SAMARINDA– Yayasan Melati konsisten melanjutkan program pendidikan dengan konsep menyiapkan SDM unggulan sesuai visi-misi awal. Bahkan konsep modern yang terdigitalisasi sudah disiapkan.
Membawahi 5 sekolah dengan konsep mandiri, mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan SMK, Yayasan Melati yang berlokasi di Jl HAMM Rifaddin RT 25, Harapan Baru, Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang, kini menaungi sekitar 600 siswa.
Diluar polemik yang berkepanjangan dengan Pemprov Kaltim, Ketua Yayasan Melati Murjani mengaku pihaknya tetap konsisten dengan visi-misi membangun sistem pendidikan yang unggul demi mencetak SDM yang juga mumpuni. “Kami tak punya kepentingan untuk mengintervensi keputusan Pemprov pada polemik panjang itu. Kami tetap fokus pada konsep mencerdaskan anak bangsa,” kata Murjani.
Ia juga tak mempermasalahkan jika konsep pengelolaan pembelajaran modern yang selama ini diterapkan yayasan, juga diterapkan oleh sekolah atau lembaga pendidikan lain.
Karena sedari awal, konsep itu memang diperuntukkan bagi kepentingan bersama, termasuk Pemprov. “Akan semakin baik jika kita bersama berlomba-lomba mendidik anak sesuai zamannya,” tambahnya.
Murjani mengakui, menjadi penanggung jawab yayasan generasi kesekian, pihaknya tak pernah menutup diri untuk mengembangkan konsep, sistem dan struktur edukasi di yayasan. Semua masukan diterima dan menjadi penting. “Kami tak pernah alergi dengan masukan dan kritik. Termasuk dari media. Justru dari situ kami bisa mengetahui sudut pandang berbeda terkait eksistensi yayasan,” katanya.
Termasuk dalam membeberkan laporan operasional dan keuangan. “Dari awal data kami lengkap LPJ (laporan pertanggungjawabannya). Silakan datang pada kami untuk lebih detail mengetahuinya,” tambahnya.
Terkait “berpisahnya” SMA 10 dan Yayasan Melati yang sudah memasuki fase akhir, meski bagi banyak pihak punya pengaruh negatif, menurutnya, juga punya dampak positif.
Idealnya memang sekolah swasta dan negeri punya fondasi yang jelas dan berbeda. Keabsahan dokumen kelulusan siswa juga jadi lebih kuat. Intinya, anak didik tetap bisa terfasilitasi dan bisa fokus menimba ilmu.
Murjani justru menyayangkan ada siswa dan orang tuanya yang ikut dalam polemik yang harusnya tidak menjadi ranah mereka. “Siswa dan orang tua yang demo meski cuma segelintir itu, sebenarnya sudah bergeser dari substansi. Salah satunya, mempermasalahkan jarak perpindahan sekolah. Begitu difasilitasi tetap menolak. Kami tak pernah memahami maksud sebetulnya. Kasihan anak-anak jadi tidak fokus belajar,” bebernya.
GLOBAL DAN MODERN
Dikatakan pula, Yayasan Melati punya gebrakan besar menyambut posisi Kaltim sebagai lokasi ibu kota negara (IKN), yang pastinya bakal menjadi sorotan global.
Dimasa depan, sekolah berasrama ini berencana memadukan kurikulum nasional, internasional dan pembiasaan wawasan global. “Namanya Smart Education City atau Melati Education City. Kawasan smart yang terintegrasi dengan beragam fasilitas modern yang terdigitalisasi,” sebutnya.
Penggunaan paperless bertahap diterapkan. Pola belajar mengajar sistemnya tak harus tulis-menulis lagi. Kurikulum juga mengadopsi internasional. Polanya mengikuti perkembangan cepat digitalisasi. Lebih cepat, efektif dan mudah secara pendataan. Juga ramah lingkungan karena tak lagi ada beban sampah kertas. “Semua aktivitas pembelajaran siswa bisa terpantau dengan mudah. Bahkan datanya nanti bisa diakses dengan mudah oleh orang tua,” jelasnya.
Begitu juga dengan operasional asrama siswa. Kedepan, akan ada kebijakan melarang penggunaan uang tunai. Tetapi sistem pembayaran digital dengan dukungan mitra bank atau e-money, sehingga keuangan siswa lebih terkendali. Orang tua bisa tahu apa saja pengeluaran anak selama di asrama.
Semua kebutuhan akan disiapkan. Termasuk kebutuhan toko serba ada, fasilitas kebutuhan bahan pendidikan, tempat bersantai (café), ATM dan sebagainya yang semuanya disetting dengan sistem transaksi e-money.
Dalam keseharian, termasuk belajar mengajar, kawasan itu wajib menerapkan menggunakan Bahasa Inggris. Maksudnya jelas, semua siswa harus fasih berbahasa internasional demi memudahkan pengetahuan wawasan secara global. “Ingat Kaltim adalah IKN. Bakal menjadi sorotan dunia. Juga, ada jutaan anak dari pegawai pemerintahan pusat yang hijrah dari Jakarta. Tentu butuh sekolah berkualitas,” ujarnya.
Menurut dia, disitulah kesempatan lembaga pendidikan Kaltim menaikkan kapasitas dan level menjadi sekolah modern bertaraf internasional. “Jangan sampai anak-anak itu malah tetap sekolah di Jawa. Harus dirangkul. Tetapi jangan diilupakan juga siswa lokal. Komposisi keduanya, dengan dukungan kurikulum kekinian dan smart, saya yakin akan menciptakan lingkungan yang juga smart,” harapnya. (adi)