spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Perlu Usaha Keras Sambut Peluang Pertanian untuk IKN

PENAJAM – Sektor pertanian di Penajam Paser Utara (PPU) dinilai mampu memenuhi kebutuhan pangan Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun dengan catatan, telah terbangunnya sinergitas mulai dari pemerintah dan petani sampai ke konsumen.

Kenyataan bahwa PPU telah mampu bersaing dalam pemenuhan kebutuhan pangan di bakal pusat negara itu masih jauh panggang dari api. Kondisi saat ini, yang disebut potensi itu, hanyalah potensi belaka. Belum nampak ada upaya serius dalam mengembangkan potensi itu.

Persoalan-persoalan pertanian itu secara khusus diangkat dalam diskusi Ngobrol Daerah (Ngode) ketiga bertema “Potensi Usaha Pertanian”. Kegiatan  berlangsung di Kedai Sekopian Kecamatan Babulu. Ngode merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh para aktivis muda kreatif PPU.

Narasumber yang dihadirkan mulai dari petani muda Zen Alfan, pengusaha muda Agung Khisbullah, dan Wakil Ketua Komisi II DPRD PPU Sujiati. Mereka menjabarkan pandangan masing-masing mengenai potensi usaha pertanian di PPU.

Menurut Zen Alfan, saat ini petani harus membuka wawasan dan berani mengubah sudut pandang. Bahwa bertani tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tapi juga menjadikan hasil pertanian memiliki nilai ekonomi lebih.

“Kita harus mengubah pola pikir kita, bagaimana lewat pertanian kita bisa jadi usaha. Bukan hanya kebutuhan di dapur dan bermanfaat untuk kebutuhan lainnya,” ucapnya.

Zen juga mengritik milenial yang masih enggan untuk mencoba bercocok tanam. Alih-alih hanya mengutarakan pandangan, tanpa melakukan aksi produktif.

“Yang sepuh sudah tidak bertani dan yang muda tidak mau terjun ke dunia pertanian. Selesai dunia pertanian. Otomatis barang masuk dari luar ke daerah kita, kita hanya jadi penonton. Dan juga otomatis harga lebih tinggi,” katanya.

BACA JUGA :  Pemkab PPU, Kemenag dan Baznas PPU Kolaborasi Selenggarakan Lebaran Yatim

Zen menekankan usaha pertanian tak melulu soal komoditas padi. Masih banyak komoditas lain seperti tanaman hortikultura yang juga masih menjanjikan penghasilan.

“Tidak hanya kita fokus tanaman padi, hortikulturan juga masih menjanjikan,” tuturnya.

Sebagai anak muda yang telah memulai bertani, Zen Alfan mengajak anak muda untuk memiliki kemampuan bertani terjun langsung. Terlebih alasannya sudah cukup kuat, yakni persiapan diri menghadapi perpindahan IKN. “Agar tak hanya jadi penonton di tengah ramainya arus perpindahan orang ke tanah Benuo Taka,” tandasnya.

Senada, Agung Khisbullah yang dalam beberapa tahun terakhir berfokus pada pemasaran hasil pertanian lokal, mengaku memiliki catatan. Buatnya, masih perlu ada komitmen petani yang ada saat ini dalam menjaga konsistensi kualitas dan kuantitas hasil pertanian.

“Jadi harapannya memang petani harus kita jaga. Kita jaga produktivitasnya. Kita jaga bagaimana kesejahteraanya dalam mengelola lahan agar mereka tetap konsisten menanam padi,” terang alumnus Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini.

Menurut Agung, berbagai inkonsistensi ini bisa dimaklumi alasannya. Mulai alasan lahan dan cuaca yang tak menentu di PPU. Saat keduanya baik, maka panen saat itu pula baik kualitasnya. Tentu ia tak kesulitan dalam memasarkan produk lokal ini.

“Kalau lagi bagus, maka semuanya bagus kualitasnya. Tapi ketika berubah periode musimnya tidak mendukung, kualitasnya jadi buruk juga. Tentu ini masalah buat para pengusaha,” ucapnya.

BACA JUGA :  Digelontor Rp 20 M dari Kemenkes, Rumah Sakit Pratama Sepaku Akan Layani Pekerja IKN

Meski begitu, faktor alam tak bisa dianggap satu-satunya penyebab. Pemerintah daerah dinilai turut andil melakukan pembiaran di sektor pertanian. Dan lagi-lagi persoalan dampak dari kebijakan pemerintah dianggap belum memberikan efek yang luar biasa.

“Banyak kebijakan dari pemerintah yang disalurkan, namun memang dampaknya belum terlihat. Karena memang tidak ada perubahan yang signifikan,” tegas Agung.

Seperti persoalan lahan persawahan di PPU yang terkenal memiliki kandungan asam tinggi. Itu tidak diimbangi dengan program pengapuran yang masif  dari pemerintah.

Termasuk pula, persoalan lahan padi yang masih mengandalkan tadah hujan sejak lama. Saat musim kemarau tiba, pemerintah juga tak turut mencari solusi masalah ini. Belum lagi problematika pupuk.

Masalah yang diungkapkan itu dibenarkan oleh Sujiati. Sebagai wakil rakyat yang juga berprofesi sebagai petani, dia mengaku dalam banyak kesempatan telah menyuarakan hal itu.

Namun bagi Sujiati, yang terpenting dalam momentum pindahnya IKN ke Kaltim, ialah menyambut peluang besar yang tak bisa ditawar itu dahulu. Yaitu kemauan untuk mengambil potensi usaha pertanian, khususnya di Kecamatan Babulu. Menurutnya sangat besar untuk menjadi daerah penyangga pangan IKN.

“Untuk potensi usaha pertanian sangat luar biasa, karena saat ibu kota berdiri banyak masyarakat yang ke PPU. Otomatis konsumsi meningkat. Usaha pertaniaan itu sangat berpotensi terkait dengan tanaman pangan hortikultura,” kata dia.

BACA JUGA :  Pemkab PPU Komitmen Laksankan Proklim di 15 Kelurahan/Desa

Sujiati menginginkan peran serta petani bahkan petani muda, untuk mengambil bagian dalam penuhan kebutuhan pangan masyarakat lokal. Sembari melakukan pengembangan usaha memenuhi warga baru yang akan pindah ke PPU.

“Intinya saat ada IKN jangan berbicara apa yang aku dapat dari IKN. Tapi apa yang aku persiapkan dengan adanya IKN. Petani saat ini juga tidak harus main lumpur, banyak pertanian modern kalau terkait dengan harga, insyaallah pada saatnya kita bisa bersaing,” beber dia.

Hasil pertanian, menurut Sujiati, harusnya sudah dimulai menyasar konsumen untuk kalangan menengah ke atas dengan kualitas hasil panen yang baik. “Yang kita persiapkan saat ini bukan hanya konsumsi masyarakat umum saja,  tetapi masyarakat yang datang dari kalangan menengah ke atas,” ungkap Sujiati.

Mengenai beberapa problem tadi, solusi yang dia tawarkan ialah dengan membangun jaringan seluas-luasnya. Karena dari sana, pengalaman juga akan lebih mudah didapatkan. Hal itu nantinya akan berguna dalam melahirkan inovasi dalam dunia pertanian di PPU.

Semisal dalam konsistensi kualitas hasil panen, dapat menemukan pola bertani yang lebih ideal dengan kondisi tanah PPU. Baik dalam menemukan cara bercocok tanam baru, maupun komoditas baru yang lebih efektif.

“Petani saat ditekuni pasti ada hasil. Petani saat bisa melihat peluang musim kemarau, pasti sudah tahu apa yang harus dipersiapkan. Ada tanaman hortikultura, seperti semangka dan ada tanaman sayur. Jadi tidak fokus dengan pertanian padi,” tegas Sujiati. (sbk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Html code here! Replace this with any non empty raw html code and that's it.