spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tekan Pembukaan Mangrove dengan Budidaya Udang Ramah Lingkungan

TANJUNG REDEB – Potensi tambak udang windu di Kabupaten Berau cukup menjanjikan. Apalagi jika dikelola dengan ramah lingkungan di ekosistem mangrove. Seperti yang dilakukan Kampung Pegat Batumbuk Kecamatan Pulau Derawan. Potensi udang disana mencapai sekitar 7.000 ha. Meskipun masih banyak yang menggunakan cara tradisional.

Sejak 2020, sebagian petambak udang di Pegat Batumbuk telah melakukan budidaya udang ramah lingkungan di ekosistem mangrove menggunakan metode Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE). Yang dapat mengoptimalkan produktifitas udang dilahan seluas 2 ha saja, sudah setara dengan lahan 10 ha dengan cara tradisional.

Pegat Batumbuk sendiri menjadi proyek percontohan bersama Kampung Suaran dan Tabalar Muara di Kabupaten Berau. Itu juga upaya untuk menekan pembukaan mangrove untuk dijadikan tambak udang.

Bupati Berau Sri Juniarsih didampingi dinas terkait meninjau langsung metode budidaya udang ramah lingkungan di Kampung Pegat Batumbuk Kecamatan Pulau Derawan, Senin (4/9/2023).

Bupati Berau Sri Juniarsih berharap budidaya udang windu dengan metode SECURE dapat dicontoh oleh kampung-kampung lain yang memiliki potensi yang sama. Pemkab Berau dalam hal ini juga banyak dibantu oleh YKAN.

“Saya harap di Pegat Batumbuk ini dapat dicontoh oleh kampung-kampung lain yang memiliki potensi atau tambak-tambak yang pernah mati yang mungkin sudah tidak potensi lagi. Untuk bisa dipotensikan lagi sehingga bisa memberikan dampak positif secara ekonomi untuk masyarakat Berau,” ucapnya, Senin (4/9/2023).

Di samping itu juga dapat menghidupkan hutan mangrove. Karena metode SECURE juga membutuhkan mangrove untuk menjaga ekosistem tetap lestari.

Sri juga meminta dinas terkait untuk memetakan kampung-kampung yang memiliki potensi yang sama untuk menggunakan metode SECURE.

“Atau ketika ada tambak-tambak milik petambak yang sudah mati yang mungkin bisa dihidupkan kembali,” ucapnya.

Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Berau, Dahniar Ratnawati menyebut, sejauh ini sudah ada 20 petambak udang yang bergabung dan menggunakan metode SECURE. Baik dari Pegat Batumbuk, Biatan dan Tabalar Muara.

“Itu adalah bentuk kemitraan kita dengan YKAN dalam rangka mewujudkan tambak yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kalau tidak ramah lingkungan tentu banyak abrasi,” tuturnya.

Komitmen Pemkab Berau juga dituangkan dalam Perbup Nomor 44 Tahun 2017 tentang pedoman budidaya yang sesuai ramah lingkungan. Namun hanya ada pembatasan soal pemanfaatan area tambak agar tidak digerus atau dieksploitasi.

“Untuk itu, SECURE adalah salah satu konsep bagaimana lahan yang terbuka itu di tata kembali, direstruktur supaya bisa maksimal dengan konsep natural dan alami,” jelasnya.

Dengan kehadiran mangrove disitu ekosistem dapat saling bersinergi antara ikan dan udang. Pemasaran udang windu juga sudah keluar daerah, meskipun ekspor tersebut masih melalui Tarakan. Harganya pun mencapai Rp 175 ribu per kg. Jika sudah mendapat sertifikasi tentu harganya akan lebih mahal, karena sudah diakui sebagai udang premium.

“Harapan kita, kedepannya ini terus ada edukasi dan peningkatan SDM sampai konsep ini bisa diterima oleh masyarakat,” terangnya.

Menurut, Senior Manager Ketahanan Pesisir YKAN, Mariski Nirwan, pihaknya juga bertujuan untuk mensertifikasi udang windu Berau agar mendapatkan harga dan pasar yang premium.

Hanya saja yang masih menjadi pekerjaan rumah yakni produktifitas udangnya. Perlu pengembangan dan berbagai riset dengan balai-balai yang ada. Juga untuk melihat produktifitas secure dengan cara membuat data base tambak.

“Kami harap turupan mengrove meningkat. Dan produksi tambak udang juga semakin meningkat,” harapnya. (mnz/dez)

Pewarta: Amnil Izza
Editor: Dezwan

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img