spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Antraks Belum Melanda Berau

TANJUNG REDEB – Belum lama ini ramai penyebaran Penyakit Antraks yang telah merenggut satu nyawa. Namun untuk di Kabupaten Berau, dapat dipastikan aman dari penyebaran penyakit tersebut.

Medik Veteriner Muda, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Iwan Kadianto mengatakan, untuk regional Kalimantan belum ada kasus Antraks ditemukan. Pasalnya penyakit antraks yang disebabkan oleh bakteri Antraks (Bacillus anthracis).

Menurutnya, bakteri tersebut dapat membentuk spora yang tahan terhadap perubahan lingkungan dan dapat bertahan hidup selama 32 tahun. “Umumnya penyakit ini menyerang hewan ternak seperti Sapi, Kambing, Kerbau dan sejenisnya.

Jadi kalau Antraks itu disebabkan bakteri. Basilus antraksis, itu jadi menyerang pada sapi, kambing hewan ternak kaki empat,” ungkapnya, Kamis (13/7/2023).

Lebih lanjut, kata dia bakteri penyebab Antraks memiliki spora yang mampu bertahan hidup dengan lama.

“Sehingga, sikap penanganannya juga sangat berbeda untuk mencegah penyebaran semakin meluas,” ujarnya.

Menurutnya salah satu, gejala umum yang dapat dilihat pada hewan ternak yang terindikasi mengidap Antraks adalah terdapat ciri-ciri seperti mengeluarkan cairan darah berwarna kehitaman dan kental sari lubang-lubang tubuh hewan ternak.

“Misalnya keluar darah dari lubang tubuh hewan ternak, seperti hidung, pori-pori atau anus hewan ternak,” ucapnya.

Dia menjelaskan, gejala awal penyakit tersebut ditambah dengan kejadian mati mendadak dengan gejala yang ditunjukkan bisa diindikasi mengidap penyakit Antraks.

“Sehingga kami mengimbau masyarakat waspada dan segera melapor jika mendapati kejadian itu di sekitarnya atau pada hewan ternaknya karena itu gejalanya, bersifat menular dari hewan ke manusia. Sehingga kita harus waspada jika menemukan,” bebernya.

Bahkan penyebaran penyakit Antraks bisa melalui tiga metode yaitu melalui udara, sentuhan kulit dan makanan.

Oleh karenanya, saya mengimbau kepada masyarakat agar tidak memakan daging hewan yang ditemukan dalam keadaan mati bukan karena disembelih. Apabila ada sapi yang mati mendadak terlebih yang menunjukkan gejala Antraks itu kita bisa kena,” tegasnya.

Meski di Kalimantan pada umumnya belum pernah ditemukan kasus Antraks, Iwan mengimbau kepada masyarakat agar waspada berhari-hari dengan kondisi-kondisi tidak tertentu pada hewan ternak.

“Intinya status di Kalimantan bebas dari penyebaran Antraks, tapi tetap waspada,” imbuhnya.

Bahkan bila ditemukan gejala itu pada ternak, masyarakat diminta melapor dan secepatnya bangkai hewan ternak langsung dikubur.

“Sebab, penyakit ini bersifat akut sehingga kemungkinan disembuhkan sangat kecil. Apa lagi Ini penyakitnya akut dan pasti mati. Proses kuburnya pun harus dengan petugas menggunakan APD,” tuturnya.

Kemudian cara penanganan paling cepat diantara tata caranya yang paling umum adalah dengan menggali lubang makam hewan ternak yang mati.

“Kemudian diberi kapur dan dikubur tanah dengan diberi tanda. Jadi harus dikasih tanda, pakai semen ditulisi bahwa di sini dikubur hewan yang terkena antraks. Sebab kita takut spora menyebar, lamanya mampu hidup 32 tahun,” jelasnya.

Kendati demikian, kata dia untuk pencegahan dilakukan dengan vaksinasi hewan Antraks, biasanya vaksin ini dilakukan di daerah yang kena untuk mengisolir penyebaran agar tidak meluas.

“Bisa menghubungi Distanak, untuk sosialisasi ada kita lakukan program hewan ternak,” ujarnya. “Kalau mau mendatangkan ternak ikuti prosedur, kalau diikuti aman di tujuan aman di perjalanan,” pungkasnya. (dez)

16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img