Catatan Rizal Effendi
ADA satu penerima undangan HUT ke-126 Kota Balikpapan, Jumat (10/2) kemarin, tak bisa hadir. Padahal selama ini dia tak pernah absen. Dan selalu bikin heboh. Orangnya bernama Kasmadi, akrabnya dipanggil Pak Kasmadi. Dia adalah ketua RT 009, Kelurahan Batu Ampar. “Saya lagi flu berat, Pak,” katanya ketika saya hubungi.
Kaget juga saya, kok Pak Kasmadi bisa sakit? Biasanya dia tampil gagah dengan kacamata hitam. Wajahnya cerah, seperti menggambarkan majunya kota ini. Saya bilang kalau orang tidak tahu, pasti dikiranya ini penampilan seorang wali kota. Pak Kasmadi tertawa. “Ala Mas, aku ini cuma seorang ketua RT,” katanya tertawa.
Ya Pak Kasmadi ini termasuk ketua RT terlama di Balikpapan. Dia sudah 34 tahun menjadi ketua RT di Kelurahan Batu Ampar. Melebihi masa tugas saya waktu jadi wali kota dan wakil. Saya cuma 15 tahun. Tapi waktu ada pemilihan ketua RT terlama, dia tak dipanggil. “Habis saya sudah sering diberi penghargaan,” jelasnya.
Rasanya sudah belasan tahun dia tak pernah absen menghadiri HUT Kota. Bisa jadi mulai era Pak Tjutjup, Pak Imdaad dan sampai sekarang. “Ya kebanggaan buat saya bisa mengikuti HUT Kota dari tahun ke tahun, semuanya unik dan berkesan,” katanya bersemangat.
Hebatnya Pak Kasmadi selalu akrab dengan wali kota yang mana saja. “Siapapun pemimpinnya, pengabdian kita kepada kota ini tidak boleh berkurang. Ayo kita sama-sama membangun Balikpapan sebagai kota bersih dan kota yang dicintai,” ajaknya.
Menurutnya, kota ini sangat ideal. Kota multi-etnis. Semua suku bangsa ada. Ya Bugis, Jawa, Banjar, Dayak, Madura, Batak, Manado, Buton, Toraja dan masih banyak lagi yang lain. “Kita hidup rukun, karena itu tak salah kota ini disebut miniaturnya Indonesia,” kata Pak Kasmadi.
Meski sudah berpuluh tahun jadi ketua RT, bicara Pak Kasmadi tetap kental aksen Jawanya. Dia dilahirkan di Kediri, 60 tahun silam. Istri pertamanya meninggal, lalu menikah lagi dengan Siti Rohmah, wanita muda asal Sampang Madura.
“Istri saya lagi pulang ke kampungnya. Dia lagi menjaga ibunya yang tinggal sendiri. Saya baru dari sana, kangen juga. Dia minta saya tinggal di Sampang,” katanya tertawa.
Pak Kasmadi termasuk orang yang multitalenta. Apa saja bisa dia kerjakan. Hampir tiap minggu jadi MC resepsi perkawinan. Karena itu saya sering ketemu. Terkadang malah dia yang mengantari saya undangan. “Orang titip untuk Bapak,” katanya.
Dia juga jago nyanyi. Mau jenis lagu apa saja. Mulai langgam Jawa sampai dangdut koplo. Yang saya suka kalau dia menyanyikan “lagu kebangsaannya” dari Malaysia. Saya bilang judul lagunya “Tayamum.” Maklum judul aslinya “Suci Dalam Debu,” yang populer dinyanyikan oleh grup musik Iklim.
Saya lupa kapan mulai akrab dengan Pak Kasmadi. Rasanya sejak saya mendampingi Pak Imdaad Hamid sebagai wakil wali kota. Dia tahu saya sebelumnya wartawan koran Kaltim Post, yang gedungnya tak jauh dari wilayah kekuasaan Pak Kasmadi sebagai ketua RT. Dia sering datang ke Gedung Biru. Lalu selalu memberikan dukungan kepada saya.
DUTA MASKER
Sewaktu kita dilanda wabah Covid-19, Pak Kasmadi tampil aktif mengedukasi masyarakat agar melaksanakan protokol kesehatan terutama memakai masker. Entah siapa yang mendorongnya, tiba-tiba dia berteriak-teriak di mana-mana menggunakan megafon Toa mengingatkan masyarakat agar menggunakan masker.
“Ayo Bapak, Ibu dan anak-anak, jangan lupa maskernya. Biar kita tidak tertular Covid,” begitu dia masuk dari RT ke RT. Terkadang dia datang ke kantor wali kota. Ketika saya masih menjadi wali kota, dia nyelonong ke ruang saya meminta masker untuk dibagikan. Terkadang dia bersama Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) dr Dio.
Karena kegigihannya itu, saya memberikan penghargaan sebagai Duta Masker Balikpapan. Dia dikenal semua orang. Terkadang dipanggil Kodam atau Polda Kaltim untuk mendampingi Pangdam dan Kapolda melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Dia juga menjadi ketua RT pertama di Balikpapan yang divaksin Covid. “Satu kebanggaan, saya menjadi salah seorang yang jadi pelopor disuntik vaksin Covid,” kata Pak Kasmadi. Berkat itu, selama Covid jenis delta dia tak pernah tertular. Padahal belusukan ke mana-mana.
Uniknya dia kena Covid bersamaan dengan saya. Syukurnya sudah Covid varian Omicorn. Jadi tidak terlalu ganas. Mungkin gara-gara kita bareng di acara perkawinan. Beberapa hari kemudian sudah pulih. Tidak sempat kehilangan rasa dan penciuman.
Dua hari sebelum peringatan HUT ke-126 Balikpapan, saya bertemu Pak Kasmadi di acara resepsi perkawinan Trio Irawan dengan Yuli di Jl DI Panjaitan, Gang Algofur 3 RT 3, Kelurahan Gunung Samarinda, Balikpapan Utara. Sebelumnya juga ada acara ulang tahun istri Pak Dayat, pengusaha bengkel, yang sekarang sangat akrab dengan saya.
Ada Mas Woro juga dengan teman-teman dari Paguyuban Wayang Kulit Balikpapan Brotoseno. Saya akrab dengan sinden-sindennya. Ada juga dalang Ki Wahyu Kuncoro. “Pokoknya kita tetap eksis dan terus berkarya,” jelasnya.
Kalau dalam cerita pewayangan, Pak Kasmadi seperti Petruk. Tokoh punakawan yang dikenal jenaka, tapi juga punya gagasan atau pemikiran yang tidak diduga-duga. Petruk acapkali memberikan nasihat bijak, terutama dalam hal kepemimpinan politik saat negeri kahyangan mengalami kekacauan. Cepat sembuh Pak Kasmadi. Jangan lupa pakai masker.(*)