JAKARTA – Visi Indonesia Emas 2045 mensyaratkan masyarakat Indonesia dapat mencapai kemandirian pangan dengan akses mudah dan terjangkau pada tahun 2045.
Tujuan ini sesuai dengan tren global di mana kebutuhan masyarakat di Bumi ini akan komoditas pangan terus mengalami peningkatan hingga 2045 sebagai akibat dari pertumbuhan populasi dunia.
Pertumbuhan populasi ini didorong salah satunya oleh kecenderungan masyarakat untuk melakukan urbanisasi ke wilayah-wilayah perkotaan demi mencari penghasilan lebih baik dan mendapatkan akses informasi melalui teknologi informasi komunikasi untuk pengembangan wawasan.
Kendati demikian, permintaan akan komoditas pangan secara global mengalami tantangan berat akibat perubahan iklim ekstrem. Tantangan ini menyebabkan komoditas pangan yang sebelumnya mulai terbatas akibat meningkatnya permintaan global, menjadi semakin langka dikarenakan perubahan iklim ekstrem.
Semakin langka komoditas pangan ini kemungkinan besar dipengaruhi kian terbatasnya sumber daya air akibat perubahan iklim ekstrem sehingga menyebabkan ketiadaan air bagi irigasi dan membuat musim tanam menjadi tertunda dan bahkan menyebabkan kegagalan panen.
Hal ini tentunya dapat berdampak pada produktivitas lahan pertanian yang tidak optimal dalam menghasilkan panen yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, terlebih lagi bagi masyarakat di perkotaan yang membutuhkan stok pangan dalam jumlah banyak dan sangat bergantung kepada para petani di desa-desa yang menjadi lumbung pangan.
Sayangnya, perubahan iklim yang ekstrem tidak hanya membuat produktivitas panen tidak optimal, namun juga menimbulkan dampak lainnya yakni menurunnya kesejahteraan petani.
Kesejahteraan yang berkurang tentunya akan mendorong para petani untuk ikut juga melakukan urbanisasi ke kota-kota, tak terkecuali para generasi muda yang juga pindah ke kota-kota demi mencari penghidupan lebih baik karena lahan-lahan mereka tidak produktif lagi.
Selain itu, kehidupan desa yang monoton dan sulit berkembang karena hanya mengandalkan sektor pertanian membuat generasi muda tidak tertarik untuk mencoba terjun ke sektor pertanian yang kondisinya semakin terancam oleh perubahan iklim ekstrem. Kondisi ini tentunya dapat menimbulkan deregenerasi petani karena generasi muda tidak mau melanjutkan bertani.
Pemerintah sendiri langsung melakukan antisipasi berbagai kemungkinan tersebut dengan melakukan pembangunan infrastruktur sumber daya air yakni bendungan sebagai Proyek Strategis Nasional atau PSN.
Status PSN dalam pembangunan bendungan bukan hanya sekadar untuk mencapai ketahanan dan kemandirian pangan pada 2045, namun juga memiliki peran strategis pada sektor pertanian dan desa.
Lalu bagaimana pembangunan infrastruktur bendungan sebagai PSN dapat mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di desa?
Ketahanan pangan
Tujuan pembangunan bendungan sebagai PSN untuk menjaga dan mempertahankan ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produktivitas pangan di tengah tantangan perubahan iklim.
Perubahan kondisi iklim global yang terjadi dapat menimbulkan penurunan debit air irigasi sehingga menyulitkan petani dalam melakukan proses produksi tanaman pangan seperti beras yang sangat bergantung pada air.
Melalui pembangunan bendungan, luas irigasi yang dapat dimanfaatkan akan mengalami peningkatan dari awalnya 761.542 hektare pada tahun 2014 menjadi 1,14 juta hektare pada tahun 2024. Dengan demikian, indeks pertanaman yang semula rata-ratanya sekitar 137 persen akan meningkat menjadi sekitar 254 persen.
Pemerintah saat ini telah membangun 42 bendungan dari total target 61 bendungan yang harus rampung sebelum akhir tahun 2024. Dengan adanya 42 bendungan baru tersebut, Indonesia bisa mengalami Indeks Penanaman (IP) beras sebanyak 200 persen. Diperkirakan jika sebelumnya surplus beras mencapai 3 juta ton, maka pada tahun 2045 Indonesia ditargetkan dapat menghasilkan surplus beras sebesar 10 juta ton.
Kehadiran 42 bendungan ini juga dapat mengairi sawah seluas 283.203 hektare sehingga produktivitas padi pun bisa meningkat menjadi 4-5 juta ton. Selain meningkatkan produktivitas tanaman pangan, kehadiran puluhan bendungan tersebut juga dapat memberikan tambahan air baku sebesar 35,6 m3/detik yang bisa memenuhi kebutuhan air bagi 10 juta jiwa penduduk.
Contoh nyata dari peran bendungan sebagai infrastruktur strategis untuk menjaga ketahanan pangan yakni tuntasnya pembangunan Bendungan Ameroro di Nusa Tenggara Timur. Kehadiran bendungan dengan kapasitas tampung sebesar 98 juta m3 tersebut dapat meningkatkan layanan daerah irigasi bagi wilayah sekitarnya secara signifikan dari yang sebelumnya hanya 1.903 hektare menjadi 3.363 hektare.
Peranan pembangunan bendungan sebagai PSN dapat menjaga ketersediaan air bagi jaringan irigasi pertanian sehingga ujung-ujungnya dapat meningkatkan produktivitas pangan nasional. Peningkatan produktivitas pangan nasional ini tentunya dapat meningkatkan surplus pangan, dan pada akhirnya menjaga kestabilan harga pangan di level konsumen.
Kesejahteraan petani
Tujuan lainnya dari PSN bendungan adalah meningkatkan kesejahteraan petani sebagai tenaga pertanian yang memiliki peran penting dalam proses produksi tanaman pangan.
Salah satu kunci bagaimana petani dapat meningkatkan kesejahteraan dengan tidak terkendalanya proses produksi pertanian, di mana hal ini ketersediaan air untuk proses produksi tersebut harus terus mengalir secara konsisten.
Ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian mengalami peningkatan karena hadirnya puluhan bendungan baru sehingga stabilitas harga pangan menjadi terjaga sebagai akibat meningkatnya produktivitas pangan sehingga hal ini tentu berimbas pula pada peningkatan pendapatan petani.
Tak hanya dapat berdampak secara tidak langsung terhadap peningkatan pendapatan petani, kehadiran bendungan juga membuat petani dapat memiliki pendapatan tambahan dengan memanfaatkan bendungan sebagai sarana pariwisata yang menjadi bagian dari desa wisatanya.
Fungsi bendungan sendiri selain menjadi tempat konservasi air, akses air bersih, dan penyediaan irigasi juga dapat berperan sebagai tempat wisata. Hal ini karena bendungan-bendungan yang dibangun di Indonesia dilakukan di lokasi yang memiliki panorama alam indah seperti pegunungan, hutan, dan perbukitan. Kehadiran bendungan di desa wisata tentunya akan semakin menarik kunjungan wisatawan, yang pada akhirnya turut menambah pemasukan bagi petani desa.
Dengan meningkatnya kesejahteraan petani tersebut, menjadikan profesi petani kembali prospektif, yang pada akhirnya mengundang kembali generasi-generasi muda Indonesia untuk kembali menggeluti dunia pertanian.
Menggeluti di sini bukan sekadar kembali menjadi petani yang turun langsung ke sawah-sawah, melainkan juga berupaya menciptakan inovasi, bimbingan penggunaan teknologi serta digitalisasi kepada petani, sampai dengan penerapan sistem manajemen produksi pangan agar dapat mendorong produktivitas pertanian nasional semakin lebih baik.
Arti strategis Proyek Strategis Nasional (PSN) bendungan betul-betul memiliki tujuan dan dampak penting bagi sektor pertanian nasional di mana pembangunan bendungan memiliki sasaran strategis yakni membangun kembali swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani sebagai salah satu upaya menuju pencapaian Visi Indonesia Emas 2045.
Editor: Achmad Zaenal M
Oleh Aji Cakti
Editor : Achmad Zaenal M