spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Bupati Sapa Petani, Cari Solusi Masalah Pertanian demi Kemandirian Pangan

LONG BAGUN – Deretan tenda kayu berdiri berhadap-hadapan mengapit jalan Trans Kalimantan tak jauh dari Kampung Mamahaq Besar. Di antara rungkup beratap terpal itu ratusan petani perwakilan dari berbagai kampung di lima kecamatan di Mahakam Ulu (Mahulu) berkumpul.

Sepanjang malam mereka bertukar pikiran masalah pertanian di lapangan. Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh turun langsung menawarkan sejumlah solusi kemandirian pangan.
“Masalah kami jalan ke ladang sering becek dan kekurangan pupuk, pak,” kata warga Kampung Datah Bilang Ilir, Piden dalam sesi temu wicara malam itu, Sabtu, 10 September 2022.

Pertanyaan selanjutnya datang dari perwakilan Daniel Hibau, perwakilan kelompok Tani Kampung Long Hubung Ulu. Mereka mempertanyakan apakah mereka bisa mendapat bantuan racun rumput kimia.  “Kalau kami menebas rumput bisa memakan waktu 2-3 bulan. Kalau pakai racun rumput hanya 2-3 hari saja,” kata Daniel.

Menanggapi pertanyaan soal pupuk, Bupati Bonifasius menjawab idealnya, 1 hektare ladang padi membutuhkan 1 ton pupuk kompos organik per hektare. Penambahan kompos ini mulai ia gunakan di ladang percontohan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) di Kampung Mamahaq Besar.

Di ladang seluas 4 hektare itu, ia menambahkan pupuk organik sebanyak 4 ton. Masing-masing 2 ton pupuk ia datangkan dari Samarinda dan Kampung Mamahaq Besar. Harga rata-rata per 2 ton mencapai Rp 3,7 juta.

Pupuk itu dicampur bersama tanah sebelum memulai proses tanam. Setelahnya ditambahkan pupuk organik cair ketika padi mulai dewasa. “Bagi kampung, bisa menganggarkan pembelian pupuk lewat APB-Kampung atau menggunakan Dana Desa,” ujar Bupati Bonifasius yang juga Ketua KTNA Mahulu ini.

Mengatasi permasalahan pupuk tersebut, Bupati Bonifasius menambahkan sedang digagas integrasi Sapi-Padi di Mahulu tahun ini. Lewat program ini, petani bisa mendapatkan pupuk kompos dari kotoran sapi yang dipelihara di ladang penggembalaan seluas 2 hektare tak jauh dari ladang padi.

Selain mendapat pakan di ladang penggembalaan, sapi-sapi ini bisa diberi makan dedak atau jerami hasil panen padi. Siklus Sapi-Padi akan tercipta. Bukan hanya memanen padi. Melainkan bisa memanen daging sapi. “Bisa juga dianggarkan oleh desa membuat pelatihan membuat pupuk organik mandiri dari bahan di sekitar kampung,” saran bupati.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) Mahulu Saripuddin memberi penjelasan tambahan. Ada berbagai jenis rumput pakan ternak yang bisa dikembangkan di ladang penggembalaan sapi. Beberapa jenis rumput pakan sapi seperti Kingress dan Setaria banyak tumbuh di Mahulu.

Karena kemudahan itu, para peteranak sapi diharapkan lebih dulu membudidayakan rumput pakan ternak sebelum pengadaan bibit sapi. “Jangan sampai kita diperbudak sapi,” ujar Saripuddin.

Kembali ke Bupati Bonifasius. Mengenai jalan usaha tani, ia menyarankan kelompok tani membuat proposal kepada Pemkab Mahulu. Proposal itu dijadikan bahan pengajuan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau dinas lain. “Pembangunan jalan usaha tani juga bisa dianggarkan dari Dana Desa,” ujarnya.

Dan, untuk mengatasi rumput di ladang, Bupati lebih menyarankan menggunakan metode yang ramah lingkungan dibandingkan menggunakan herbisida kimiawi. Yakni menggunakan arit, lingga atau bantuan buruh lainnya. Petani juga bisa membuat herbisida alami menggunakan bahan di sekitar. Teknis pembuatan bisa dipelajari di internet maupun berkonsultasi dengan DKPP. (adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img