spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kisah BUMDes Sukses di Kukar, Garap Potensi dari Kebutuhan Dasar Masyarakat (2-habis)

Perkembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), diharapkan mampu mengambil peluang usaha yang selama ini belum banyak digarap. Ada yang melalui kemitraan dengan dunia usaha, atau memanfaatkan pemenuhan kebutuhan dasar warga.

Seperti itulah peluang yang diambil BUMDes Bersinar Desaku, di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis. BUMDes ini menggarap lahan usaha pemenuhan kebutuhan listrik warga, melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal yang menghadirkan listrik selama 24 jam penuh.

Sebelum ada PLTS Komunal, sumber listrik satu-satunya berasal dari genset yang ada di tiap RT yang hanya mampu mengaliri listrik selama 8 jam dalam sehari.

Untuk diketahui, ada 4 RT di Desa Muara Enggelam. Masing-masing RT dihadiahi genset, dari program pemkab zaman Bupati Syaukani HR. Karena berada di tengah perairan Danau Semayang, listrik PLN tidak bisa menjangkau desa yang awalnya  sangat tertinggal ini.

Saking “terisolasinya” sebagian warga menjulukinya “Desa Tanpa Daratan”.

Kepada mediakaltim.com, Direktur Utama (Dirut) BUMDes Bersinar Desaku, Ramsyah mengungkapkan, PLTS Komunal  berdiri sejak 2015 yang merupakan hasil bantuan Kementerian ESDM senilai Rp 3,5 miliar. Namun perlu waktu cukup lama, hingga bantuan mengalir. Mulai dari Musrenbang Kecamatan hingga berakhir ke Dinas ESDM Kukar, berujung pengajuan di kementerian. Tidak ketinggalan dukungan legislator yang mengawal permohonan tersebut. Itupun perlu waktu 5 tahun, hingga disetujui dan mulai dibangun di Desa Muara Enggelam.

BACA JUGA :  Pemerintah Daerah Diminta Dukung Produk Inovasi Masyarakat

Tidak butuh waktu lama, untuk membuktikan peluang usaha ini memang menguntungkan. Sebulan setelah dipasang, BUMDes Bersinar Desaku mulai mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Sekitar 150 pelanggan yang berasal dari warga serta 8 fasilitas umum (fasum), termasuk masjid, musala dan sekolah, menyatakan siap menjadi pelanggan listrik surya.

“(Adanya) PLTS komunal, satu desa sudah diterangi listrik selama 24 jam penuh sejak 2015,” cerita Ramsyah.

Berkat bantuan Kementerian ESDM, ungkap Ramsyah, kini berdiri 150 unit panel solar di atas lahan sepanjang 27 meter per segi. Termasuk baterai sebanyak 140 unit, 5 unit inverter dan 9 unit controller tenaga listrik yang dihasilkan dari panel ke ratusan baterai, di tempatkan di bangunan seluas 4×8 meter.

Hasilnya daya listrik 43,5 kWh dengan daya pelanggan 350 Watt menjadi 700 Watt, yang merupakan peningkatan dari daya semula sebesar 30 kWh pada 2018 lalu.

“Masih belum mencukupi sebenarnya, saat ini pemakaian masih terbatas tapi sudah 24 jam, kami sebagai pengelola mau naikkan daya lagi,” lanjut Ramsyah.

BACA JUGA :  Tak Sekadar Kompetisi, Lomba Ketangkasan Juga Sarana Saling Berbagi Ilmu

Soal biaya penggunaan, Ramsyah menyebut tergolong “murah-meriah”. Per hari hanya dipatok Rp 3 ribu, dengan total per bulan Rp 90 ribu. Itupun pembayarannya per 2 pekan, agar warga tidak merasa terbebani. Jika dihitung, dalam sebulan saja BUMDes Bersinar Desaku mampu meraup Rp 13,5 juta. Itu baru dari unit usaha pelayanan dasar listrik yang dikelola.

Jadi tak heran, BUMDes Bersinar Desaku masuk dalam nominasi Top 15 (Kategori Khusus) Pelayanan Publik Dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik yang Diselenggarakan oleh Kementerian PAN-RB, kategori pengelolaan listrik komunal melalui PLTS.

Ada beberapa unit usaha lain yang juga dikerjakan oleh BUMDes Bersinar Desaku. Diantaranya: sarang burung walet sebanyak dua bangunan, mendirikan pasar desa, air bersih isi ulang, tv kabel prabayar, dan molding kayu.

Dengan perkiraan omzet per bulan yang didapat BUMDes Bersinar Desaku mencapai Rp 25 juta. Sebanyak 25% dari jumlah pendapatan kotor, disumbangkan untuk pendapatan asli desa (PADes).

Sebagai contoh, omzet bruto yang didapat BUMDes Bersinar Desaku pada tahun 2020 sekitar Rp 333 juta, dengan menyumbang PADes sebesar Rp 84 juta. Sedangkan untuk 2021, omzet bruto mengalami penurunan hanya Rp 228 juta.

BACA JUGA :  Bakal Dapat Hibah Lahan, Lapas Perempuan Tenggarong Bisa Tampung 800 Warga Binaan

Penurunan dijelaskan Ramsyah, karena hampir 6 bulan terpaksa harus menurunkan iuran pembayaran listrik. Ini akibat kerusakan pada baterai yang sudah menua, sehingga pelayanan yang diberikan tidak maksimal.

Penambahan usaha sebenarnya ada dalam perencanaan BUMDes Bersinar Desaku, yakni mendirikan pangkalan gas elpiji 3 kilogram. Sempat akan melakukan kerjasama dengan agen di Kecamatan Kota Bangun. Namun karena pandemi Covid-19, kesempatan itu ditunda sementara waktu.

“Juga berencana membuka destinasi wisata, maka akan buka transportasi air untuk wisatawan,” tutup Ramsyah. (afi)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img