SANGATTA – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus menjadi masalah serius, terutama bagi para nelayan di kawasan Kenyamukan, Sangatta Utara.
Pasokan solar yang terbatas memaksa nelayan harus menempuh perjalanan jauh ke kota untuk mendapatkan bahan bakar agar perahu bisa beroperasional.
Menanggapi situasi ini, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim, Jimmy, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Pertamina untuk menyalurkan pasokan solar ke kawasan Kenyamukan. Menurut Jimmy, Pertamina menyatakan siap membuka kerja sama dengan badan usaha yang berminat mengoperasikan stasiun bahan bakar di Kenyamukan.
“Kami sudah melakukan konfirmasi dengan pihak Pertamina, dan mereka mempersilakan badan usaha mana saja yang berminat untuk mengoperasikan stasiun Pertamina di Kenyamukan,” ujar Jimmy beberapa hari lalu.
Jimmy menjelaskan, awalnya stasiun tersebut dioperasikan oleh swasta. Namun, untuk pengalihan status menjadi milik Pertamina, diperlukan proses hukum yang cukup kompleks. Meski sudah lima tahun stasiun tersebut tidak beroperasi, hingga kini belum ada investor yang tertarik untuk mengambil alih.
“Pertamina sudah menawarkan, namun sampai sekarang belum ada yang bersedia mengoperasikan stasiun di sana, sehingga kondisinya sudah lima tahun tak beroperasi,” tandanya.
Situasi ini menyebabkan ketergantungan masyarakat, terutama nelayan, terhadap pasokan solar di kota, yang tentunya menyulitkan mereka dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
“Kita berharap nantinya ada stasiun BBM lagi di Kenyamukan agar nelayan tidak kesulitan lagi mendapatkan solar,” tutupnya. (Ref/adv)