BONTANG – Para sopir truk mengaku kesal sulitnya mendapatkan solar di Kota Bontang. Antre berjam-jam tak menjamin mereka, kebagian BBM. Belum lagi, mereka harus bersitegang dengan pemilik toko atau warung, karena truk menutupi usahanya.
“Kami juga tidak mau berlama-lama parkir menunggu antrean. Tapi kalau kami tidak antre, tidak kebagian solar. Sudah sering kami beradu mulut, tapi kami memilih mengalah, takut ribut,” tutur Boby, sopir truk, yang antre Solar di SPBU Tanjung Laut, Jalan Jendral Sudirman, Jumat (30/10) sore. “Saya bilang ke mereka, jangan protes ke kami. Kami juga cari makan. Protes saja ke pemerintah, kenapa kok solarnya langka,” sambungnya.
Pria yang membawa truk angkutan alat tulis ini mengaku, sudah lima hari berusaha mendapatkan solar. “Baru hari ini dapat nomor 3, karena sudah antre dari jam 10 pagi tadi. Tapi sampai sore ini (pukul 18.00 Wita, Red.) solarnya belum datang juga,” keluh pria yang tinggal di Jalan Selat Malaka ini.
Ia juga mengeluhkan stok solar di SPBU hanya sedikit. Sehingga saat giliran tiba, BBM sudah habis. “Ini sering kami alami. Kadang jengkel, karena harus antre lagi kalau mau dapatkan BBM. Itu pun baru besoknya. Karena stoknya hanya sekali dalam sehari,” sebutnya. “Solusinya, kalau tidak mau ada antrean, ya stoknya ditambah. Minimal dua kali sehari di semua SPBU. Lah ini, hanya 8 ton saja di tiap SPBU,” tuturnya.
Para sopir juga enggan mengisi di eceran karena harga lebih mahal. Termasuk harus membeli BBM jenis dexlite yang harganya jauh lebih mahal. “Selisihnya bisa sampai 4 ribuan dengan harga solar. Nanti yang teriak konsumen kami, karena pasti berpengaruh pada harga barang yang kami antar,” tuturnya.
Lukman, sopir lainnya mengaku, di Bontang sebenarnya, pasokan solar relatif lancar. “Ada saja stoknya setiap hari. Ini sudah didengar sopir lain di luar Bontang. Karena itu, banyak sopir luar Bontang antre juga di sini. Kami kan nggak bisa larang juga, karena mereka juga cari makan,” tutur Lukman yang tinggal di Jalan Mutiara Tanjung Laut, Bontang.
Boy, rekannya juga mengeluhkan hal yang sama. Dirinya rela tidur bermalam untuk mendapatkan solar. “Itu pun belum tentu kebagian,” tambahnya.
Sementara, petugas SPBU Tanjung Laut, Alfiansyah mengakui, pasokan dari Pertamina hanya 8 ton per hari. “Dalam beberapa bulan ini hanya dikirim 8 ton per hari. Kalau dulu biasanya sampai 16 ton per hari,” katanya.
Soal antrean, ia mengaku tak bisa melarang. Antrean pun diatur sopir sendiri. “Mereka sudah tahu, mana yang lebih dulu datang. Kami juga tak bisa membatasi. Biasanya ya sampai penuh tangkinya. Kami hanya larang kalau mereka minta diisikan jeriken,” tegasnya.
Bukan hanya di Bontang, antrean truk antre solar terjadi di beberapa kota. Seperti Sangatta, Samarinda maupun Balikpapan. Di Bontang antrean sering terlihat di SPBU PKT dan SPBU Tanjung Laut. Panjang antreannya bahkan bisa sampai 500 meter, sehingga mengakibatkan kemacetan.
Antrean truk ini telah menuai keluhan dari warga, karena deretan panjang truk ini membahayakan pengendara bermotor yang melintas dan menutupi tempat usaha yang berada di sepanjang jalan. Salah satunya adalah Kantor Dealer Toyota Auto 2000.
“Usul kepada dinas terkait, sebaiknya antrean BBM bisa dilakukan malam hari, supaya tidak mengganggu aktivitas usaha di sekitar pom bensin, karena kami ikut merasakan bahwa usaha kami juga tertutup antrian sepanjang hari dan berbulan-bulan,” ujar Kepala Cabang Auto 2000, Wahyudi Romadhon. (al/red)