spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Waspada, DBD Melonjak, Sudah 223 Kasus, 2 Meninggal

BONTANG – Wabah demam berdarah (DBD) kembali menghantui Bontang. Tercatat sejak Januari-November 2020, sudah ada 223 kasus DBD di Kota Taman, dimana 2 pasien diantaranya meninggal dunia. Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang dan seluruh puskesmas yang ada, tak bosan mengimbau warga agar selalu waspada dan menjaga kebersihan di rumahnya masing-masing.

“Yang terpenting adalah edukasi kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan. Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),” ujar Kadinkes Bontang, dr Bahauddin, Kamis (19/11/2020).

Sementara itu ditambahkan Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Penyakit menular Dinkes Bontang Muhammad Ramsi, menyarankan agar masyarakat peduli terhadap lingkungan sekitar rumah. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, yang mana warga kebanyakan berada beraktivitas di rumah. Sehingga dirinya meminta warga untuk membersihkan tempat-tempat yang memiliki genangan air dan berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. “Galakan gerakan 3M plus untuk memutus mata rantai penyebaran,” bebernya.

Terpisah, Penanggung Jawab UKP Puskesmas Bontang Utara 1, Ibnu Ludi Nugroho menyampaikan, setiap memasuki musim hujan, selalu muncul potensi kenaikan kasus DBD. Menurut dia, hal ini tidak hanya terjadi di Bontang, namun juga di wilayah lainnya. “Sebelum pandemi ini kami gencar melakukan sosialisasi ke komunitas warga ataupun pengajian di RT-RT. Karena saat ini ada lagi peningkatan kasus, sehingga kami akan gencarkan lagi,” terangnya.

Edukasi ke warga kata dia, tidak hanya dilakukan melalui sosialisasi tatap muka, tetapi juga melalui media brosur ataupun pamflet. Dirinya mengingatkan, apabila ada warga atau pasien yang mengalami gejala demam tinggi, untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Nantinya akan dicek, apakah gejalanya mengarah ke penyakit DBD ataukah tidak. “Nanti akan dicek apakah trombositnya rendah atau tidak. Darahnya akan mengental atau tidak,” sebutnya.

Soal fogging, puskesmas baru akan melakukan jika di suatu rumah warga sudah terjadi kasus DBD. Nantinya petugas akan melakukan pengecekan ke lapangan untuk melihat keberadaan jentik nyamuk, dan keesokan harinya barulah dilakukan fogging. Dengan harapan, nyamuk aedes aegypti dewasa yang masih ada di kawasan tersebut bisa mati.

“Jika dibawa ke fasilitas kesehatannya cepat, maka akan cepat juga ditangani dengan baik. Jika lambat akan berdampak buruk. Kasus kematian DBD ini banyak menyerang anak-anak. Berbeda dengan Covid-19 yang menyerang usia-usia tua,” pungkasnya. (bms)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti