spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Nasib Para Janda Menanti Upah dari PT SLJ yang Tak Kunjung Terbayar

SAMARINDA— Di antara ratusan buruh yang berdemo, ada ibu bernama Mawar. Seorang janda anak 1 yang sudah berbulan-bulan tak punya pendapatan. Ini sudah ketiga kalinya ia melakukan aksi demonstrasi.

Dirinya berharap akan ada kabar mengenai gajinya yang tak kunjung terbayar. Memang hingga aksi yang ketiga pada Senin, (25/3/2024) di depan Disnaker Samarinda, pihak SLJ masih mangkir dari wawancara, sehingga kepastian gaji tanpa kabar, apalagi THR.

“Saya ini janda, anak 1. Anak saya mau kuliah, tapi bagaimana? Saya sendiri tidak punya pendapatan. Selama ini saya bertahan dari uang tabungan, bahkan bila terpaksa, saya harus meminta uang kepada pihak keluarga,” tuturnya.

Ibu Mawar mengaku, bahwa dirinya sudah mencoba melamar di tempat lain. Namun sayang, kontrak kerjanya bersama Sumalindo masih akan berakhir di bulan Juni nanti. Ia masih ingin memperjuangkan haknya, sebagai seorang janda, apalagi yang bisa diharapkan.

“Saya sudah mau keluar, tetapi masih ada kontrak. Teman saya menolak saya bekerja dengan dia, karena dianggap hanya mengisi waktu luang saja. Sedangkan saya sendiri masih mengharapkan gaji 3 bulan yang belum dibayar oleh Sumalindo,” lanjutnya.

Ia juga bercerita bahwa dirinya sempat masuk 10 hari setelah para buruh lain cuti. Gaji untuk 10 hari itu dibayar 4 kali, sampai akhirnya ia memilih bergabung dengan teman yang lain, menolak bekerja hingga gajinya terbayarkan.

Pihak PT SLJ sendiri sudah melayangkan tawaran, yaitu membayar gaji mereka dengan hasil produksi pada bulan April. Mendengar hal itu, Ibu Mawar mengaku gerah, sebab gaji merekapun selama ini masih dibayar dengan mecicil oleh Perusahaan. Ia menolak keras tawaran dari PT SLJ dan memilih tidak bekerja sampai gajinya dibayarkan.

“Sempat dicicil gaji saya, tapi malah begini. Saya tidak akan bekerja kembali sampai gaji saya dibayarkan. Saya tidak tergiur dengan janji manis perusahaan, sudah berapa kali kami dijanjikan hasilnya tetap belum dibayar,” ungkapnya lagi.

Keluh kesah Mawar pun dibenarkan oleh puluhan janda-janda lain yang mengharapkan haknya dipenuhi pihak PT. SLJ.

Seorang janda yang tak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa dirinya sampai tidak bisa membayar uang sewa rumah dan terpaksa pindah. Ia memiliki 4 anak, meski 2 anaknya sudah menikah, ia tetap harus menghidupi 2 anaknya yang lain.

“Sempat pindah gara-gara tidak bisa membayar uang sewa. Mau tidak mau, karena sayapun tidak memiliki uang untuk membayar uang sewa. Ada juga 2 anak yang harus saya hidupi,” ucapnya.

Para karyawan PT SLJ yang berstatus janda nyatanya tidak membuat pihak SLJ memberikan keterangan. Menurut kesaksian dari Serikat Buruh Samarinda, Yoyok Sudharmanto, pihak SLJ mengakui adanya kerugian sekitar Rp 180 miliar. Sayangnya saat pihaknya meminta laporan keuangan perusahaan, PT SLJ hanya menerangkan laporan tahunan saja.

“Mereka bilang adanya kerugian, tapi saat kami mintai laporannya, ternyata pihak SLJ hanya menerangkan tentang laporan keuangan tahunan, ya buat apa jadinya,” ungkapnya.

Mawar bersama teman-teman janda lainnya, akan terus memperjuangkan haknya. Mereka akan terus melakukan aksi, berorasi, sampai benar-benar ada surat perjanjian mengenai gaji mereka. Sebagai janda, mereka sangat membutuhkan biaya untuk menghidupi keluarganya. Mawar merasa pihaknya selama ini selalu dibodohi oleh perusahaan, sedangkan layanan pengaduan tidak pernah ada dalam perusahaan.

“Kami sangat susah untuk melakukan pengaduan. Sebab kami tidak bisa mencapai kantor, kami selalu diarahkan ke tele, kemudian pihak tele yang menyampaikan ke HRD,” tekannya lagi.

Bersama janda-janda lain, Mawar merasa kecewa atas perlakuan PT SLJ. Bagaimana nasib mereka, sisa kontrak mereka, sedangkan sampai saat ini semua perjuangan mereka tidak mendapatkan respons yang memuaskan dari PT SLJ.

Ketua Serikat Buruh Samarinda (Serinda), Yoyok Sudarmanto menjelaskan bahwa pihaknya akan mencoba melakukan mediasi sekali lagi. Jika tetap tidak ada kejelasan, maka pihaknya siap mengajukan ke pengadilan ketenagakerjaan.

“Semoga perjuangan kawan-kawan buruh tidak sampai ke pengadilan, namun jika memang harus, maka kami siap membawa kasus ini ke pengadilan. Kita lihat saja hasil dari mediasi di hari kamis yang akan datang,” pangkasnya.

Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img