SAMARINDA – Proses Pemilu 2024 hampir berakhir, namun sisa-sisa ueforianya masih terasa di kalangan mahasiswa di Samarinda. Calon legislatif muda juga menjadi bagian dari pertarungan menuju kursi DPR. Berbagai perspektif tumbuh di antara mahasiswa untuk para calon legislatif muda. Salah satunya dari Cia, mahasiswi Universitas Mulawarman (Unmul) Fakultas Ilmu Budaya.
Menurutnya, terpilihnya calon legislatif muda pada akhirnya akan tetap memelihara siklus politik lama, tidak akan ada perubahan signifikan dari legislatif muda yang terpilih.
“Menurut saya, mereka (caleg muda) yang terpilih nantinya tidak akan membawa pembaruan apa-apa. Mereka hanya FOMO ( Fear Of Missing Out), tidak ada perubahan signifikan mengenai terpilihnya mereka,” ucap Cia.
Cia melihat terpilihnya legislatif muda sebenarnya hanya melanjutkan cara-cara lama politikus dulu. Bahkan bagi Cia, para legislatif muda justru perlu dipertanyakan kualitasnya, sehingga tidak hanya memberikan slogan “Anak Muda” dalam kontes pertarungan politik saja. “Kita perlu mempertanyakan kualitas mereka yang mencalonkan legislatif. Jangan-jangan beberapa dari mereka tidak punya kualitas sama sekali,” lanjut Cia.
Berbeda dengan Cia, Ali, mahasiswa Farmasi Unmul melihat optimisme dalam terpilihnya legislatif muda. Bagi Ali, terpilihnya legislatif muda akan memberikan dampak mengenai keterbukaan aspirasi anak muda.
Pandangan pada politik usang yang selama ini terjadi di kancah perpolitikan membuat Ali merasa perlu ada legislatif muda yang ikut serta dalam lingkaran kekuasaan. “Anak muda itu kan lebih terbuka ya, mereka yang lebih tahu lapangannya gimana. Jadi seharusnya dengan terpilihnya mereka, bisa membuat aspirasi baru diterima,” ungkap Ali.
Legislatif muda yang terpilih nantinya akan menarik untuk diperhatikan mengenai kinerja mereka. Harapan akan adanya gerakan baru disaat zaman bergerak lebih cepat dirasa penting. Manuver anak muda diharapkan mampu memberika angin segar dalam kebijakan-kebijakan publik.
“Harusnya mereka nantinya lebih tahu lapangan dan membuka ruang diskusi kepada kami, karena kan kalau demo-demo itu kayaknya sudah enggak diperlukan lagi. Kalau memang membuka ruang diskusi publik,” lanjut Ali.
Hal senada juga diutarakan oleh Ina, mahasiswi Fakultas Hukum Unmul. Legislatif muda memiliki wawasan-wawasan lebih baru daripada yang lebih tua. Masalah mengenai kemajuan teknologi hanya bisa diselesaikan oleh legislatif muda sehingga mampu menciptakan kebijakan-kebijakan yang relevan untuk saat ini.
“Wawasan (teknologi) ini kan hanya ada di anak muda, yang harusnya bisa menjadi nilai plus bagi legislatif muda yang terpilih,” begitu sahutnya.
Terlepas dari itu, pemilihan legislatif masih tidak memberikan ketertarikan di kalangan anak muda. Sebab dalam prakteknya, calon legislatif muda kurang memberikan sosialisasi kepada anak-anak muda terkhususnya mahasiswa di ruang-ruang publik. Bahkan beberapa di antara mereka tidak tahu sama sekali dengan calon-calon legislatif. “Saya kurang tahu, taunya cuma liat-liat dari baliho, itupun enggak terlalu perhatikan,” kata Cia.
Pemilu 2024 masih berlangsung dalam penghitungan. Segala harapan menyelimuti benak mahasiswa di Samarinda. Menunggu gebrakan baru dari para legislatif muda terpilih akan memberikan penilaian tersendiri mengenai efektif atau tidaknya legislatif muda di dalam ranah kekuasaan.
Akankah mereka mewakili aspirasi anak muda dan juga membawa semangat anak muda ke dalam ruang-ruang kekuasaan atau malah sebaliknya. “Mungkin untuk para legislatif muda yang terpilih bisa lebih memedulikan perempuan di Samarinda nantinya. Karena masih banyak perempuan yang tidak memiliki perlindungan, itu aja harapannya,” tutup Cia.
Pewarta : Khoirul Umam
Editor : Nicha R
