Catatan Rizal Effendi
PUKUL 07.00 pagi saya di Kampus Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di Km 15, Jl Soekarno–Hatta, Balikpapan. Tapi saya masuknya lewat Km 13, jalan ke Kariangau. Di situ ada jalan pintas, meski berlubang-lubang. Saat kemarau seperti sekarang masih bisa dilewati. Tapi kalau musim hujan, jalan pintas itu jadi kubangan besar.
Kampus ITK yang berada di tengah hutan dekat Kebun Raya Balikpapan itu, lagi hajatan. Mereka mewisuda 563 lulusannya dari 14 program studi, 7 Oktober lalu. Bersamaan dengan peringatan Dies Natalis ke-9 ITK. Institut ini diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 6 Oktober 2014.
Acaranya sengaja mengambil tempat di kampus. Tidak di ballroom hotel. Biar keluarga tahu di mana kampus ITK itu berada. Maklum di tengah hutan, tapi asyik juga meski terbilang jauh dari kota.
Saya datang ke sana bukan sebagai undangan. Hanya menemui anak muda bernama Vibra Wijaya, yang sering bersama saya. Vibra yang bertubuh bongsor ini juga diwisuda. Wajahnya tampak ceria dan penuh semangat. “Alhamdulillah, Pak, Vibra akhirnya diwisuda juga,” katanya bangga.
Saya juga tidak bisa menghadiri acara resminya lantaran ada kegiatan di Samarinda dalam waktu yang sama. Jadi Vibra saya cegat di pintu gerbang kampus. Setelah saya kasih ucapan selamat dan bunga wisuda plus foto bareng, saya meneruskan perjalanan. Bunga wisudanya berwarna ungu ternyata matching dengan baju toga yang dikenakan Vibra bercorak hitam dan ungu.
Dalam psikologi warna, warna ungu memberi kesan keanggunan dan kebijaksanaan. Warna ungu juga mampu memberikan gambaran akan sifat kesenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Ungu juga punya reputasi sebagai salah satu warna yang paling romantis.
Wisuda yang diiikuti Vibra itu adalah wisuda angkatan ke-15. Wisuda ke-14 dilaksanakan lima bulan lalu, 6 Mei diikuti 250 wisudawan. Lokasi acara juga sama, di kampus. Tepatnya di Auditorium Laboratorium Terpadu. “Perjuangan berat, Pak untuk bisa mengenakan toga ini,” katanya terharu.
Suasana wisuda ke-15 berlangsung meriah dan haru. Banyak orang tua menitikkan air mata melihat anaknya sukses. Siapa yang tidak bangga melihat anaknya memakai baju toga. Sementara sejumlah mahasiswa ITK di luar tempat acara menyambut kakak-kakak seniornya dengan aksi khusus, bernyanyi dan mengibarkan bendera kegembiraan.
Vibra kuliah di Jurusan Sains Teknologi Pangan dan Kemaritiman program Teknik Perkapalan. Empat setengah tahun dijalaninya. Bahkan dia sempat dua bulan tinggal di Makassar mengikuti program kuliah lapangan di PT Industri Kapal Indonesia (IKI). “Soalnya belum ada di Balikpapan, jadi saya harus ke sana,” jelasnya.
Jurusan Teknik Perkapalan adalah program studi (prodi) yang mempelajari seluk beluk yang berkaitan dengan kapal. Di antaranya mempelajari cara merancang kapal, mesin kapal, dan berbagai alat navigasi kapal.
ITK juga membuka fakultas dan jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan, Teknik Lingkungan dan Teknik Metalurgi; Matematika dan Teknologi Informasi; Teknologi Sipil & Perencanaan serta Teknologi Industri dan Proses.
Ketika Vibra menjalani ujian sidang tugas akhir dan skripsi, saya juga sempat hadir. Saya menunggu Vibra di warung seberang kampus. Wajahnya semringah ketika dinyatakan lulus di hadapan dosen penguji. Kita sempat “pesta bakso” di warung itu.
ITK UNTUK IKN
Rektor ITK Prof Dr.rer.nat Agus Rubiyanto, M.Eng.Sc tampak ceria mendampingi para dekan dan ketua jurusan ketika mewisuda para lulusan. Prosesi wisuda berlangsung cukup panjang, maklum jumlahnya lebih dari 500 orang.
Di depan para mahasiswa dan wisudawan, guru besar Departemen Fisika, Fakultas Ilmu Alam ITS ini menegaskan bahwa ITK komit mencetak para sarjana yang mempunyai daya saing yang kuat. “ITK harus berperan besar dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Indonesia,” tandasnya.
Prof Rubi adalah orang terbaik ke-3 dari ITS yang dipercaya menjadi rektor ITK. Sejak didirikan, ITK memang di bawah bimbingan ITS. Prof Rubi meraih gelar doktor ilmu sains di Jerman. Bahkan pernah bertugas sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedubes RI di Berlin.
Kampus ITK saat ini adalah kampus terdekat dengan lokasi IKN di Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU). Karena itu banyak pihak berharap kebutuhan tenaga dalam pembangunan berbagai infrastruktur di IKN seyogianya diisi oleh anak-anak jebolan ITK. Rektor ITK didorong segera menjalin kerjasama dengan Otorita IKN dalam berbagai bidang terutama pemenuhan tenaga terlatih.
Sampai wisuda ke-15, ITK telah berhasil meluluskan 2.916 alumni dari berbagai jurusan. Sebagian besar telah bekerja di berbagai perusahaan dan industri. “Tentu ini menjadi kebanggaan kita semua, kampus dan keluarga,” kata Rubi.
Ada salah satu alumnus ITK angkatan pertama yang sukses bekerja di Kementerian PUPR. Dia adalah Melinda Atika Rachman, ST, MT, yang ditempatkan di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan Timur di bidang pembangunan.
“Pekerjaan saya sekarang linier dengan jurusan yang saya ambil waktu kuliah, yaitu teknik sipil. Tetapi lebih spesifik lagi di bidang jalan dan jembatan,” kata Melinda seperti ditulis Kompas.com.
Melinda mengaku bidangnya saat ini harus fokus untuk percepatan pembangunan di IKN utamanya untuk jalan tol, jalan nasional dan jembatan. “Tetapi juga tetap memerhatikan pembangunan jalan nasional dan jembatan di luar IKN di seluruh wilayah Kaltim,” jelasnya.
Ia sangat berharap adik-adiknya para mahasiswa ITK mampu bersaing dengan mahasiswa dari perguruan tinggi lain dan mampu menunjukkan kalau lulusan ITK juga memiliki soft skill dan hard skill yang bisa dibanggakan.
Saya pernah bertemu dengan Rektor ITK Prof Rubiyanto. Saya menyebutnya “rektor bonek.” Maklum dia pendukung berat tim sepakbola Persebaya Surabaya. Lelaki kelahiran Surabaya 19 Juni 1965 ini mengantongi kartu anggota Bonek Persebaya. Tentu kita berharap dengan “kebonekannya” Prof Rubiyanto membawa kemajuan pesat bagi ITK.
Penulis Wartawan senior Kalimantan Timur. Wali Kota Balikpapan dua periode 2011-2021.