Catatan Oleh : Muthi’ Masfu’ah, A.Md, CN NLP
(Direktur Pelaksana Harian Rumah Kreatif Salsabila Kaltim, Penulis, Trainer dan Koordinator ABI Literasi Kaltim)
Tak terasa pandemi telah berjalan dua tahun, semoga dengan penurunan kasus seperti saat ini pandemi akan segera berakhir. Tentu masih sangat terasa, bahwa bangsa kita tak hanya terguncang dari sisi kesehatan yang minim, banyaknya nakes dan dokter yang wafat, ekonomi yang jauh merosot tajam, PHK terjadi dimana-mana, membuat angka pengangguran dan kemiskinan makin terus bertambah. Belum lagi kesehatan mental yang terganggu akibat dasyatnya dampak Pandemi ini.
Lantas, sebagai manusia pilihan yang terlahir di bumi ini, haruskah kita putus ada, depresi hingga kita mau bunuh diri… Sungguh menghadapi masalah apapun… Kita harus kuat, kita harus optimis. Tidak elok rasanya jika masih meributkan dampak negatif melulu. Kita harus meyakini bahwa Allah tengah mengajari kita banyak hal,untuk lebih kreatif inovatif, menjadi pembelajar cepat dan melatih kita untuk bersabar dan lebih banyak bersyukur dengan adanya Pandemi ini, yang datang pasti atas izin Allah…
Sahabat, dalam dunia mendidikan pun, ternyata pandemi ini melatih kita untuk bergerak cepat. Hal positif yang kita ambil adalah :
Pertama, percepatan literasi digital dan teknologi pada pendidikan Indonesia.
Program Literasi digital ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Sehingga anak-anak bangsa bukan hanya mengenai pengetahuan teknis dan penggunaan teknologi secara dasar saja.
Literasi Digital termasuk juga penambahan pengetahuan, keterampilan serta sikap yang dapat membuat seseorang merasa aman dan memiliki daya dalam bermedia sosial. Penambahan pengetahuan ini meliputi adanya partisipasi, sosialisasi, pencarian, dan pembelajaran melalui teknologi.
Nah, ketika pandemi masuk ke Indonesia dan pembelajaran daring dilakukan, guru dan sekolah mulai sibuk melakukan mini penelitian untuk mencari teknologi terbaik sebagai pendukung proses pembelajaran.
Selain itu, pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan mulai gencar mengadakan pelatihan penggunaan teknologi pembelajaran, baik melalui youtube, webinar, maupun workshop. Kondisi demikian, mau tak mau membuat guru, siswa, dan orang tua dipaksa untuk melek terhadap teknologi pembelajaran.
Sehingga beriringan dengan hal tersebut, mulai banyak bermunculan platform pendukung pembelajaran, baik platform yang sudah ada maupun paltform baru. Beberapa platform yang naik daun seiring dengan pembelajaran daring dilakukan yaitu, Zoom Meeting, Google Meet, Google Classroom, Ruang Guru dan lain-lain.
Kedua, pendidikan Indonesia menjadi lebih fleksibel dan lebih menghargai proses.
Teknologi sungguh memanjakan kita, guru bisa mengajar dimana saja baik dengan tipe syncronus atau asyncronus. Tidak harus selalu datang ke sekolah untuk memberi materi.
Tidak hanya guru, siswa juga bisa belajar kapan saja. Sudah menjadi rahasia umum, semenjak pembelajaran daring, umumnya banyak guru membuat video pembelajaran yang kemudian diunggah ke youtube untuk kemudian diakses siswa.
Siswa bisa mengakses video tersebut kapan saja dan dapat terus diulang untuk ditonton jika diperlukan. Dengan demikian siswa mendapat materi pembelajaran tidak terbatas pada waktu tertentu.
Saat yang sama, system penilaian di sekolah pun cenderung diberi kelonggaran, siswa pun lebih dihargai dalam proses belajar.
Ketiga, terjalinnya kemitraan antara orang tua dan guru
Kita tahu bahwa pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab sekolah melalui guru. Kemitraan yang baik antara guru dan orang tua sangat diperlukan di era pandemic. Beberapa tahun ke belakang kita pernah mendengar orang tua tidak terima ketika anaknya ditegur oleh guru, bahkan melaporkan guru kepada polisi. Padahal mendidik itu tidak hanya tugas guru, tetapi juga orang tua. Dengan adanya orangtua berperan sebagai guru dirumah, dimasa pandemic, paling tidak membuka wawasan para orangtua bahwa untuk menjadi guru tentulah tidak mudah.
Pembelajaran daring menjadi titik balik dari segelintir ketidakharmonisan hubungan guru dan orang tua. Dengan menjadi pendamping anak pada pembelajaran daring, orang tua dituntun mau tidak mau, belajar lebih banyak. Selain harus menyampaikan materi dengan efektif, pendidikan karakter pun tidak dapat dilupakan para orangtua dirumah.
Tentu saja hal ini menjadi penanda kerja sama semua pihak merupakan kunci keberhasilan pendidikan Indonesia.
Keempat, wali murid dan guru juga semua elemen didalamnya menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Terkadang manusia jika dihadapkan dengan keadaan darurat, baru timbul ide cemerlangnya. Melihat kondisi ini ternyata berpengaruh signifikan dan menjadi motivasi bagi guru dan lembaga sekolah untuk terus berinovasi dan kreatif untuk efektivitas pembelajaran daring dan orangtua pun menjadi lebih kreatif untuk lebih menguasai teknologi dan digital secara cepat.
Guru kreatif akan memaksimalkan teknologi sebagai pendukung pembelajarannya. Misalnya dengan bantuan Canva, Quizizz, dan Google workspace for education guru berusaha menjadikan kelasnya menjadi menarik dan interaktif meskipun dilakukan secara daring.
Inovasi pembuatan video pembelajaran, games belajar juga inovasi pada bentuk penilaian. Penilaian yang pada umumnya kaku hanya terpaku pada tes tertulis saja, sekarang sudah beragam. Seperti pembuatan video, podcast, projek pembuatan produk, dan lain-lain.
Selain itu pandemi dalam kehidupan masyarakat juga memiliki pendidikan kedupan sendiri yakni :
Pertama, Kita lebih menghargai dan menghormati arti pentingnya makna kehidupan.
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 memberikan hikmah tersendiri bagi kita. Cerita-cerita mengharukan yang dengar, kita baca bahkan kita rasakan telah merekam betapa mengerikannya pandemi yang sedang kita alami saat itu. kesehatan dan kehidupan adalah dua hal yang sangat diharapkan dan disyukuri oleh setiap orang di masa-masa seperti ini.
Banyak orang kehilangan sosok-sosok yang mereka cintai dalam pandemi ini. Bayangan ketakutan ditinggal oleh orang yang dicintai membuat kita menyadari betapa berharganya sebuah kehidupan.
Kedua, Rasa kemanusiaan dan sikap berbagi yang semakin terasah…
Selama dua tahun keberadaannya, pandemi Covid-19 telah merenggut jutaan nyawa di dunia. Hal ini memunculkan rasa empati kolektif dari manusia-manusia di berbagai belahan dunia. Rasa empati kemudian mendorong mereka untuk melakukan perbuatan baik. Inisiatif dan rasa kepedulian inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lain.
Meski rasa kemanusiaan dan sikap berbagi telah ada tanpa perlu diuji oleh musibah, adanya pandemi Covid-19 ini makin mengasah naluri manusia untuk berbuat kebaikan. Telah jamak kita saksikan bagaimana tenaga medis mengorbankan waktu, tenaga, dan keselamatannya demi menolong pasien-pasien yang terinfeksi Covid-19, bahkan mereka rela jauh dari keluarga dan harus kehilangan nyawa sekalipun. Kita pun banyak menemui masyarakat yang rela menghibahkan hartanya untuk membantu orang-orang yang terkena imbas pandemi.Realita dan kisah nyata semacam ini meyakinkan kita bahwa, sejatinya, pandemi Covid-19 memiliki nilai positif pada kehidupan manusia. Pandemi ini bisa saja merenggut jutaan nyawa, tapi ia tak akan mampu mencabut rasa empati dari jiwa manusia. Rasa kemanusiaan itu justru akan bertahan dan semakin terasah setelah masa pandemi ini berakhir.
Pada akhirnya, pandemi ini sesungguhnya memiliki potensi positif untuk mengajarkan kita agar menjadi manusia yang lebih baik, manusia super dan pendidki/guru yang super.. Setelah usai dari tempaan pandemi, tentu kita diharapkan menjadi lebih pandai menghargai kehidupan, menjaga hubungan baik dengan alam dan sesama manusia lain. (*)