spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kaloborasi Generasi Milenial dalam Mempertahankan Eksistensi Budaya dan Bahasa

Sejak dahulu komunikasi sudah menjadi kebutuhan makhluk hidup. Komunikasi mempunyai peranan sangat penting dalam berbagai lingkup kehidupan manusia, khususnya untuk diri sendiri dimana kita dapat berinteraksi dan berkomunikasi sebelum merealisasikan dalam aktivitas keseharian.

Dalam masyarakat multikultural, orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda pun perlu berkomunikasi. Namun disatu sisi komunikasi dapat juga menimbulkan berbagai kesalahpahaman atau konflik dalam suatu hubungan. Kesalahpahaman bahkan ”miss communication” bisa saja terjadi dalam suatu kelompok atau individu karena perbedaan budaya dalam masyarakat.

Namun komunikasi antarbudaya menjadi sangat diperlukan dalam interaksi orang-orang dalam masyarakat multikultural, karena komunikasi antarbudaya berlandaskan pengakuan terhadap pluralisme seperti yang terkandung dalam multikulturalisme.

Komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan karena budaya merupakan dasar dari komunikasi. Namun perilaku seseorang dalam berkomunikasi khususnya dalam budaya juga berbeda satu dengan yang lainnya, melihat karena adanya perbedaan kebutuhan dan latar belakang dari seseorang.

Namun kenyataan juga menunjukkan bahwa kita sekarang hidup dalam masyarakat yang bersifat pluralis dan multikultural, sehingga akan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Perbedaan dalam budaya bisa saja didasarkan pada suku, etnis, budaya, agama, bangsa, dan bahkan negara.

Di Indonesia sekarang banyak juga pencampuran budaya yang masuk dalam lingkup bahasa yang digunakan dalam keseharian dan pergaulan seseorang, khususnya di kalangan generasi milenial. Generasi milenial semakin memiliki peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi bahasa, melalui media dan teknologi digital yang semakin berkembang.

Bahasa Indonesia tetap menjadi jati diri sekaligus identitas bangsa Indonesia yang memegang peranan penting pada semua aspek kehidupan. Hal tersebut akan berdampak pada perkembangan bangsa Indonesia, namun keadaan sekarang fungsi dari bahasa dan budaya mulai terlihat digantikan atau digeser oleh kebudayaan asing dan adanya perilaku yang menyelipkan istilah bahasa asing.

Hal itu banyak dilakukan generasi milenial saat ini karena perilaku atau sikap mereka yang meyakini akan terlihat modern dan terpelajar, hingga menggunakan berbagai alasan lainnya yang mempermudah komunikasi di era modern. Karena itu bisa dikatakan generasi milenial saat ini mengagumi revolusi industri dan inovasi.

Beberapa kelompok bahkan cenderung mengabaikan masalah sosial, padahal peran dari generasi milenial adalah untuk kemajuan masa depan bangsa Indonesia, sehingga seharusnya diperlukan integrasi generasi milenial untuk tetap mempertahankan budaya multikultural dengan tidak menghilangkan keaslian bangsa Indonesia.

Lalu bagaimana seharusnya sikap generasi milenial dalam menghadapi banyaknya perubahan besar-besaran yang disebabkan adanya inovasi yang mengubah sistem dan tatanan kehidupan di era new normal ini? Yaitu dengan tetap mempertahankan eksitensi bahasa dan budaya di Indonesia.

Dalam perkembangan yang terjadi, peranan generasi milenial dengan tetap melestarikan budaya sangat penting untuk diperhatikan bahkan harus direalisasikan, dengan cara melestarikan kebudayaan asli bangsa dengan mempertahankan dan tidak dicampurkan dengan kebudayaan bangsa asing. Karena hal itu bisa menjadi suatu ancaman terhadap budaya asli yang menggambarkan lokalitas khas daerah dalam negara ini.

Generasi milenial seharusnya menjadi tonggak penting dalam budaya bangsa yang memuji hedonisme dan modernitas. Karena itu, diperlukan suatu bentuk kolaborasi milenial dan strategi oleh mereka yang notabenenya penerus bangsa dalam memanfaatkan peran media dan informasi digital untuk mencegah efek negatif dari luar yang dapat menjadi faktor globalisasi pengancam kebudayaan asli bangsa kita.

Selain itu, generasi milenial harus bisa menempatkan posisi mereka menjadi representasi bangsa ini untuk memperkenalkan kebudayaan asli terhadap kebudayaan asing di luar sana, dengan melakukan pendekatan menyebarkan budaya Indonesia melalui internet.

Contohnya, dengan penekanan penyebaran melalui blog pribadi atau sosial media, menjadikan media tersebut sebagai sarana untuk mampu memperkenalkan dan mempertahankan peran budaya dan bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan sehari-hari seharusnya generasi milenial dibiasakan untuk tetap menggunakan Bahasa Ibu (mother tongue) yaitu bahasa pertama yang diperoleh dan dikuasai seseorang, yang biasa dipakai di sekitar lingkungannya sedari mereka kecil, yaitu bahasa indonesia dan bahasa daerahnya. Sebagai dasar cara berfikir seseorang juga dalam beraktivitas, setelahnya baru bahasa daerah digunakan.

Selain karena faktor internal yaitu keinginan mereka untuk mengikuti perkembangan zaman dan takut ketinggalan bahan modern, adapun faktor eksternal yaitu situasional yang sangat mempengaruhi sikap generasi milenial dalam penggunaan bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu perilaku konsumtif, salah satunya dipengaruhi oleh budaya digital dan penggunaan internet yang juga membawa masuk kebudayaan barat didalamnya, menurut pengamat digital lifestyle Ben Soebiakto.

Generasi milenial sebenarnya memiliki banyak ide-ide menarik dan memiliki karakter yang sangat produktif, dalam berinteraksi bukan hanya untuk komunikasi namun dalam mengonsumsi konten dan menciptakan sebuah konten yang mengikuti perkembangan zaman.

Bahasa yang banyak diluaskan sekarang contohnya bahasa gaul dan singkatan-singkatan yang menjadi kebiasaan penggunaan bahasa di kalangan mereka. Seharusnya generasi milenial dapat berkaloborasi dengan tetap meningkatkan kekreatifan mereka dengan tetap melampirkan kebudayaan asli didalamnya, sehingga dampak negatifnya dapat diminimalisir dan pelestarian budaya dan bahasa tetap ada.

Melihat pentingnya peran generasi milenial dalam pemanfaatan sumber daya mereka untuk tetap menjaga eksistensi budaya dan bahasa, maka perlunya kesadaran dari individu tersebut akan identitas yang akan menjadi modal bagi masyarakat Indonesia untuk bangkit dari berbagai persoalan dan keterpurukan.

Dapat kita bayangkan jika suatu generasi penerus kehilangan identitas asli dari negaranya ataupun daerahnya, maka dapat dipastikan ke depan lingkungan tersebut akan kehilangan arah yang jelas dalam membangun karakter masyarakat.

Selain kesadaran yang penting dilakukan, generasi harus mampu memiliki sikap pengetahuan dengan cara perlibatan yang mereka lakukan dalam menjaga budaya multikultural. Mereka dapat mengubah cara pandang mereka tentang sebuah kebudayaan asing yang masuk, bahwa suatu kebudayaan asing tidak harus selalu diikuti perkembanganya.

Melainkan bagaimana kita dapat meminimalisasi tidak terpengaruhi akan hal-hal tersebut. Mengubah cara pandang itu tentu menggunakan berbagai cara yang dimana sangat sulit untuk mengubah perilaku seseorang yang sudah terdoktrin dengan suatu nilai. Karena itu, mengubah cara pandang ini membutuhkan peran public relations, yaitu berupa komunikasi persuasif salah satunya.

Komunikasi persuasif suatu proses yang dapat mengubah sikap, keyakinan, pandangan, atau perilaku. Melalui hal ini generasi bisa memanfaatkan atau membuat suatu kegiatan dalam merancang suatu pesan dalam bentuk informasi atau berita, dengan menggunakan sejumlah strategi, yang bertujuan untuk membujuk khalayak mengubah pandangannya.

Dengan demikian tahapan penyadaran terhadap publik, terkhusus kalangan milenial ini sangat dibutuhkan peran aktif pemerintah untuk mempromosikan secara massif di tengah masyarakat, baik melalui media cetak, elektronik, media sosial maupun berbagai konten atau event budaya yang menarik.

Hal tersebut dilakukan untuk tetap melestarikan kebudayaan asli Indonesia, karena masyarakat memiliki keuntungan, baik untuk pelestarian dan pewarisan generasi selanjutnya. Kebudayaan lama akan bertahan atau tergantung bagaimana generasi saat ini mampu menjaga dan menentukan eksitensi di masa mendatang, sehingga kebudayaan di Indonesia tetap bertahan di berbagai situasi dan tidak mengalami kepunahan. (**)

Penulis:
Putri Anju Aini dan Rani Rahayu
(Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img