JAKARTA – Fenomena menarik terjadi di Arab Saudi dimana semakin banyak warganya mengklaim diri sebagai atheis. Apa sebab di balik meningkatnya jumlah warga Arab Saudi yang menjadi atheis?
Dalam beberapa tahun terakhir, warga Arab Saudi semakin memilih untuk menjadi atheis atau agnostik karena merasa kecewa dengan aturan yang diterapkan di tempat tinggal mereka.
Terdapat tren peningkatan jumlah warga atheis di Arab Saudi berdasarkan data dari berbagai sumber.
Menurut Data Agama Dunia pada 2020 yang dirilis oleh Universitas Boston, di Arab Saudi terdapat sekitar 31,5 juta Muslim, 2,1 juta Kristen, 708 ribu Hindu, 242 ribu atheis atau agnostik, 114 ribu Buddha, dan 67 ribu Sikh.
Walaupun jumlah warga atheis di Arab Saudi relatif kecil, angka ini masih dianggap signifikan karena negara ini menerapkan hukuman yang ketat bagi orang yang menentang agama, bahkan bisa dijerat hukuman fisik, penjara, atau eksekusi mati.
Undang-undang Dasar Pemerintahan Saudi tahun 1992 menetapkan bahwa Islam adalah agama resmi negara dan konstitusinya berdasarkan Al Quran serta Sunnah atau tindakan dan hukum yang dilakukan zaman Nabi Muhammad. UU ini juga melarang promosi ideologi atheisme dalam bentuk apapun dan melarang upaya untuk meragukan dasar-dasar Islam.
Namun, banyak warga Arab Saudi mengaku atheis karena kecewa terhadap aturan pemerintah yang dianggap kaku dan terlampau ketat serta represi yang diberlakukan pemerintah. Pemerintah juga membatasi akses ke situs dan media sosial yang dianggap subversif. Seiring dengan tekanan ini, diskusi soal atheisme di Arab Saudi semakin intensif dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa warga Arab Saudi memilih untuk menjadi anonim, sementara yang lain mempertaruhkan kebebasan mereka untuk meningkatkan kesadaran mengenai sekularisme dan atheisme melalui situs, video, dan media sosial. (dtc)
