spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berkunjung ke Salamander Captive Breeding di Austin, Belajar Hal Besar dari ”Imutnya” Salamander

TEXAS – Menjadi salah satu peserta dalam  Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Environmental Sustainability Professional Program tentunya membuat Muhammad  Wahdini mendapatkan pengalaman berharga. Warga Balikpapan satu ini berkesempatan untuk ikut dalam sharing session di dalam kegiatan tersebut.

Wahdini mengatakan, tiap peserta YSEALI diminta pendapatnya mengenai apa yang telah dipelajari dari studi tiru yang dilakukan selama 4 hari di Austin, Texas, Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu. Menariknya, saat itu membahas mengenai Salamander.

Ya, Salamander. Binatang air kecil seukuran telunjuk tangan dengan panjang satu jengkal tangan atau 7 cm. Bentuk tubuhnya sekilas seperti cicak, kulitnya tembus pandang dan terkadang terlihat warna kuning, orange dan ungu. Yang mencolok adalah insang berwarna merah muda yang keluar seperti tanduk dari lehernya.

“Saya mendapatkan kesempatan kedua untuk berbicara, saya bilang begini, “Yang mengagumkan adalah saat Kota Austin memberikan perhatian besar pada hal atau sesuatu yang kecil, yang mungkin bagi sebagian orang sesuatu yang sepele yaitu perlindungan terhadap Salamander,” terangnya kepada MediaKaltim.com pada Rabu (9/8/2023).

Wahdini menjelaskan, ada 3 spesies Salamander yang hanya hidup di perairan Kota Austin, yaitu Barton Springs Salamander, Austin Blind Salamander, dan Jollyville Plateu Salamander. Kedua jenis salamander yang disebutkan awal hanya hidup di Barton Springs, sebuah kolam renang dari mata air alami seluas 3 hektar, sepanjang seperdelapan mil dan menjadi tempat berenang bagi warga sepanjang tahun.

“Karena hidup di area kolam yang diakses publik, habitatnya terancam punah akibat dampak pembangunan, kualitas air buruk, dan metode pembersihan agresif yang digunakan di Barton Spring Pool,” tuturnya.

Setelah melalui proses penelitian, pertarungan hukum, dan keputusan politik yang panjang, lanjut Wahdini, akhirnya Salamander ditetapkan ke dalam daftar spesies terancam punah pada tahun 1997 setelah 7 tahun diajukan. “Kepentingan para pengembang atau pengusaha dan juga politisi adalah mereka khawatir jika Salamander ditetapkan jadi spesies terancam punah maka pembangunan di Kota Austin akan terhambat,” imbuh Wahdini.

Lebih lanjut Wahdini mengungkapkan,  Pemerintah Kota Austin tetap pada keputusannya, yang mana  setahun kemudian membuat fasilitas penangkaran Salamander untuk mempertahankan populasi penangkaran Barton Spring Salamander yang layak. Kota juga menunjuk ahli biologi, dan mendedikasikan minimal $20.000 setiap tahun untuk pengembangan dan pemeliharaan program penangkaran.

“Fasilitas penangkaran salamander yang  kami datangi tersebut berada di Austin Science & Nature Center Salamander.  Bangunannya tidak terlalu besar, di dalamnya tersusun rak-rak dengan akuarium kecil yang berisi Salamander,” jelasnya.

Saat mengunjungi tempat tersebut, Wahdini bersama rombongan disambut antusias oleh Dee Ann Chamberlain, seorang Ahli biologis Aquatik yang menasbihkan hidupnya untuk meneliti Salamander. Dee Ann bercerita panjang tentang Salamander, pola hidup, dan berkembang biak, dan terakhir menunjukkan seekor Salamander tertua yang di penangkaran, umurnya 25 tahun.

“Kami pikir, ia akan ditempatkan pada aquarium yang lebih besar ketimbang Salamander yang usianya lebih muda. Tapi pikiran itu keliru. Ketika kami lihat binatang itu dari dekat, ia masih seperti salamander pada umumnya, tubuhnya tak besar signifikan walaupun hidup lebih lama, tapi hanya mungkin lebih panjang 1-3 cm saja,” ujar Wahdini.

Dengan adanya kondisi tersebut, Wahdini pun mengapresiasi Pemerintah setempat yang telah memberikan perhatian yang besar, menggelontorkan uang yang tak sedikit, dan membuat pusat penangkaran agar habitat Salamander tetap terjaga dan tak punah. Bahkan, pada tahun 2018, Pemerintah Kota Austin menyelidiki dan menutup 3 pembuangan sedimen yang mengarah ke Barton Spring Pool karena berdampak buruk terhadap kehidupan akuifer kolam dan berpengaruh pada kehidupan Salamander.

“Langkah ini menunjukkan keberpihakan yang nyata terhadap perlindungan alam dan lingkungan di tengah desakan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dan kali ini, setidaknya, lingkungan menang, dan itu dimulai dari keberpihakan pada hal kecil. Pada  Salamander,” pungkasnya. (rls/cha)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img