SAMARINDA– Plh Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Setyo Budi Basuki menyampaikan gambaran tentang kondisi program pencegahan dan pengendalian malaria di lingkup Pusat Kawasan Lintas Batas (PKL) yang menjadi wilayah IKN.
“Jika kita melihat kondisinya sendiri, untuk penyebaran kasus malaria khususnya di IKN, salah satu yang menjadi pusat wilayahnya adalah Penajam Paser Utara (PPU) yang ada di PKL. Jika kasus malaria di luar Jawa dan Bali, yang termasuk tertinggi itu ada di Kalimantan Timur, yakni PPU,” ungkap Basuki, Kamis (30/11/2023).
Ia menjelaskan, khusus di IKN sendiri sebetulnya tidak ada kasus malaria yang berasal dari wilayah tersebut, yaitu dari daerah hutan di Kabupaten Paser.
“Orang yang sakit dari hutan itu keluarnya lewat Penajam. Karena yang ada Puskesmas di sana, berobat di sana, tercatat di fasilitas pelayanan kesehatan, laporannya masuk ke sana. Sebetulnya sumber penularan sendiri itu jauh di atas 55 kilometer menuju kabupaten Paser, tepatnya di Muara Toyu,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, untuk mengendalikan penyebaran malaria di wilayah IKN, Dinkes Kaltim telah melakukan beberapa langkah, di antaranya adalah surveilan migrasi, surveilan vektor, dan perindukan.
Lebih lanjut, surveilan migrasi itu pihaknya sudah melatih Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dari masing-masing perusahaan yang ada di IKN, bahwa pada saat mereka mendatangkan karyawan dari luar Kalimantan dan itu berasal dari daerah endemis malaria, khususnya Papua, maka mereka akan diskrining.
“Kalau memang dia positif, maka diisolasi, kemudian diobati, dan ditindaklanjuti,” ucapnya.
“Surveilan vektor itu terus kita lakukan guna melihat perkembangan nyamuk anopheles yang menjadi vektor malaria di sana. Perindukan itu kita juga lakukan, kita berikan kelambu berinsektisida, kita berikan obat-obatan, dan kita juga lakukan penyuluhan kepada masyarakat,” tambahnya.
Dikemukakannya, adapun program baru yang digagas oleh Kementerian Kesehatan, yaitu kemo prevention, yang merupakan pemberian obat pencegahan malaria kepada orang yang berada di dekat atau yang keluar masuk hutan.
“Program ini masih pilot project, hanya di dua provinsi, yaitu di Kalimantan Timur dan Papua. Ini masih sedang berjalan, sehingga kalau ditanya evaluasinya bagaimana, belum, karena ini sedang berjalan,” pungkasnya. (ADV/nta)
Pewarta : Ernita
Editor : Nicha R