TANJUNG REDEB – Kantor Perbendaharaan Negara (KPPN) Tanjung Redeb mengungkapkan realisasi penyaluran usaha Ultra Mikro (UMi) per 8 Agustus 2023 telah mencapai Rp 402 juta dengan debitur atau pelaku usaha 48 orang. Itu menurun jika dibandingkan realisasi tahun lalu di tanggal yang sama.
Usaha yang mendapatkan pembiayaan UMi ini bergerak di bidang yang cukup beragam seperti usaha bengkel, penjahit, kuliner, dan penjual peralatan rumah tangga.
Menurut Kepala KPPN Tanjung Redeb, Gusti Hasbullah, hal tersebut sesuai data Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) dan realisasi pembiayaan UMi sampai dengan 8 Agustus 2023. Capaian penyaluran ini jauh lebih rendah 39,4 persen atau sebesar Rp 262 juta jika dibandingkan tahun 2022 pada periode yang sama (YoY). Di tahun 2022 realisasi pembiayaan Umi mencapai Rp 664 juta dengan jumlah debitur sebanyak 148 debitur.
Sedangkan, realisasi tahun lalu sebanyak Rp 1,6 miliar dengan 196 debitur. Diperkirakannya, hingga akhir tahun, realisasi tahun ini cukup sulit melampaui tahun lalu.
Tugas penyaluran tersebut sesuai Perdirjen Nomor 6 Tahun 2022 KPPN wajib menyampaikan Laporan Analisis Monev Pembiayaan UMi. KPPN Tanjung Redeb memiliki peran untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi Tingkat Perekonomian Debitur para pelaku usaha ultra mikro yang telah mendapatkan pembiayaan UMi.
Penyaluran pembiayaan UMi merupakan program dari Kementerian Keuangan yang dimandatkan kepada Pusat Investasi Pemerintah (PIP).
“Pembiayaan UMi didesain khusus untuk pelaku usaha ultra mikro yang belum mampu mengakses pembiayaan perbankan. Penyaluran UMi dilaksanakan oleh lembaga bukan bank seperti Pegadaian dan Koperasi,” jelasnya.
Adapun persyaratannya, yaitu KTP dan belum mendapat pembiayaan lain. Plafon pembiayaan yang diperoleh oleh per pelaku usaha maksimal Rp 20 juta dengan tingkat suku bunga yang cukup rendah.
“Di wilayah Kabupaten Berau hanya terdapat satu penyalur untuk pembiayaan UMi yaitu PT Pegadaian,” sebutnya.
Diungkapkannya, debitur yang mendapatkan pembiayaan UMi digunakan untuk menambah modal usaha yang dijalankan. Hasilnya, seluruh debitur memiliki tingkat perekonomian rumah tangga yang membaik. Bahkan, terdapat satu pelaku usaha dapat meneruskan pendidikan anak sampai dengan jenjang sarjana.
Naik dan turunnya penyaluran pembiayaan UMi kepada Debitur bergantung pada mekanisme pasar (Demand dan Supply) yang berlaku di masyarakat, dikerenakan UMi bukan satu- satunya pembiayaan yang ada di masyarakat. Namun keunggulannya, persyaratan yang mudah dan bunga yang rendah.
KPPN Tanjung Redeb berharap ke depan akan banyak pelaku usaha yang dapat terbantu dengan pembiayaan UMi. Sehingga banyak rumah tangga yang meningkat perekonomiannya yang selanjutnya akan berepengaruh positif terhadap perekonomian nasional.
Sementara itu, Manager Mikro Unit Non Gadai Pegadaian Tanjung Redeb, Ade Nugroho Novian Pradana membenarkan, data realisasi dari KPPN terjadi penurunan. Salah satunya karena ada produk lain yang bersinggungan dengan UMi. Yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR) milik Pegadaian.
“Makanya dari data internal kami, produk KUR justru mengalami kenaikan dibangding UMi. Selain itu masyarakat menginginkan pembiyaan yang lebih murah. Yang mana bunga KUR 0,14 persen sedangkan, UMi 1,2 persen,” terangnya.
Pihaknya akan memilah jika kebutuhan calon debitur hanya Rp 10 juta akan dialihkan ke KUR. Tapi jika membutuhkan peningkatan plafon akan dialihkan ke UMi. Apalagi persyaratan KUR juga lebih mudah tanpa argunan tambahan.
“Tapi ada juga pelaku usaha yang tetap memilih UMi karena ingin pembiayaan yang lebih tinggi meskipun ada argunan tambahan,” tandasnya. (mnz)
Pewarta : Amnil Izza, Editor : Nicha Ratnasari
