spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Perladangan Menetap Dorong Petani Miliki Lahan Tersertifikasi

LONG BAGUN – Bupati Mahakam Ulu (Mahulu) Bonifasius Belawan Geh kembali meyakinkan petani tentang beragam manfaat pertanian ladang menetap dengan sentuhan teknologi modern. Pola baru ini diyakini bakal membawa petani Mahulu semakin sejahtera dan berdiri di atas kaki sendiri. Bahkan mereka bisa memiliki lahan tersertifikasi sehingga mengurangi konflik agraria.

Keyakinan ini disampaikan Bupati setelah pengamatan panjang pola perladangan berpindah yang selama ini dijalankan turun-temurun petani Mahulu. Di kalangan akademikus, pola pertanian ini dikenal dengan pertanian gilir balik.

Di setiap musim tanam padi ladang berpidah, para petani membuka ladang baru dengan cara mencincang dan membakar sisa belukar dengan harapan mendapat tambahan pupuk alami sisa pembakaran. Siklus itu berulang sampai mereka kembali ke ladang awal.

Setelah padi tumbuh, para petani sebatas menyiangi lahan dan mengusir hama. Padi dibiarkan tumbuh alami tanpa penambahan pupuk dari luar. Sebatas mengharapkan nutrisi tanah dari sisa pembakaran belukar. Dalam banyak kejadian yang diketahui Bupati, pola pertanian tradisional seperti ini hasilnya kurang memuaskan. Banyak padi yang kosong tak berisi karena kurang nutrisi.

“Dengan ladang menetap, kita tidak perlu lagi membakar lahan. Sehingga tidak berisiko kebakaran hutan,” ujar Bupati ketika menyapa ratusan petani dari berbagai kampung di Mahulu, Sabtu, 10 September 2022 malam di ladang percontohan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Mahulu yang berlokasi di Kampung Mamahaq Besar.

Manfaat lain perladangan menetap disampaikan Bupati yang juga Ketua KTNA Mahulu yakni petani semakin fokus merawat dan meningkatkan hasil pertanian. Ongkos produksi pertanian bisa lebih ekonomis karena tak perlu membuka, membakar dan membuat pondok di ladang baru. Perladangan menetap juga membuat petani terhindar dari konflik agraria.

“Jadi, tidak ada warga lain menggunakan lahan kita. Jangan terus-menerus tidak punya lahan. Nanti lama-lama kita tidak punya lahan bersurat atau bersertifikat,” ujarnya.

Lantas, bagaimana cara petani mendapatkan unsur hara di ladang menetap? Sebagai solusi, dia menyarankan petani menambahkan setidaknya 1 ton pupuk kompos organik per hektare sebelum musim tanam. Pupuk itu bisa didapat dari kompos kotoran sapi atau bahan lain di sekitar kampung. Sebagai contoh kompos organik pelepah pisang.

Bahkan mulai tahun ini, para petani disarankan mulai membuka tambahan 2 hektare lahan penggembalaan sapi. Selain memperoleh daging sapi bernilai ekonomis, petani bisa mendapatkan hasil pupuk kompos kotoran sapi berkelanjutan. Pupuk kompos dinilai lebih ekonomis dibandingkan pupuk kimia dalam kemasan.

Oleh karena itu, Bupati mengajak para petani serius menggalakkan pertanian padi di ladang menetap terintegrasi dengan sapi. Usaha yang berjalan berdampingan ini diyakini menambah pendapatan petani dari hasil penjualan beras maupun daging sapi.
“Kalau kita mampu memproduksi di lahan yang semakin besar, maka semakin banyak pendapatan yang kita dapat. Sehingga lebih sejahtera,” tutupnya.

Jalur Pendukung Hasil Bumi
Pola pengembangan ekonomi ini sejalan dengan semangat pengembangan perkotaan, perkantoran dan niaga di Kabupaten Mahakam Ulu di masa mendatang. Sekretaris Daerah Mahulu Stephanus Madang mengungkapkan, pusat perkantoran dan perkotaan baru tidak hanya meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.

Masyarakat sekitar pun merasakan dampak ekonomi pembangunan. Pusat perkotaan baru semisal di Sebenaq, Ujoh Bilang bakal dilengkapi akses darat yang menghubungkan kota dan ladang-ladang warga. Peladang di sekitar sabuk hijau perkotaan bisa memanfaatkan jalur poros tersebut untuk membawa hasil panen. Perlahan-lahan, warga di sekitar perkotaan baru akan beralih dari sistem ladang gilir balik menjadi menetap. (adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img