spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sisihkan Ekonomi Ekstraktif, Saatnya Kembangkan Ekraf

Ekonomi kreatif (ekraf) merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam perekonomian daerah. Bisa menghilangkan ketergantungan pada eksploitasi sumber daya alam. Saatnya Kaltim mengembangkan sektor yang mengandalkan ide, pengetahuan, dan kreativitas ini.

Tim Peliput: Andi Desky, Yahya Yabo, Ramlah Effendy

Kaltim memiliki beragam karya kreatif yang memiliki nilai unggul secara estetik maupun fungsional. Baik karya kriya dan wastra, produk olahan makanan (kuliner), seni pertunjukan tradisional (tarian dan lagu yang dipentaskan pada festival budaya) maupun seni pertunjukan modern seperti musik.

Kriya dan wastra Kaltim sudah dikenal dengan baik di pasar nasional maupun global. Kriya itu di antaranya ukiran kayu ulin, anyaman rotan, kerajinan manik-manik maupun kerajinan mandau. Wastra atau kain tradisional Kaltim saat ini juga sudah populer.

Wastra Kaltim yang sudah dikenal seperti tenun ulap doyo, Sarung Samarinda, batik Kaltim dengan berbagai motif khas, seperti Ketopong, Lembuswana, Tambak Karang, Lai, Daun Singkil, Naga Kutai, Sulam Tumpar, Bedong Tencep, Nya’ap, Macan Dahan, Batik Tumang, Kuntul Perak, Beras Basah, Daun Jajar, Wakaroros dan lain lain.

Plt Kepala Dinas Parawisata Kaltim, Muhammad Irvan Rivai mengatakan hasil identifikasi yang termuat dalam Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Daerah (Talanpekda), menunjukkan 10 subsektor ekraf masuk dalam 7 lapangan usaha Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim, yaitu industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya.

Pelaku Ekonomi Kreatif Kaltim:

  • 118.733 Kuliner
  • 225 Penerbitan
  • 11.966 Fesyen
  • 129.642 Kriya

Sumber Data: Talanpekda Kaltim

Kesepuluh subsektor ekraf yang terdapat di tujuh lapangan usaha tersebut memberikan kontribusi sebesar 30,21 persen terhadap struktur PDRB Kaltim. Kontribusi 7 lapangan usaha yang didalamnya terdapat 10 subsektor ekraf pada tahun 2019 sebesar Rp 147,11 miliar.

Industri pengolahan merupakan lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 66,08 persen atau memiliki nilai sebesar Rp 97,21 miliar. Selanjutnya perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar Rp 26,99 miliar (18,35%).

Berikutnya, informasi dan komunikasi sebesar Rp 7,79 miliar (5,30%), jasa pendidikan sebesar Rp 7,13 miliar (4,85%), penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp 4,33 miliar (2,94%), jasa lainnya sebesar Rp 2,74 miliar (1,86%), dan jasa perusahaan sebesar Rp 908,97 juta (0,62%).

“Telah dipetakan juga ada 3 unggulan ekraf Kaltim, yakni kuliner, kriya dan wastra, serta pengembangan aplikasi. Sementara ada 3 subsektor yang potensial, yakni seni pertunjukan, fotografi, videografi, film dan musik,” jelas Irvan kepada mediakaltim.com, Kamis (11/8/2022).

Irvan menjelaskan, untuk pengembangan ekraf di Kaltim telah disusun sejumlah strategi yang merupakan langkah-langkah berisikan program-program pengembangan ekonomi kreatif indikatif yang mengacu pada arah kebijakan, strategi dan sasaran pada Perpres Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif (Rindekraf).

Arah kebijakan dan sasaran pengembangan ekonomi kreatif di Kaltim akan dilakukan pemberdayaan pelaku ekraf, peningkatan pembiayaan bagi usaha ekraf, penyediaan infrastruktur dan teknologi yang memadai dan kompetitif bagi pengembangan ekraf, peningkatan pemasaran dan promosi karya kreatif, peningkatan perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual dan lain sebagainya.

“Kita tiap tahun memberikan pelatihan dan memang konsepnya dari Kementerian (Kemenparekraf) ke pengembangan SDM (sumber daya manusia) semua. Kita harus bisa dari daerah, desa yang terkecil dulu mencoba menciptakan masyarakat parawisata dan ekraf,” jelasnya.

Selama ini ujarnya, Dinas Parawisata kabupaten/kota yang memiliki data pelaku ekraf, Dispar Kaltim hanya koordinasi. Namun Irvan menyatakan, bagi pelaku ekraf di Kaltim diharap segera mendaftarkan diri ke kaltimkreatif.id, sehingga dapat diberikan pelatihan dan pendampingan pengembangan ekraf.

Diketahui Menteri Parawisata dan Ekonomi (Menparekraf) Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off Kabupaten Kota (KaTa) Kreatif 2022 pada Januari 2022. Dalam program ini terdapat 21 kabupaten dan kota kreatif terpilih dari total 64 kabupaten dan kota yang ikut serta.

KaTa Kreatif salah satu program unggulan Kemenparekraf/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (BPEK) untuk menggali, mengelola, dan menumbuhkembangkan kreativitas dan potensi lokal kabupaten atau kota di Indonesia. Program ini sejalan dengan prinsip kebijakan tepat sasaran, tepat waktu, tepat manfaat, serta memahami kebutuhan masyarakat.

Di Kaltim, Balikapapan dan Kutai Kartanegara terpilih menjadi KaTa Kreatif. Balikpapan dinilai memiliki perekonomian terbesar seantero Kalimantan. Hal ini didukung oleh pesatnya perkembangan dunia digital di Balikpapan. Dengan pesatnya dunia digital, Balikpapan menempatkan subsektor aplikasi dan pengembangan game sebagai salah satu unggulan.

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan, Kota Balikpapan memiliki potensi besar pada subsektor aplikasi dan game. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan inovasi dan kreativitas yang didukung oleh pemasaran berbasis teknologi. Sehingga, itu dapat menjangkau lebih banyak orang.

Pengembangan subsektor ekraf aplikasi dan game ke depannya juga dapat menjadi lokomotif bagi subsektor ekraf terkait lainnya seperti desain produk dan fashion.

”Kita ingin menciptakan game-game Indonesia yang bisa bersaing. Karena memang Indonesia ini adalah pasar yang bertumbuhnya sangat cepat di bidang game. Balikpapan ini akan bertumbuh karena adanya IKN,” kata Sandi dalam keterangan pers yang dikutip, Rabu (27/7/2022).

Sementara Kutai Kartanegara memiliki ciri khas dalam mengembangkan seni budaya, terutama seni pertunjukan. Wisatawan dapat menikmati berbagai seni pertunjukan unggulan, mulai dari Tari Jepen, Tari Tanjung, Tari Topeng Kutai, Tari Kancet Ledo, dan seni drama Mamanda.

Menparekraf melihat pelaku ekonomi kreatif di Kukar memiliki potensi yang besar untuk maju. Terbukti dari karya-karya yang ditampilkan, mulai dari film, musik, dan seni pertunjukan yang memiliki daya tarik yang tinggi.

“Di Kutai Kartanegara selama ini identik dengan ekonomi ekstraktif. Saatnya kita bawa narasi baru, yaitu ekonomi kreatif yang berbasis imajinasi, kreativitas, inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” kata Menparekraf  saat Workshop KaTa Kreatif Indonesia 24 Juli 2022 di Pendopo Kantor Bupati Kukar.

Kota Samarinda sedang disiapkan untuk ikut serta program KaTa Kreatif dengan keunggulan musik. “Daya dukungnya ada di Samarinda, ada SDM, eventnya ada, punya produknya, punya artisnya seperti Novi Umar, Murphy Radio dan lainnya,” jelas Awang Khalik, Adyatama Kepariwisataan dan Ekraf Ahli Muda Dispar Kaltim. (eky)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img