Catatan Rizal Effendi
SAYA sedih tak bisa datang ke Bengkulu. Padahal saat ini tengah berlangsung Sidang Pleno Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXIII dan Seminar Nasional ISEI 2023. Sebagai ketua ISEI Balikpapan seharusnya saya hadir bergabung dengan ketua ISEI seluruh Indonesia. Tapi karena ada tugas yang tak bisa ditinggalkan, Wakil Ketua Dr Didik Hadiyatno, M.Si dari Universitas Balikpapan (Uniba) yang hadir.
Ketua ISEI Kaltim Dr Aji Sofyan Efendi (ASE) sempat me-WA saya. Dia tanya apakah saya sudah sampai ke Bengkulu? Saya bilang saya tak bisa datang, dia rada kecewa. “Wah kada (tidak) seruuuu kadada (tidak ada) Pak Rizal,” katanya dalam bahasa Banjar.
Sebenarnya sudah jauh-jauh hari saya merencanakan ke Bengkulu. Kota terbesar kedua di Pantai Barat Pulau Sumatera ini punya daya tarik khusus dan punya kesamaan dengan Kaltim dan Balikpapan. Sayang rencana itu batal.
Bengkulu dijuluki Bumi Rafflesia. Karena di hutan Bengkulu ditemukan padma raksasa yang belakangan dinamai Rafflesia arnoldii. Itu paduan dari nama ilmuwan penemunya Thomas Stamford Raffles dan Joseph Arnold pada ekspedisi 19 – 20 Mei 1818 atau 205 tahun yang silam.
Tiga tahun kemudian bunga unik yang kerap juga disebut bunga bangkai itu dipublikasikan pada the Transaction of the Linnean Society. Sayangnya salah satu sang penemu, Arnold lebih dulu meninggal di Bengkulu terkena malaria.
Jika kita ke Bengkulu, Rafflesia arnoldii bersama jenis raflessia lainnya bisa kita temukan di kawasan hutan lindung di Kabupaten Kepahiang, Mukomuko, Seluma, Lebong, dan Bengkulu Selatan.
Raflessia juga ada di hutan Kaltim. Yang menarik, hewan beruang madu (Helarctos malayanus) yang menjadi maskot Kota Balikpapan, ternyata juga menjadi simbol Provinsi Bengkulu. Beruang paling kecil di dunia ini juga banyak berkeliaran di Bengkulu.
Karena batal datang, saya jadi tak bisa melihat langsung rumah pengasingan Bung Karno di Jl Soekarno-Hatta No 8, Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka. Rumah milik pengusaha Tionghoa itu sudah dijadikan sebagai cagar budaya berperingkat nasional.
Bung Karno menempati rumah tersebut selama 4 tahun. Dia diasingkan ke Bengkulu setelah sempat dijebloskan ke penjara Sukamiskin Bandung pada 29 Desember 1929 bersama Maskoen Soepriadinata dan Gatot Mangkoepradja.
Di daerah ini pula dia mengenal sosok Fatmawati, yang pada tahun 1943 dinikahinya. Dalam catatan sejarah, Ibu Fatmawati adalah orang yang menjahit bendera pusaka Merah Putih, yang dikibarkan pertama kali pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56. Fatmawati adalah ibunda presiden kelima, Megawati Soekarnoputri.
Saya lihat foto teman-teman bersuka ria di Bengkulu. Saya terbayang enaknya makan durian dan lempuk durian, yang menjadi kesukaan saya. Tadinya saya juga ingin mencoba pendap, yang merupakan makanan khas Bengkulu. Makanan ini dibuat dari ikan dengan kemasan cukup unik, daun talas. Juga ada bagar hiu, yang bahannya dari hiu tanduk.
SELALU OPTIMIS
Acara tahunan ISEI selalu menarik. Ketua Umum ISEI Pusat Perry Warjiyo, yang menjadi bintangnya selalu tampil hangat dan optimistis. gubernur Bank Indonesia periode kedua ini, memang layak menjadi “panglima” para sarjana ekonomi di Tanah Air.
“Kita sangat mengapresiasi Pak Perry yang menjadi ketua umum ISEI Pusat. Bobot ISEI menjadi sangat kuat,” kata Dr Didik. Dia bersama peserta lain sangat bersemangat mengikuti Sidang Pleno ISEI XXIII, yang dirangkai dengan seminar nasional ISEI, yang mengusung tema: “Peran ISEI Memperkuat Sinergi untuk Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Menuju Indonesia Maju.”
Acara yang berlangsung di Hotel Mercure Bengkulu, Jumat (15/9) kemarin, menampilkan pembicara selain Gubernur BI juga Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong, Deputi Bidang Promosi Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan dan Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra.
Menurut Perry, ada 5 tantangan dan respons kebijakan yang dapat ditempuh dalam rangka mengantisipasi dan memperkuat ketahanan serta kebangkitan ekonomi Indonesia.
Ia merinci kelima tantangan tersebut adalah perubahan siklus ekonomi dan keuangan yang semakin cepat dan berisiko menimbulkan kerentanan; pergeseran pola sumber pertumbuhan ekonomi dunia dari Eropa dan Amerika Serikat (AS) ke China, Indonesia, dan India; perubahan demografi yang semakin menua di negara maju (aging population) dan milenial di negara Indonesia sehingga membawa perubahan pada sumber pertumbuhan ke sektor jasa, perdagangan eceran, dan UMKM; digitalisasi yang turut berperan menahan dampak pandemik; serta inklusi dan ekonomi hijau yang perlu direspon dengan baik.
Menjawab kelima tantangan itu, Perry menyampaikan juga ada 5 strategi pokok yang bisa ditempuh. Perlunya penguatan sinergi kebijakan Pemerintah, Bank Indonesia dan KSSK dalam menjawab stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan; pentingnya mendorong hilirisasi baik di sektor pertambangan, pertanian, perikanan, dan perkebunan; akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan; mendorong inklusi dan ekonomi hijau; serta peningkatan peran ISEI dalam pemikiran dan perumusan bagi pemerintah (Pusat dan daerah), dunia usaha, dan akademik.
Kesimpulan hasil Sidang Pleno dan Seminar ISEI 2023 adalah Indonesia perlu memperkuat sinergi antara pengambil kebijakan pusat dan daerah, dunia usaha dan akademisi untuk memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi menuju ekonomi maju.
Ini sejalan dengan arahan Presiden Jokowi, yang disampaikan oleh Menko Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartanto.
Gubernur Provinsi Bengkulu Rohidin Mersyah sangat antusias menyambut kedatangan para pengurus ISEI. Dia meminta dukungan dan pandangan ISEI dalam mengakselerasi pembangunan di wilayahnya. Maklum Bengkulu adalah kawasan yang harus memiliki kebijakan khusus dalam mengantisipasi kondisi geografisnya yang terletak di antara bukit dan lautan.
“Membangun Bengkulu tanpa konektivitas sangat sulit, karena itu kami meminta bantuan dan teman-teman ekonom untuk membahas dan memberikan pemikiran yang tepat,” kata Rohidin.
Sidang Pleno ISEI 2023 di Bengkulu ditutup dengan kesepakatan penyelenggaraan Kongres ISEI Tahun 2024 di Kota Solo, Jawa Tengah. Saya lupa pesan ke Pak Didik, harusnya Kongres ISEI berlangsung di Balikpapan, Kaltim, karena tahun 2024 Istana Presiden, yang dinamai Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk pertama kali digunakan Presiden Jokowi sebagai tempat pelaksanaan Upacara HUT Ke-79 Kemerdekaan RI. (*)