TENGGARONG – Kebijakan karantina 14 hari bagi hewan kurban yang masuk ke Kutai Kartanegara (Kukar), mulai dirasakan dampaknya oleh pedagang hewan kurban.
Yang sudah pasti, bertambahnya biaya operasional. Seperti dirasakan Lukman, pedagang sapi kurban dari Majene, Sulawesi Barat (Sulbar).
Menurut Lukman, karantina hewan yang hendak dia jual dari Sulbar ke Kukar, kini lebih panjang hingga 14 hari dari sebelumnya hanya 3-4 hari. Biaya tersebut belum termasuk biaya pakan ternak, yang harus dipenuhi pemilik hewan selama masa karantina.
Selain itu, kenaikan juga terjadi pada biaya kapal yang mengangkut hewan kurban. Dimana tahun lalu, per truk hanya dipatok Rp 21 juta, kini menjadi Rp 24 juta per truk. Ongkos lumayan besar bagi rombongan Lukman yang mengangkut 77 sapi dengan dua truk. “Itu yang bikin peningkatan ongkos dan harga jual sapi kurban,” ujar Lukman pada mediakaltim.com, Jumat (10/6/2022).
Menyusul adanya kenaikan ongkos operasional tersebut, Lukman dan pedagang lain, terpaksa menaikkan harga jual sapi yang mereka bawa dikisaran Rp 2-2,5 juta per ekornya.
Alhasil, harga sapi termurah di lapaknya, mencapai Rp 18 juta dengan bobot hampir 70 kg, sementara termahal bisa mencapai Rp 30 juta dengan bobot 100 kg lebih, untuk jenis Sapi Brangus.
Walau tengah terjadi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Lukman dan sesama penjual sapi yakin bakal ada peningkatan penjualan dibanding tahun lalu. Sebabnya, belum 10 hari membuka lapak di Jalan Jelawat Timbau dan Jalan Maduningrat, sudah 30 ekor sapi dipesan pembeli.
Kini, lanjut Lukman, tersisa 40 sapi yang belum terjual, dan diyakini laku dalam kurun waktu 20 hari jelang Iduladha 1443 Hijriah pada 9 Juli 2022. “Meski ada wabah PMK, ternyata tidak mempengaruhi jumlah penjualan,” tutup Lukman. (afi)
