spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kaltim Kehilangan Sastrawan Muda

Oleh: Sunarto Sastrowardojo, Ketua Satupena Kalimantan Timur

Menjelang Zuhur, Rabu 11 Mei 2022 saya benar benar terkejut dengan berita  duka di  WA Grup Satupena Kalimantan Timur. Muhammad Panji Aswan, anak muda alumnus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman itu wafat Rabu pagi akibat gagal ginjal.

Tiga hari sebelumnya grup Satupena Kalimantan Timur riuh membicarakan anak muda ini. Sriningsih, Sekretaris Satupena memulai menanyakan pengiriman puisi yang dirancang untuk memperingati Chairil Anwar, penyair Kerawang Bekasi itu.” Maaf, mbak Ning saya sedang sakit,” di tulisnya singkat WAG.

Saya lalu menimpali, sakit apa, sejak kapan, apakah sudah ke dokter dan bagaimana keadaannya. Panji pun merinci penjelasannya. “Ada batu ginjal, pak, tapi besok ditembak,” katanya. Besok itu maksudnya adalah hari Selasa, 10 Mei 2022 dan dia mengistilahkan terapi ginjalnya yang bermasalah itu dengan Ditembak.

Dia lahir, 16 Juli 1994 dan mulai menulis sejak menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman. Karyanya yang jadi perbincangan publik sastrawi Kalimantan Timur adalah Curahan Hati Pelacur pada 2016.

Sejumlah karya karya Panji di antaranya Tentang Rasa ini, Aku Masih Menunggumu, 2018 lalu Di Perahu, Aku Mabuk Rindu, Sabda Lelaki, Anak Anak Gendut, Anjing; Antologi Cerpen, Dua Anak Kecil Bermain di Hari Kamis.

Panji juga aktif di berbagai komunitas sastrawi: Dia anggota Jaring Penulis Kalimantan Timur, Ketua Komunitas Buku Etam, Anggota Sindikat Lebah Berfikir yang digagas oleh para dosen FIB Unmul. Bahkan dia juga aktif di Lingkar Pena Samarinda dan editor di Satupena Kalimantan Timur.

Dalam setiap karyanya, Panji Aswan mencoba menggarap peristiwa aktual yang tentu saja menarik perhatian semua orang yang berhati dan berakal. Ia belum cukup sabar untuk bisa mengambil jarak yang cukup dengan peristiwa itu.  Ini standar  ketimpangan sosial yang dipotret Panji. Walau Nampak setiap sudut ketidaksabarannya dalam menulis puisi, tetap saja puisinya nyaman dikunyah.

Sebagai salah satu pembaca karya Panji,  saya ingin ‘diberi lebih’ dari peristiwa yang saya sudah tahu itu. Puisi adalah derma penyair, memberi makna yang bisa membuat pembacanya lebih bijak menghadapi hidup lewat peristiwa yang dipuisikan.

Panji lahir di Samarinda tepat 25 tahun yang lalu. Aktif berkeliaran dan berkegiatan di beberapa komunitas seperti komunitas Jaring Penulis Kaltim, komunitas Buku Etam, Forum Diskusi Sastra dan Budaya Sindikat Lebah Berfikir, Forum Lingkar Pena, dan relawan Aksi Kamisan Kaltim, bahkan dia ditunjuk rekan rekannya di Satupena Kalimantan Timur sebagai editor karya komunitasnya.

 

 

 

Tentang Puisi Mas Panji

(Mengenangmu )

 

Sang penulis puisi

Yang pernah sangsi

Apakah ia penyair kini?

Sebab teringat pesan membumi

Bahwa semua  bisa menulis puisi

Tetapi penyair belumlah pasti

 

Kau mencintai puisi

Berawal dari benci

Kata-kata sulit tak dimengerti

Hanya membuat ilusi

Kata tak berarti

 

Tetapi kau justru berbalik hati

Menjadikan puisi sebagai jati diri

Karya penamu terukir abadi

Bagai puisi-puisimu yang berisi

 

Selamat jalan sahabat puisi

Semoga Allah mengampuni

Kekal bersama Sang Mahatinggi

Pemilik pena semesta ini

 

Karyamu abadi di hati kami

Puisi-puisimu terhampar di bumi

Kan kami kenang sebagai prasasti

Kibarkan karya Mas Panji

 

(Retno Utami. Bontang, 11 Mei 2022)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img