spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Yuk, Intip Harga Sapi dan Kambing di Samarinda Jelang Iduladha

SAMARINDA— Mendekati Iduladha 2024, Media Kaltim mencoba mengunjungi salah satu pedagang sapi di Samarinda pada Kamis (23/5/2024). Rahmat, pedagang sapi di Jalan Harun Nafsi mengatakan bahwa tahun ini ia menyiapkan 37 sapi untuk dijual. Sedangkan untuk kambing belum datang, karena  biasanya 10 hari sebelum Iduladha.

“Kami biasanya dalam pengiriman dari Mamuju bisa seharian. Dari jam 5 pagi berangkat, bisa sampai jam 12 ke sini,” ujarnya.

Di tempatnya, Rahmat membanderol sapi paling rendah di angka Rp 18 – 30 juta perekor. Semua tergantung dengan berat sapinya. Untuk jenis sapi yang ia jual hampir semuanya jenis sapi Bali.

“Ada satu yang besar tapi sudah terjual, harganya Rp 30 juta. Ini sisanya yang sedang-sedang saja,” tambahnya.

Semua sapi yang dijualnya telah melewati pemeriksaan di Sulawesi. Ia menjelaskan bahwa sapi-sapi tidak bisa dikirim ke Samarinda kalau tidak melewati tes yang dilakukan oleh dinas setempat.

“Dari pemeriksaan darah sampai siap dikirim itu jangka waktunya 10 hari. Untuk pemeriksaan sendiri, kami menghabiskan uang Rp 1 juta perekor,” sahut Rahmat.

BACA JUGA :  Petani Milenial Diminta Manfaatkan Bantuan Bibit dari Pemerintah

Namun ia merasa bahwa itu sedikit memberatkan. Selain karena waktu, biaya lainnya terlalu banyak. Rahmat mengaku tetap mengikuti aturan demi keamanan dan kesehatan sapi-sapi yang ia jual.

Tahun lalu, ia berhasil menjual 43 ekor sapi. Sayangnya ada 5 ekor yang dijual rugi hanya untuk menghabiskan stok. Ia berharap bahwa tahun ini bisa menjual habis sapi-sapinya. Sejauh ini ada 10 ekor yang sudah dipesan, akan lebih banyak nanti mendekati Hari Raya Kurban.

“Kalau kambing kami jual dari Rp 3 sampai Rp 6 juta. Tergantung dari besar dan berat kambingnya,” tambahnya.

Untuk kambing, Rahmat mengaku bisa menjual 30-an ekor mendekati Iduladha. Bahkan, Rahmat menjamin kesehatan sapi-sapi dan kambingnya. Sebab setiap hari ia selalu mengecek setiap sapi dan kambing dan iapun tinggal bersama dagangannya itu.

“Tahun lalu ada petugas Dinas yang mengecek, tapi sampai saat ini belum ada pemeriksaan dari Dinas,” ungkap Rahmat.

Kemudian, Rahmat menjelaskan bahwa ada juga sapi yang lebih murah, biasanya sapi dari NTT. Yang membedakan adalah berat dan kualitasnya. Kalau sapi NTT biasanya tidak diternak di kandang, ia dibebaskan di ladang, sedangkan sapi-sapinya itu murni diternakkan.

BACA JUGA :  DPR RI Siapkan Skenario Pindah ke Ibu Kota Negara Baru

“Kalau soal makan, biasanya kami habiskan satu pick up penuh sehari. Biasanya cari di tempat-tempat yang memang banyak rumput. Kalau di Sulawesi kami kasih makan daun lamtoro biar gemuk, tapi di sini kami tidak bisa,” pungkasnya.

Pewarta: Khoirul Umam
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img