spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Gaya Hidup Tidak Sehat dan Tuntutan Hidup, Gen Z Rentan Terkena Serangan Jantung

JAKARTA – Beberapa tahun belakangan ini, serangan jantung kerap menghantui masyarakat di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Bahkan, penyakit jantung koroner yang dulunya lebih banyak diderita oleh para lansia, namun kini ternyata juga bisa menyerang anak muda.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Hermawan mengungkapkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner ini cukup tinggi. Yakni mencapai 15 per 1.000. Dan jumlahnya kini makin banyak serta usianya juga makin muda.

“Disinyalir gaya hidup yang juga menjadi penyebabnya. Pola hidup juga. Gen Z apalagi terlihat tingkat stressnya semakin tinggi, tuntutan dan pola hidup yang semakin tidak teratur, merokok, junk food dan kurang olahraga juga menjadi satu pemicu atau kontributor untuk terjadinya jantung koroner,” ungkap dr. Hermawan dalam diskusi tentang kesehatan saat berpuasa yang diikuti di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, Selasa (26/3/2024).

Dijelaskan, 50 persen orang yang mengalami jantung koroner sangat mudah sekali mengalami yang berujung pada kematian jantung mendadak.

“Jadi kita lihat, jantung kita ini terdiri kumpulan jaringan, ada otot, pembuluh darah yang memberi makan otot jantung, ada katup dan ada selaput pembungkus yang semuanya bisa terdampak  langsung maupun tidak langsung pada risiko jantung koroner,” jelasnya.

Hermawan mengatakan, kondisi pembuluh darah manusia saat baru lahir atau masih bayi teksturnya sangat halus, mulus dan rata. Akan tapi dengan perjalanan hidup dengan pola makan berubah dan sering menghirup polusi udara maka terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang menyebabkan kolesterol yang mengganggu proses sirkulasi darah.

“Endapan lemak atau plak dalam pembuluh darah itu yang bisa tensi darah naik dan terjadi gumpalan darah yang menyepitkan pembuluh darah kita,” ujarnya.

Lebih jauh dr. Hermawan juga menekankan pentingnya seseorang untuk menjaga waktu istirahat yang cukup. Dengan istirahat yang cukup, kata dia, adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh.

Waktu tidur yang kurang disebut dapat memperlambat penurunan lemak dalam tubuh sebesar 55 persen sehingga berhubungan dengan risiko timbulnya obesitas di kemudian hari.

“Obesitas kemudian timbul diabetes itu gula jadi mudah sekali meningkat. Olahraga kurang sehingga risiko penyakit koroner itu. Jadi meningkat kalau penyakit koroner meningkat maka risiko serangan jantungnya juga meningkat,” ujarnya.

Pewarta : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img