spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Disporapar Akui Masih Banyak “PR” Soal Potensi Ekraf di Samarinda

SAMARINDA – Ekonomi Kreatif (ekraf) digadang-gadang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia di masa yang akan datang oleh Presiden Jokowi. Bahkan Presiden Jokowi sempat berjanji untuk memberikan dukungan penuh terhadap badan ekonomi kreatif agar mampu memberikan dampak nyata dalam perekonomian Indonesia.

Di Samarinda sendiri, baru-baru ini Pansus II DPRD Samarinda membahas tentang rancangan peraturan daerah mengenai ekonomi kreatif. Hal itu bertujuan untuk memberikan dasar hukum dan pedoman bagi pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Samarinda. Kemudian Media Kaltim coba untuk menanyakan mengenai perkembangan ekonomi kreatif kepada Disporapar Samarinda.

Saat ditemui di kantor Disporapar, Jln. Dahlia, Samarinda, pada Senin (22/4/2024), Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Agnes Gering Belawing, menerangkan bahwasanya dukungan ekonomi kreatif di Samarinda sempat terhambat karena tiadanya dasar hukum daerah yang bisa menjadi patokan arah ekonomi kreatif. Itu menjadi PR, sebab pelaku ekonomi kreatif di Samarinda sudah banyak namun belum ada hukum daerah yang menaungi.

“Pelaku (Ekonomi Kreatif) itu kita sudah ada, tapi secara hukum pengembangan dari pemerintah daerahnya belum ada. Itu menjadi tugas kami untuk mengumpulkan data hukumnya dulu, baru kita ke Bapedda, itulah yang menjadi PR kami,” terangnya.

Setidaknya ada 17 sub sektor dari ekonomi kreatif, di antaranya ialah pengembangan permainan, arsitektur, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, fashion, kuliner, film, animasi dan video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, kriya, periklanan, seni pertunjukan, penerbitan hingga aplikasi. Dari 17 itu, Agnes menuturkan Samarinda memiliki setiap sub sektornya.

Di tahun 2023, matrik tentang ekonomi kreatif kemudian ditetapkan lantas kegiatannya mulai dilaksanakan. Setidaknya ada dua kegiatan, yang pertama mengenai revitalisasi ruang ekonomi kreatif dan yang kedua ekosistem ekonomi kreatif. Untuk membangun ekosistemnya, maka itu meliputi produksi, SDM, pendidikan hingga pelatihan.

Agnes juga menyebutkan bahwa data pelaku ekonomi kreatif di Samarinda yang ada di Borang (Aplikasi Resmi Kemenparekraf) ada sebanyak 375 orang yang terbagi menjadi 17 subsektor ekonomi kreatif.

Lebih lanjut, Samarinda dinilai memiliki potensi ekonomi kreatif yang besar. Dari penuturan Agnes setidaknya ada beberapa sektor yaitu kuliner, fashion, musik, fotografi, seni pertunjukan hingga kriya. Sektor tersebut diharapkan mampu berdampak kepada sektor lain dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi kreatif di Samarinda.

Hanya saja, dari penjelasan Nur, salah satu anggota pengembangan ekonomi kreatif, Samarinda masih belum ditetapkan keunggulannya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif (Kemenparekraf). Tahun lalu, sudah ada rencana pelaksanaan pertemuan, akan tetapi itu tertunda dikarenakan oleh beberapa kendala yang ada, salah satunya adalah anggaran. Sehingga hingga saat ini Samarinda belum ditentukan sebagai kota kreatif berbeda dengan Balikpapan atau Tenggarong yang sudah lebih dulu.

“Tahun kemarin kami sudah dijanjikan, tapi ternyata batal datang karena ada satu dan lain hal,” sahutnya.

Di tahun ini, pengembangan ekonomi kreatif Samarinda telah mendapatkan anggaran sendiri untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Dengan begitu, pengembangan ekonomi kreatif di Samarinda dapat dilaksanakan, salah satunya akan diselenggarakan Mahakam Fashion Festival di bulan Juni nanti dengan mengangkat tema kain ulap doyo. Harapannya kegiatan tersebut akan melibatkan banyak sektor ekonomi kreatif lainnya juga menjadi upaya pemasaran.

Terlepas dari pada itu, Agnes mencoba untuk melakukan kolaborasi dengan kota lainnya dalam mendukung ekonomi kreatif di Samarinda. Ia beranggapan Samarinda yang luas kotanya tidak begitu besar perlu melakukan kolaborasi dalam menjual produk-produk ekonomi kreatif.

“Ini memang susah, tapi bisa. Karena kalau kita tidak kolaborasi Samarinda kan punya wilayah yang kecil dan hutannya juga sudah habis jadi memang kita perlu menekankan kolaborasi,” pangkasnya.

Agnes mengakui Samarinda secara ekonomi kreatif sangat jauh ketinggalan dengan kota-kota lain dalam penetapannya. Maka pengembangan ekonomi kreatif  masih menunggu penetapan dari Kemenparekraf. Namun Agnes optimis kalau Samarinda dapat menyusul kota-kota lain di Kalimantan Timur. Itu dikarenakan pelaku ekonomi kreatif di Samarinda sangatlah banyak dan unggul.

Di akhir, Agnes melihat sektor kriya dari pendaurulangan barang bekas akan menjadi fokus ke depannya di Samarinda. Selain karena anjuran dari Wali Kota Samarinda, ia merasa hal itu perlu dilakukan saat sampah di Samarinda semakin menumpuk. Bagaimanapun ekonomi kreatif bisa jadi salah satu alternatif ekonomi daerah seperti yang digaungkan oleh Presiden Jokowi.

Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R

16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img