spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Menyapu Harapan: Perjuangan Ibu di Jalanan dalam Semangat Kartini

SAMARINDA— Isu perempuan seakan menjadi pembahasan yang tidak pernah usai. Budaya patriarki di Indonesia sempat memperkeruh posisi perempuan dalam lingkaran masyarakat. Namun seorang perempuan Bernama Raden Ajeng Kartini memperjuangkan hak perempuan di Indonesia melalui emansipasi di awal-awal kemerdekaan negeri ini. Setelah itu, hingga kini, perempuan terus memantapkan peran sebagai salah satu pilar penting bagi kemajuan bangsa ini.

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Media Kaltim menemui Siti (38), sosok ibu sekaligus perempuan yang bekerja sebagai petugas kebersihan kota Samarinda.

Saat Media Kaltim mendatanginya, ia sedang beristirahat di pinggir trotoar Jalan Slamet Riyadi. Dengan kerudung yang lusuh setelah bekerja, Siti tetap tersenyum menerima sapa sembari menikmati santap siang yang diberikan oleh seseorang yang tak dikenal.

Siti adalah sosok wanita yang ramah, wajahnya penuh dengan raut riang, meski terik sempat matahari membakar wajahnya. Baginya seorang perempuan tidak dinilai dari kecantikan saja, melainkan dari apa yang ia perjuangkan.

“Anak-anak zaman sekarang berlomba-lomba mempercantik dirinya, bersolek, tapi itu semua tidak ada gunanya jika mereka tidak berjuang. Perempuan tetap harus berjuang demi keluarga dan anak-anaknya,” ungkapnya.

Setiap hari dari jam 12 siang, dia berangkat dari rumahnya di Cendrawasih untuk bekerja di sekitaran Jalan Slamet Riyadi hingga jam 6 sore.

Tidak ada hari libur, kalaupun harus mengambil libur, ia tetap harus mencari pengganti untuk membersihkan tempat yang menjadi tanggung jawabnya. Namun dirinya tidak mengeluh, bahkan dengan senang hati bekerja sebagai petugas kebersihan kota, semua itu dilakukan demi anak-anaknya.

“Capek itu pasti, tapi kalau pulang ke rumah, terus liat anak-anak dan suami, sepertinya rasa lelah itu langsung hilang. Mereka sudah seperti obat bagi saya, mereka seperti sumber kebahagiaan saya,” lanjutnya.

Pekerjannya bukan tanpa risiko, ia sering diperlakukan dengan tidak baik oleh oknum masyarakat Samarinda. Ia bercerita tentang kelakukan masyarakat yang melemparinya sampah ketika ia sedang menyapu jalanan. Kemudian ia juga sempat diserempet oleh pengendara mobil saat ia sedang hamil anak ketiganya. Syukurnya, dirinya sempat dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa, sayangnya nasib tidak berpihak kepada dirinya. Meski anak itu lahir, beberapa bulan kemudian anaknya berpulang.

“Pekerjaan begini bukan berarti tanpa risiko. Kadang ada saja yang melempari sampah saat saya menyapu, parahnya, saya juga pernah diserempet orang padahal saya sedang hamil anak ketiga. Untungnya ada polisi waktu itu yang membantu, sehingga yang menabrak saya mau bertanggung jawab,” katanya.

Meski begitu Siti tidak ingin mengeluh, ia tidak memedulikan apa kata orang mengenai pekerjaannya. Selama apa yang ia kerjakan halal, ia akan terus berjuang demi anak-anaknya. Hingga kini anak pertamanya bisa lulus SMA dari hasil ia menjadi petugas kebersihan kota Samarinda. Ia percaya, selama seseorang berjuang rezeki akan terus ada.

Kepada Media Kaltim, Siti mengaku tidak ingin diam di rumah saja, ia ingin membantu ekonomi keluarganya.

Menurutnya, perempuan juga punya peran dalam keluarga, tidak hanya bisa menunggu hasil dari suaminya saja. Siti adalah satu dari sekian banyak perempuan yang terus memelihara semangat perjuangan demi tujuannya. Tujuan Siti sendiri adalah suami dan anak-anaknya. Ia sangat begitu bersyukur dikaruniai keluarga yang sangat sayang padanya.

Di Hari Kartini ini, sosok  Siti merupakan contoh nyata mengenai perjuangan perempuan mengais harapan melalui perjuangannya di bawah terik matahari atau guyuran hujan. Entah disadari atau tidak, itulah satu bentuk emansipasi,  Siti hanyalah satu dari sekian perempuan yang terus menjaga semangat perjuangan.

Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R

16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img