spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Adrofdita Beber Skenario Pembangunan Bontang Pasca Migas: Maksimalkan Sumberdaya Lokal hingga Pengembangan Wilayah

BONTANG – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DRPD) Bontang Adrofdita mengungkapkan, bahwa Kota Bontang sebagai amanat otonomi daerah, masih sangat bergantung pada porsi transfer dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Oleh karena itu, menurut politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, dalam rangka menuju kemandirian, maka kota ini harus mempertimbangkan dua skenario besar yang penting untuk dikerjakan oleh Pemkot Bontang.

Skenario 1: Memaksimalkan Sumberdaya Lokal

Untuk menghadapi masa pasca Migas, Pemkot Bontang perlu menjalin kerjasama resmi dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC), Badak NGL, dan Industri Migas dan Mineral (IMM) untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah:

A. Bidang Pendidikan.

Memanfaatkan instalasi, tenaga ahli serta managerial yang ada di PKT, Badak NGL, IMM, untuk menciptakan Bontang:

  1. Sebagai sentra pendidikan Vokasi dan Perguruan Tinggi bidang Industri Hilir & Pengolahan Gas Bumi, serta Pendidikan Teknikal (Operator alat berat, Welder, Safety Officer).
  2. Memperluas fasilitas magang mencakup lulusan Setingkat SMU-SMK hingga Perguruan Tinggi, baik lulusan yang “pintar hingga kurang pintar, termasuk juga yang disable”.
  3. Sasaran utamanya adalah menjadikan Bontang kiblat pendidikan khas dimaksud, tempat rujukan/studi banding dari luar Bontang, disamping penyediaan tenaga kerja spesifik yang siap kerja.
  4. Dalam hal peningkatan minat baca dan literasi, dengan cara kolaborasi PKT, Badak NGL, IMM, berkontribusi langsung dalam membangun sistem perpustakaan berakreditasi A dalam bentuk percontohan, sebutlah misalnya dalam 2 tahun masing-masing 3 unit SMP, 3 unit SMU, 1 unit STM.

B. Bidang Pariwisata:

Kerjasama hingga didukung Peraturan Daerah (Perda):

  1. Menjadikan Lapangan golf, Sintuk Golf dan Badak Golf, sebagai destinasi wisata Bontang, dikemas selain sarana olahraga rutin juga diselenggarakan event lokal dan nasional terjadwal dan rutin.
  2. Kolaborasi PKT, Badak NGL, IMM, mendesain hutan mangrove terpadu dan unik, dilanjutkan dengan membangun percontohan area wisata hutan mangrove unik tersebut di area terdekat masing-masing perusahaan tersebut, tersambung ke satuan lokasi wisata mangrove sebelahnya.
  3. Memperkuat Area Wisata pulau Tihi-Tihi, Salangan dan Gusung, serta segera mewujudkan kerjasama dengan Pemprov Kaltim dalam membangun wisata Beras Basah.

Langkah-langkah di bidang Pendidikan, Pariwisata, dan Literasi akan mengakselerasi Bontang dalam memproduksi sumber daya manusia yang handal dan wisata unik, meningkatkan kunjungan dari luar ke Bontang, mendukung Bontang mandiri pasca migas, sekaligus juga sebagai penopang Bontang sebagai HUB IKN.

Lebih lanjut, Adrofdita berharap dengan payung kerjasama hingga bila diperlukan dibuat Peraturan Daerah dapat memberi energi bagi ketiga perusahaan tersebut untuk spesifik menyediakan anggaran khusus untuk membangun kedua bidang tersebut, sebagai dua agen pendukung menuju Bontang berkelanjutan pasca migas (sustainable city).

C. Pararel, antara lain guna mendukung A, B, dan C, Pemerintah Kota Bontang penting untuk segera menyiapkan “display” presentasi, untuk melobi Pemprov Kaltim hingga Pusat untuk kembali memasukkan Jalan Tol Samarinda-Bontang sebagai Proyek Prioritas Nasional (diharapkan sudah terbangun dalam lima tahun ke depan).

Skenario 2: Pengembangan Wilayah dengan Kerjasama KUTIM dan KUKAR.

Skenario ini berangkat dari asumsi bahwa:

  1. Dari timur ke barat, Bontang-Muara Koman-Ujoh Bilang bisa tersambung via Jalan Darat (plus jembatan).
  2. Di Wilayah Kukar dimaksud telah berkembang Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Perkebunan Sawit (Sumber Daya Alam terbarukan).
  3. Di Wilayah Kutim dimaksud, saat ini berada terjepit antara area HTI dan Perkebunan Sawit di Barat dan di timur dengan Kota serta Pelabuhan Bontang, maka dengan pengubahan Hutan konversi ke Areal Penggunaan Lain (APL), akan bisa menjadi area HTI dan perkebunan sawit (sumber daya alam terbarukan) dan sebagian timur sebagai area pemukiman. Jika tidak seluruhnya, maka sebagian area yang di APL kan sudah mencukupi untuk jalannya skenario ini.
  4. Bontang akan menjadi area industri hilir dan pelabuhan yang bisa dijangkau oleh bahan baku dari area Kukar dan Kutim dalam waktu relatif pendek (beberapa jam saja) yang sudah barang tentu waktu tempuh pendek ini menjadi daya tarik investasi hilirisasi hingga ekspor hasil industri dari bahan baku HTI dan sawit.

“Perlu kerjasama serius dan sistematis untuk Bontang-Kukar-Kutim bisa mewujudkan hal tersebut. Sudah barang tentu dengan tujuan Sustainable Country menguntungkan semua pihak secara proporsional, bisa tanpa harus merubah status dan batas wilayah, dan teristimewa hal ini akan mnjdikan Bontang Sustainable City,” pungkas Adrofdita yang juga anggota Komisi I DPRD Bontang. (MK)

16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img