spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Balikpapan, Kota Layak Anak Tapi Pernikahan Dini Banyak

Balikpapan diganjar penghargaan Kota Layak Anak (KLA) Kategori Nindya 2021 oleh pemerintah pusat. Padahal, sejumlah masalah masih menghantui anak-anak Kota Minyak. Puluhan anak mengalami pelecehan seksual, kasus gizi buruk, dan pernikahan anak di bawah umur meningkat pesat. Bahkan ada belasan ribu bayi belum mendapatkan akta kelahiran.

Pada Kamis, 29 Juli 2021, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, menggelar video conference bersama wali kota dan bupati se-Indonesia. Wali Kota Balikpapan, Rahmad Masud, bersama sejumlah stafnya turut hadir. Dalam kegiatan itulah Menteri Bintang mengumumkan Balikpapan meraih KLA Nindya 2021. Sebanyak 275 kota/kabupaten lainnya juga mendapatkan penghargaan yang sama.

Dalam keterangan tertulisnya, Bintang menyebutkan ada empat hak dasar anak yang harus dipenuhi kabupaten/kota untuk mendapatkan KLA Nindya. Yakni hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan, serta hak partisipasi. “Hak-hak ini harus dipenuhi dengan mengintegrasikan seluruh sistem yang melingkupi anak seperti keluarga, sekolah dan masyarakat,” tulis Bintang dikutip media daring nasional.

Penghargaan tersebut menjadi ironi karena data-data masalah anak-anak Balikpapan masih ada. Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga berencana (DP3AKB) Balikpapan mencatat, sejak Januari-Juni 2021, terdapat 20 kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak usia di bawah 18 tahun. Sedangkan tahun 2020  ada 30 kasus kekerasan seksual. Jumlah tersebut belum ditambah kasus kekerasan fisik dan psikis anak.

“Kekerasan seksual selalu lebih tinggi angkanya daripada kasus kekerasan yang lain,” jelas Kepala DP3AKB Balikpapan, Sri Wahyuningsih, Senin, 2 Agustus 2021.

DP3AKB juga mendata soal kasus pernikahan anak di bawah umur di kota ini. Tujuh bulan pada tahun ini, ada 178 kasus pernikahan anak di bawah umur. Jumlah tersebut naik drastis bila dibandingkan tahun lalu. Pada 2020, terdapat 73 kasus pernikahan anak. “Ya, angka perkawinan anak meningkat hampir 200 persen,” sebut Yuyun, panggilan pendek Sri Wahyuningsih.

Hasil penyelidikan DP3AKB, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab meningkatnya kasus pernikahan anak. Di antaranya adalah kemiskinan dan hamil di luar nikah. Yuyun yakin, terjadinya hamil di luar nikah karena kelemahan pengawasan orangtua terhadap anak-anaknya. Pasalnya, hampir bisa dipastikan bahwa pernikahan anak terjadi akibat pergaulan bebas.

“Ini yang masih menjadi tantangan kami, bagaimana meningkatkan wawasan orangtua mengenai pola asuh yang baik dan pengawasan kepada anak-anak,” urai perempuan berhijab itu.

Selain masalah kekerasan dan pernikahan, anak-anak masih harus dihadapi masalah akta kelahiran. Pada tahun kemarin, DP3AKB mencatat, sebanyak 7,13 persen dari 217.755 anak di Balikpapan belum mendapatkan akta kelahiran. Jika dijumlahkan, ada lebih 15 ribu anak belum memiliki akta kelahiran.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Yuyun meminta RT dan lurah aktif melakukan pendataan anak-anak yang belum memiliki akta di daerahnya. Kemudian data tersebut dikirim ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Balikpapan. “Kalau datanya lengkap, akta bisa langsung diproses di Disdukcapil,” terangnya.

Yuyun menambahkan, soal kesehatan anak juga menjadi penilaian dalam penghargaan  KLA. Di Balikpapan, sebut dia, kasus gizi buruk dan stunting mengalami peningkatan pada tahun ini. Namun tak disebutkan berapa jumlah kasusnya. “Pada masa pandemi, semuanya ada kecenderungan naik seperti kasus gizi buruk dan stunting,” sebutnya.

Meski demikian, kata Yuyun, pemerintah pusat tak menjadikan peningkatan kasus gizi buruk dan stunting di Balikpapan adalah hal yang besar. Pasalnya, hampir semua daerah juga mengalami hal yang sama. Oleh karena itu, Balikpapan tetap meraih predikat KLA Nindya 2021. “Tidak serta-merta kalau kondisinya naik, peringkatnya ikut jeblok. Karena, sekali lagi, ini masa pandemi,” katanya.

Wali Kota Rahmad Masud tak menampik data-data yang dibeberkan DP3AKB Balikpapan tersebut. Ia berjanji menjadikan data-data tersebut sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki semua masalah anak-anak Balikpapan. Lagi pula, terang dia, KLA Nindya bukan penghargaan paling tinggi. Masih ada KLA Utama yang menjadi misi selanjutnya.

“Insya Allah, kekurangan-kekurangannya segera kami lengkapi. Agar tahun depan, kita bisa mendapatkan yang kategori utama,” ujarnya.

Tanpa menafikan segala masalah anak-anak, Rahmad pun memberikan apresiasi yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah membantu Balikpapan dalam meraih KLA Nindya. Penghargaan tersebut adalah yang kedua kali didapat kota ini dalam tiga tahun terakhir.

“Sebelumnya, kita mendapatkan pada 2019. Terima kasih kepada seluruh jajaran OPD yang tetap bisa mempertahankan Kota Layak Anak,” tutup Wali Kota Balikpapan. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img