spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Manfaatkan Sampah Jerami, Korban PHK di Kukar Hasilkan Puluhan Juta dari Kompos

TENGGARONG- Berawal dari keresahan, kini menjadi peluang meraup cuan. Kejadian ini dialami Dasri, korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebuah perusahaan tambang batu bara di Kutai Kartanegara (Kukar).

Dasri mencoba peruntungan di dunia pertanian, setelah hampir 6 tahun berkutat di bisnis Multi Level Marketing (MLM), nyaris tanpa hasil pasti.

Di tangan Dasri, jerami sampah sisa padi yang biasanya hanya dibakar di pinggir sawah, diubah menjadi pupuk kompos berkualitas wahid.

Asap hitam hasil pembakaran jerami yang berubah menjadi polusi kini sudah jarang terlihat. Namun gegara kualitas udara yang jelek akibat pembakaran jerami petani di tahun 2018, ide membuat kompos itu muncul.

“Saya miris pada 2018, ada sawah kekurangan nutrisi, padinya jelek (karena polusi udara),” ujar Dasri saat berbincang dengan mediakaltim.com, Senin (28/6/2022) malam.

Akhirnya, Dasri yang juga anggota kelompok Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Kumala Tenggarong Seberang, Desa Manunggal Jaya (L2), tergerak untuk mengumpulkan kawan sesama petani. Ide membuat pupuk kompos, hasil dari pelatihan yang didapatnya selama tiga hari, lantas diwujudkan bersama.

Langkah pertama, dengan mengumpulkan jerami milik petani di sekitar Desa Manunggal Jaya yang tidak terpakai. “Sampah” mencapai 6 ton itu, dikumpulkan di suatu tempat. Kemudian dicampur dengan kotoran sapi, cairan EM4 (bahan pembuat pupuk) dan kapur. Semua bahan yang dicampur tadi kemudian ditutup rapat menggunakan terpal plastik, sebagai proses pembusukan.

Perlu waktu sekitar 1 bulan membuat bahan-bahan tadi menjadi pupuk kompos ala Dasri. Dengan catatan tiap pekan terpal dibuka untuk membuang panas hasil pembusukan, lantas ditutup lagi.

“(Pupuk) kita hambur ke sawah, ternyata sawah subur sekali, hingga sempat panen raya,” ungkap Dasri.

Namun Dasri tak mau sukses sendiri. Dia ingin polusi udara akibat pembakaran jerami tidak terus terjadi. Caranya, dengan memberikan pendampingan dan berbagi ilmu bersama para petani di Desa Manunggal Jaya. Mengubah sampah jerami menjadi pupuk kompos.

Setelah ilmunya diturunkan semua, Dasri kini memilih memanfaatkan sampah jerami dari lahan sawahnya saja. Di mana setahun bisa dua sampai tiga kali dia bisa membuat pupuk kompos, tergantung musim panen. Kalau ada bahan sampah jerami, baru ia membuat kompos. Ketika tidak ada sampah jerami, ia memanfaatkan sampah organik berupa sayuran dan buahan busuk, untuk diolah dengan metode yang sama.

Soal kualitas, Dasri berani bertaruh. Bermodal ilmu hasil pelatihan dan pendampingan dan pembinaan langsung dari UPTD Proteksi Tanaman Pangan Dan Holtikultura Provinsi Kaltim. Termasuk uji laboratorium pupuk kompos tersebut, yang dikirim langsung ke laboratorium di Bogor.

“Betul-betul memiliki kandungan yang baik untuk padi dan tanaman lain,” katanya.

Tak sebatas pelatihan dan pendampingan, rupanya UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Kaltim juga membantu dari segi pencarian pasar. Yakni Kelompok Tani (Poktan) di Samboja dan Poktan di Kaliurang dan Sangkulirang di Kutai Timur (Kutim).

Bahkan di Samboja belum lama ini, berhasil mengirim pupuk kompos seberat 5 ton dengan nilai Rp 12 juta. Sedangkan di Kutim, Poktan kelapa sawit disana meminta langsung 10 ton dan ini menjadi yang pertama kalinya pada 2021.

“Pengiriman dengan skala besar sudah 4 kali, di Kaliorang (Kutim) sebanyak 10 ton dan di Samboja sebanyak 10 ton, selebihnya di Tenggarong Seberang untuk petani lokal saja,” tutupnya. (afi)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img