spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Jadi Budaya Pembelajaran Inovatif, MBKM Mampu Tingkatkan Ekonomi dan Sosial Mahasiswa

JAKARTA – Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan pada tahun 2020 lalu oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) diharapkan bukan hanya berhenti pada program saja. Akan tetapi, MBKM dirancang untuk diimplementasikan sebagai budaya baru dalam proses pembelajaran yang inovatif.

Hal tersebut ditegaskan langsung oleh Ketua Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Gugup Kismono saat membuka kegiatan Media Gathering Kampus Merdeka, Jumat (25/8/2023), di Century Park Hotel Jakarta.

“MBKM diharapkan dapat  diimplementasikan, dikuatkan dan diakselerasi sehingga menjadi sebuah budaya pembelajaran yang lebih inovatif,” ungkapnya.

Menurutnya, hingga saat ini MBKM telah mampu mengembangka  pembelajaran bagi mahasiswa. Pembelajaran yang diterima mahasiswa tak cuma mengembangkan secara terorits tapi juga praktikal.

Dari sisi analisis yang dilakukan Kemendikbudristek, Gugup menyebutkan bahwa dengan adanya MBKM maka capaian pembelajaran sesungguhnya bisa dicapai hingga 70 persen pelaksanaan kurikulum. Artinya dari 8 semester, sekitar 5 semester sudah bisa mencapai capaian pembelajaran. Sehingga 3 semester sisanya dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan pilihan-pilihan yang berbeda, yang non-konvensional.

“Sehingga mereka juga bisa menyalurkan bakatnya atau interestnya . Misalnya, bagi mereka  yang menyukai  wirausaha, mereka bisa mengikuti wirausaha merdeka yang nantinya akan diinternalisasi di perguruan tinggi melalui program yang lebih mandiri,” tutur Gugup.

Dengan demikian, lanjut Gugup, bagi mereka yang interest dengan dunia wirausaha akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan, melalui program yang ditawarkan. Berdasarkan data Kemendikbudristek, beragam manfaat dari MBKM ini sudah berhasil menunjukkan dampak ekonomi dan sosial yang didapatkan mahasiswa.

“Misalnya program Kampus Mengajar. Ada mahasiswa yang mengikuti ini dan mengajar SD dan SMP di daerah-daerah itu mayoritas berasal dari ekonomi yang kurang. Namun dari keikutsertaannya dalam program ini, diidentifikasi ada kenaikan ekonomi karena menaikkan soft skillnya,” tutupnya.

Penulis : Nicha Ratnasari

16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img