spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kebanggaan Siang Geah Atas Tradisi Dayak Wehea


SANGATTA – Anggota DPRD Kutim Siang Geah bangga dengan kekayaan budaya yang dimiliki Kutim. Salah satunya adalah Festival Lom Plai di Muara Wahau. Menurutnya, Festival ini melibatkan berbagai ritual yang tidak hanya menegaskan hubungan spiritual antara manusia dan alam, tetapi juga mengajak seluruh komunitas untuk berpartisipasi aktif dalam pelestarian budaya dan lingkungan.

Selain Tarian Hudoq, festival ini juga menyertakan pertunjukan-pertunjukan lainnya yang memperkaya pengalaman budaya masyarakat Dayak Wehea.

“Ritual-ritual dalam Festival Lom Plai termasuk Embos Min dan Ngeldung, yang masing-masing memiliki fungsi dan makna spesifik,” ungkap politikus PDI-P ini di Gedung DPRD Kutim.

Embos Min adalah pembersihan kampung dari hal-hal buruk yang mungkin mengganggu kesejahteraan komunitas. Ritual ini dilakukan oleh perempuan yang dipilih oleh tetua adat, yang akan berkeliling kampung sambil membawa perlengkapan ritual untuk membersihkan energi negatif. Sementara itu, ritual Ngeldung merupakan lanjutan dari Embos Min dan bertujuan untuk menghapus sisa-sisa energi buruk serta membersihkan diri sebelum memasuki musim tanam baru.

Pada puncaknya, ritual Embos Paq Plai menjadi prosesi terakhir dari Lom Plai. Ritual ini menandai akhir dari festival dan sebagai simbolisasi pembersihan dari hal-hal buruk serta persiapan untuk memulai musim tanam baru. Proses ini penting untuk memastikan bahwa seluruh komunitas siap dan bersih dari gangguan yang dapat mempengaruhi hasil panen di masa depan.

Di tengah suasana festival, berbagai pertunjukan menarik juga disajikan. Salah satu pertunjukan utama adalah Plaq Saey, yaitu lomba dayung perahu yang melibatkan keterampilan dan kecepatan para peserta. Pertunjukan ini dilaksanakan di atas aliran Sungai Wahau dan merupakan salah satu cara untuk menghibur tamu serta warga. Selain itu, ada juga Seksiang, sebuah perang-perangan di atas perahu yang menambah keseruan festival.

Tidak ketinggalan, tarian di atas rakit yang dibawakan oleh Sanggar Tari Keleng Tegai juga memeriahkan acara. Tarian ini menggambarkan kelincahan dan kreativitas masyarakat Dayak dalam mengekspresikan kebudayaan mereka melalui seni dan tari. Seluruh pertunjukan ini diselenggarakan dengan penuh semangat dan kebersamaan, menciptakan suasana meriah yang menyatukan seluruh peserta dan penonton.

Festival Lom Plai tidak hanya berfungsi sebagai perayaan hasil panen, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang penghargaan terhadap alam dan tradisi. Menurut Siang Geah, festival ini merupakan pengingat bagi masyarakat Dayak Wehea untuk terus menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan.

“Festival ini mengajarkan kami untuk selalu bersyukur dan menjaga alam. Ketika hasil panen melimpah, kami bersyukur. Ketika hasilnya sedikit, kami tetap bersyukur. Itu adalah cara kami menghargai pemberian Tuhan dan menjaga keseimbangan alam,” jelasnya.

Festival ini juga berfungsi sebagai platform untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya berladang dengan cara yang berkelanjutan dan menghormati tradisi.

“Kami ingin anak cucu kami memahami makna di balik setiap ritual dan tradisi. Melalui festival ini, kami berharap mereka belajar untuk menghargai dan menjaga lingkungan serta melestarikan warisan budaya yang telah diturunkan oleh leluhur,” tambah Siang Geah.

Sebagai bagian dari komunitas Dayak Wehea, Siang Geah merasa bangga melihat bagaimana festival Lom Plai dapat menarik perhatian dan minat orang luar, termasuk wisatawan yang datang untuk menyaksikan keunikan budaya Dayak.

“Kami berharap festival ini tidak hanya dikenang sebagai perayaan adat, tetapi juga sebagai contoh bagaimana budaya lokal dapat menyatu dengan pelestarian lingkungan dan edukasi,” tuturnya.

Dengan segala ritual dan pertunjukan yang ada, Festival Lom Plai di Muara Wahau terus mempertahankan tradisi yang mengikat masyarakat Dayak Wehea dengan alam dan leluhur mereka. Festival ini bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga sebuah perwujudan dari penghargaan dan rasa syukur yang mendalam terhadap kehidupan, serta sebuah pesan untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya bagi generasi mendatang.(Rkt/Adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti