spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Komunikasi Multikultural, Upaya Tumbuhkan Entrepreneur Milenial di Era Normal Baru

Pandemi Covid-19 berhasil melemahkan kondisi Pertumbuhan Perekonomian Nasional. Hal ini memaksa pelaku bisnis menghentikan usahanya. Data menunjukkan selama pandemi covid-19, jumlah karyawan yang dirumahkan berkisar 212.394.

Tidak hanya itu, pelaku bisnis usaha kecil, mikro dan menengah juga ikut terkena dampaknya. Penurunan pelaku bisnis pada usaha makanan dan minuman dalam skala mikro sebesar 27%, skala kecil sebesar 1,77% dan skala menengah sebesar 0,01%. Penurunan inipun juga mengimbas sektor usaha konsumsi rumah tangga, dengan skala 0,5% sampai 0,8%.

Krisis perlambatan pertumbuhan perekonomian ekonomi nasional, telah berlangsung sejak tahun 2020 lalu. Namun hingga hari ini, situasi tersebut menyebabkan kondisi kemiskinan akan bertambah besar.

Menurut Badan Pusat Statistika, persentase penduduk miskin pada Maret 2021 Sebesar 10,14%, angka ini meningkat 0,36% terhadap Maret 2020.  Kemiskinan yang terus meluas menyebabkan kerawanan dan konflik sosial. Oleh sebab itu, diperlukan adanya strategi guna mencegah penambahan kasus tersebut.

Generasi milenial memiliki peran dalam menggairahkan ekonomi nasional. Dengan mempertimbangkan bonus demografi, generasi milenial yang merupakan kelompok usia produktif dapat memberikan kontribusi penting dengan menumbuhkan kemampuan entrepreneur di dalam diri. Entrepreneur adalah istilah lain dari wirausaha atau seseorang yang mengembangkan perusahaan dengan berbagai inovasi.

Generasi milenial dapat mengembangkan kemampuan entrepreneurnya di masa pandemi hingga normal baru saat ini. Kesempatan bisnis online dapat mereka raih, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Tidak dapat dipungkiri, kesempatan generasi milenial dalam menekuni dunia bisnis sangat terbuka lebar. Hal ini dilatarbelakangi oleh perkembangan jaman teknologi informasi dan revolusi industri 4.0 serta perhatian pada digitalisasi teknologi di masa pandemi.

Bisnis online merupakan salah satu jalan keluar untuk tetap bertahan pada perekonomian dengan memanfaatkan teknologi informasi. Menurut Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2019 hingga tahun 2020, penetrasi pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kelompok muda sebesar 91% untuk usia 15-19 tahun dan 88,5% untuk usia 20-24 tahun. Realitas ini menunjukkan bahwa teknologi informasi telah menjadi gaya hidup generasi milenial.

Sosok entrepreneur yang diharapkan kepada generasi muda adalah mereka yang mampu berkembang dengan menguasai hard skill serta soft skillnya. Hard skill ini meliputi membangun digital branding hingga marketing melalui jejaring media sosial.

Tidak hanya hard skill, soft skill yang unggul juga diperlukan dalam membangun jiwa entrepreneur generasi milenial yang meliputi, keterampilan psikologis. Bisnis dengan berbasis teknologi informasi membutuhkan koneksitas yang luas.

Sehingga, generasi milenial harus memiliki kemampuan dalam membangun koneksi dengan stakeholders yang luas, beragam serta tidak terbatas pada latar belakangnya. Generasi milenial diharapkan mampu beradaptasi, bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik terhadap orang lain yang memiliki perbedaan budaya, etnis, keyakinan dan pendidikan.

Penguasaan terhadap komunikasi multikultural harus mampu dimiliki oleh generasi milenial. Sebab, komunikasi multikultural adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam masyarakat dengan berbeda suku, agama serta budaya.

Seseorang yang menguasai komunikasi multikultural dapat mengelola dirinya untuk beradaptasi dan menjalin komunikasi terhadap orang lain dengan tidak terbatas. Hal ini akan membentuk kepribadian multikultural yang memiliki keterbukaan dalam mempelajari budaya orang lain, berinteraksi dengan individu yang beragam dan berempati terhadap individu dengan beragam latar belakang. Kondisi seperti ini, perlu dimiliki oleh generasi milenial sebagai sosok entrepreneur yang akan memiliki area bisnis luas.

Penulis: Irsalinda Wesa Nurrahim, Annisa Larasati, dan Anita Dwiana

Diharapkan mereka dapat membangun kerjasama antara kolega luar daerah dan melakukan transaksi dengan orang sekitar dalam skala wilayah yang luas hingga menembus batas kota serta negara.

Menurut Ardani Ade Rizqullah yang merupakan entrepreneur muda asal Kalimantan Timur, berkomunikasi dengan masyarakat luar daerah sangat diperlukan. Mengenal kebudayaan, ciri khas dan berempati terhadap kebiasaan mereka dapat berguna dalam membangun relasi untuk bekerjasama, bertukar pikiran serta menemukan konsep yang sebelumnya tidak terpikirkan.

Dengan tiga usaha yang dimilikinya, Ardani menyatakan bahwa, berjualan biji kopi di seluruh wilayah Indonesia perlu relasi dan komunikasi yang baik. Hal ini telah ia terapkan sehingga mampu melakukan transaksi dengan kolega dari Malang hingga Toraja. Jika komunikasi multikultural tidak dapat diterapkan dan menjadi suatu hambatan, maka generasi milenial yang diharapkan mampu bersaing dalam skala nasional dan internasional tidak dapat terjadi.

Di lain sisi, banyak anak muda yang memiliki ketertarikan untuk menjadi entrepreneur, namun tidak dapat menjalin komunikasi dengan baik. Komunikasi yang dikuasai rata-rata adalah komunikasi internal dengan kurang mempertimbangkan komunikasi eksternal berupa komunikasi multikultural.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya peningkatan kemampuan komunikasi multikultural dalam mengembangkan jiwa entrepreneur generasi milenial. Di antaranya adalah meningkatkan soft skill seperti  membangun kepercayaan diri individu, meningkatkan empati terhadap sekitar, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik, memiliki keterbukaan dalam berpikir serta memiliki rasa ingin tahu dan bersedia belajar hal baru.

Dalam kondisi pandemi Covid-19 hingga normal baru yang serba online, seharusnya komunikasi multikultural juga ikut menjamur dengan berbagai kegiatan. Hal ini sebabkan, karena berkomunikasi tidak lagi dilakukan hanya dengan bertatap muka bersama keterbatasan ruang dan waktu, melainkan dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun dalam jangkauan yang luas selama berada dalam jaringan.

Ini adalah saat yang tepat untuk  mengembangakan kepribadian multikultural dalam diri seorang entrepreneur milenial, karena kondisi ini mampu memberikan peluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional dan bersaing di skala lokal, nasional bahkan internasional. (**)

Penulis: Irsalinda Wesa Nurrahim, Annisa Larasati, dan Anita Dwiana;  Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman

 

 

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img