Beranda BONTANG Zona Ampunan dan Semangat Ramadan di Tengah Pandemi Covid-19

Zona Ampunan dan Semangat Ramadan di Tengah Pandemi Covid-19

0
Ust. ZULKIFLI, S.Pd.I., M.Pd.

Oleh: Ust. ZULKIFLI, S.Pd.I., M.Pd
Mubalig  & Akademisi

Hadirnya bulan Ramadan selalu disambut dengan antusias oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Seperti halnya Ramadan sebelumnya (1441 H), ada beberapa rangkaian aktivitas Ramadan yang biasanya dilakukan dengan semarak dan pada umumnya di masjid-masjid dipenuhi dengan jamaah, namun sebagian besar masjid dan musala sepi karena sebagian besar umat muslim menghindari potensi penularan virus Covid-19. Ramadan di tahun ini (1442 H) masih berada pada suasana pandemi, namun sebagai orang yang beriman, kita harus tetap menghidupkan kembali spirit atau semangat Ramadan di tengah Pandemi. Covid-19 jangan sampai menghambat ibadah, khususnya Ramadan tahun ini, justru spirit Ramadhan (1442 H) harus ditumbuhsuburkan di dalam jiwa.

Ramadan sebagai zona waktu yang secara siklus selalu kita lalui setiap 12 bulan sekali, maka sebagai orang yang beriman tentu kita amat menanti dan sangat bergembira atas tibanya bulan suci ini. Mengapa kita harus gembira menyambut Ramadan? Setidaknya Ramadhan dapat menjembatani diri kita untuk mencapai tiga hal; 1) mendidik jiwa, 2) memesrakan diri dengan Al-Qur’an, 3) menggapai zona ampunan dari Allah SWT. Sebagaimana ungkapan Rasulullah yang artinya:

“Siapa saja yang berpuasa pada Bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Hadis inilah yang menjadi salah satu spirit kaum muslimin untuk berlomba-lomba dalam menggapai keistimewaan Ramadan. Selama ini ungkapan “Marhaban yaa Ramadhan” cukup populer, bahkan kini telah bertebaran di sosial media, ungkapan ini merupakan bentuk ekspresi kebahagiaan untuk menanti zona ampunan, namun sesungguhnya hakikat makna dari kalimat “Marhaban yaa Ramadhan” tersebut, justru menjadi sebuah kalimat penegasan kepada diri kita sendiri bahwa kita akan segera memasuki zona cukup berat, bahkan dapat diilustrasikan sebagai jalan yang terjal bahkan mendaki dan harus mengikuti sejumlah protokol ketaatan, bahkan uniknya tidak semua manusia mampu meraihnya.

Inilah pentingnya bagi kita untuk selalu evaluasi diri, boleh jadi selama ini ada kalimat yang melukai perasaan orang lain, ada janji yang terlupakan, ada amanah yang belum dilaksanakan dengan baik, ada niat yang belum kita tunaikan. Untuk itu, spirit Ramadan di tahun 1442 H ini, ada sejumlah protokol ketaatan yang perlu kita patuhi, agar keberadaan kita di zona ampunan tahun ini benar-benar dapat kita laksanakan secara total dan berkualitas, diantaranya; 1) cuci tangan dengan sedekah, 2) Swab hati kita dengan Al-Qur’an, 3) vaksin jiwa kita dengan istigfar dan selawat, 4) jaga jarak dari maksiat.

Dengan demikian, untuk mencapai totalitas ibadah Ramadan yang berkualitas, setidaknya ada tiga hal; 1) Menundukkan pandangan (medsos), 2) Menjaga lisan (dusta, mencela), 3) Menjaga perut (makan berlebihan dan yang haram), 4) Menjaga hati (riya dan takabur).

Semoga ibadah Ramadan kita tahun ini dapat menjadi ibadah Ramadan yang terbaik dari sekian ibadah Ramadan yang telah kita lalui. Sekaligus sebagai penggugur atas dosa dan kesalahan di masa lalu. Sebagaimana ungkapan Ali bin Abi Thalib. “suatu perbuatan buruk yang kau sesali lebih utama di sisi Allah daripada perbuatan baik yang membuatmu bangga dengan dirimu”. Waallu a’lam bissawwab.

Salam literasi, salam sehat dan salam Ramadan. Waasalamu’alaikum Wr. Wb. (**)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version