28 klinik yang menyediakan antigen gratis dan bukan hanya untuk warga Portugal saja, namun juga bagi para tourist pendatang dengan persyaratan memiliki identitas diri resmi seperti passport maka dapat diperbolehkan. Sedangkan untuk program PCR disubsidi.

Bahkan, sejak September lalu, kegiatan studi di Portugal sudah dilaksanakan serentak secara luring dengan persyaratan menggunakan masker, sedangkan di Indonesia hingga saat ini program belajar secara luring baru berlaku per bulan Oktober lalu dengan kapasitas 25-50%.

Saat ingin mengunjungi fasilitas publik pun di Portugal termasuk lumayan longgar, misalnya saja ketika kita memasuki tempat-tempat kecil atau dine in maupun take away pada restaurant atau cafe biasanya tidak memerlukan Qr Code yang sudah terintegrasi di seluruh Eropa kecuali saat ingin memasuki sebuah pusat perbelanjaan ataupun ke fasilitas publik yang dapat menampung pengunjung dalam kepasitas besar.

Meskipun keadaan di Portugal dan Benua Eropa sempat menempati sebagai wilayah teraman dari kasus Covid-19 dan dapat dikatakan berhasil mengimplementasikan New Normal, saat ini dengan adanya kasus dari varian baru Omicron yang sedang meningkat penyebarannya.

Pemerintah setempat sudah bertindak cepat untuk mengantisipasi dengan cara memberikan kebijakan baru yang telah diumumkan pada bulan November lalu, bahwa pada awal tahun nanti benua eropa akan mengadakan lockdown dari tanggal 2-9 Januari 2022.

Lockdown pada Portugal sendiri biasanya tidak jauh berbeda dengan negara Indonesia seperti pembatasan pengoperasian fasilitas publik dan restaurant, bahkan pembatasan pada akses tourist yang akan masuk dan keluar, juga dapat dipastikan saat di gate masuk ke portugal petugas dengan ketat akan memeriksa kelengkapan Hasil keterangan negatif covid (PCR maupun Antigen) dan mengisi beberapa formulir namun tidak ada razia prokes maupun jam malam bagi masyarakat. Masyarakat juga masih diperkenankan tidak menggunakan masker.

Keterbelakangan penanganan kasus covid di Indonesia sendiri sebenarnya bukanlah akibat peran pemerintah saja yang lambat, namun menurut Favian di Indonesia sendiri merupakan negara terpadat dengan populasi yang lebih banyak jadi proses penyebaran informasi pun lebih lambat dan terkadang memang tidak faktual lagi.

Tetapi masih terdapat kelompok-kelompok yang memang secara terbuka ngelawan vaksin dan hal tersebut kemungkinan terjadi karena tidak meratanya akses informasi dan literasi media pada masyarakat terlebih di pelosok daerah 3T sehingga mereka tidak mengerti urgensi vaksin dan kandungan bahan-bahannya. “Orang-orang Indonesia dalam kasus ini lebih ignoran dan lebih vokal dengan statement mereka yang udah terbukti salah.”

Favian juga mengharapkan bahwa pemerintah dapat lebih tegas dan terarah dalam pelaksanaan kebijakan dan penertiban masyarakat nya, maupun terpusatnya sistem informasi resmi dari pemerintah agar masyarakat tidak bisa meragukan kebenarannya dan begitu juga masyarakatnya diharapkan agar memiliki kesadaran sehingga dapat patuh dan sama-sama berjuang di masa pandemi ini.

Penulis : Dayang Annisa Yunita Sari, Tiara Nasha Hanz, Shera Vanessa Sarazar; Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img