spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Wabup Avun Berbagi Strategi Menanam Padi Gunung di Musim Hujan

MAHULU – Wakil Bupati Mahakam Ulu Yohanes Avun berbagi strategi menanam padi gunung di musim hujan. Trik itu dimulai dari proses menebas hingga panen. Langkah ini dia klaim bisa menekan ongkos produksi sekaligus mengurangi risiko kegagalan panen.

“Kalau kita buat ladang padi yang luas harus punya strategi,” ujar Wakil Bupati pekan lalu ketika berdiskusi dengan para petani di Kecamatan Long Apari.

Strategi bertani ini penting. Mengingat perladangan padi gunung di Mahulu berbeda dengan menanam padi di sawah. Perbedaan itu bisa dilihat mulai dari proses penyiapan lahan sampai pemanenan.

Proses penyiapan ladang padi gunung di Mahulu biasanya menggunakan sistem gilir balik. Para petani biasanya membuka sejumlah lahan yang diharapkan subur. Pembukaan lahan biasanya dengan cara penebasan, pemotongan dan mencincang pohon serta semak belukar.

Proses ini bertujuan memudahkan proses pembakaran. Harapannya, sisa pembakaran bisa menjadi pupuk alami penyubur tanaman padi. Proses ini memakan waktu beberapa minggu. Dan, sangat tergantung terik matahari untuk memudahkan pengeringan daun agar mudah dibakar.

BACA JUGA :  Tak Ada Konflik Antar-Umat Beragama, Bupati Mahulu Beri Apresiasi

Pengalaman tahun sebelumnya, Wabup mendapati keluhan banyak petani tidak bisa melanjutkan proses pembakaran lahan dikarenakan musim hujan. Untuk itu, Wabup punya solusi. Pembakaran bisa dilakukan bertahap. Lahan yang sudah siap bisa langsung ditanam benih padi –tugal. Begitu seterusnya hingga seluruh lahan ditanami bibit.

“Tempat yang bisa kita tugal, tugal saja dulu. Dicicil pelan-pelan. Kita tetap butuh hujan agar bibit padi tumbuh,” saran Wabup.

Wabup yang juga bertani dan berkebun ini menambahkan, mencicil penanaman bibit padi terlebih di musim hujan dan dibantu anggota keluarga dinilai lebih ekonomis dibandingkan mengupah orang.

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Prof Rusdiansyah menyampaikan sisa dedaunan dan ranting itu bisa secara alami terurai oleh alam tanpa harus dibakar. Bahkan, ia menyampaikan, dedaunan busuk itu mengandung banyak unsur nitrogen yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

“Dedaunan itu dibiarkan membusuk alami secara beberapa bulan lebih baik sebagai pupuk kompos organik,” kata Prof Rusdiansyah.

Ketika padi sudah mulai tumbuh, para petani bisa kembali mengajak anggota keluarga merumput, memupuk dan membasmi hama bersama. Proses gotong royong ini bisa terus dijalankan hingga musim panen tiba. Anggota keluarga yang memelihara padi bisa menikmati hasil keringat bersama.

BACA JUGA :  Hadiri Perayaan HUT Dekranas di Solo, Yovita : Jangan Pernah Bosan Berinovasi

Bahkan, Avun – begitu ia karib disapa yakin petani lokal sudah tidak lagi menjalankan ladang berpindah dan mengandalkan pupuk organik akan merasakan keuntungan jangka panjang. Paling terasa, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya membuka dan menyiapkan ladang baru. Bahkan, jika padi ditanam bersamaan di ladang yang berdekatan secara bersamaan akan memudahkan perawatan dan pembasmian hama.

“Tak menutup kemungkinan, kita bisa panen setahun dua kali. Biasanya panen setahun sekali,” ujarnya.

Karena itu, dia berharap program integrasi Sapi-Padi yang mulai diperkenalkan tahun ini bisa mulai berjalan. Pemerintah berharap, kotoran sapi yang dipelihara di sekitar ladang padi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos organik pengganti pupuk kimia kemasan. (adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img