spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

TMMD ke-122 di Desa Kerta Bhuana, Oase Pertanian di Tengah Kepungan Tambang

Desa Kerta Bhuana, menyimpan oase produktivitas dan semangat gotong-royong yang tak pudar meski dikelilingi hiruk-pikuk aktivitas tambang. Dengan suasana khas Bali yang hidup di setiap sudut, desa ini tak hanya dikenal tradisinya yang kental, namun juga sebagai lumbung padi yang berperan penting bagi ketahanan pangan Kalimantan Timur. Kini, melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-122, desa yang sempat terhambat oleh minimnya infrastruktur ini mulai mendapatkan angin segar. Kehadiran TMMD seolah menjawab doa petani yang selama ini berjibaku mengolah sawah, mengubah harapan mereka menjadi kenyataan.

Oleh: Ady Wahyudi
Jurnalis Mediakaltim.com

Tidak jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terdapat sebuah wilayah yang menjadi simbol kerukunan dan kekayaan budaya. Wilayah itu bernama Desa Kerta Bhuana, yang berada di Kecamatan Tenggarong Seberang.

Bukan sekadar permukiman biasa, desa ini menyimpan banyak cerita tentang toleransi antarumat beragama dan semangat menjaga tradisi leluhur. Saat pertama kali memasuki desa ini, setiap orang yang baru menginjakkan kaki di sana akan dikagetkan dengan suasana desa yang kental dengan atmosfer Pulau Dewata.

Hampir setiap halaman rumah dihiasi oleh deretan bambu yang dihiasi janur melengkung, tampak seperti lorong ucapan selamat datang. Selain memasang janur, hampir tiap ruang juga memiliki pura dengan berbagai bentuk, mulai dari yang sederhana hingga penuh dengan ornamen. Dari sini tergambar jelas bahwa mayoritas masyarakat di sana beragama Hindu.

Namun, pura bukanlah satu-satunya tempat ibadah yang bisa kita jumpai di sana. Di desa yang dihuni oleh 5.629 jiwa itu juga terdapat banyak tempat ibadah lain seperti masjid dan gereja. Bahkan, tak jarang lokasinya berdiri berdampingan dengan tempat ibadah lain tanpa pernah sekali pun memicu gesekan.

Desa Kerta Bhuana merupakan kawasan transmigrasi yang dibangun pada era Presiden Soeharto tahun 1980. Saat itu, sebanyak 250 kepala keluarga dari Bali didatangkan untuk menghuni kawasan ini. Awalnya, desa ini adalah bagian dari Desa Embalut, namun seiring berjalannya waktu, kawasan ini dimekarkan menjadi Desa Kerta Bhuana.

Kawasan ini dikenal luas di Kalimantan Timur (Kaltim) karena berhasil melestarikan budaya Bali dengan sangat baik, meski berada di perantauan. Setiap menjelang Hari Raya Nyepi, Desa Kerta Bhuana menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar.

Warga dari berbagai daerah berdatangan untuk menyaksikan upacara adat dan pawai ogoh-ogoh yang diselenggarakan di desa ini, menciptakan suasana yang mirip dengan perayaan Nyepi di Pulau Bali. Desa ini seperti secuil Bali yang terlempar jauh ke tengah hutan Kalimantan.

Tak hanya kaya akan budaya, Desa Kerta Bhuana juga dikenal sebagai salah satu sentra pertanian terbaik di Kaltim. Warga desa ini telah lama menjadi penyedia utama beras bagi masyarakat Kutai Kartanegara dan sekitarnya.

MENYULAP SAWAH DARI RAWA 

Senin, 28 Oktober 2024, saya berkesempatan bertemu dengan Nyoman Derman, seorang pria berusia 63 tahun yang dikenal karena keberaniannya memperjuangkan hak-hak warga desa di tengah maraknya aktivitas tambang.

“Di mana rumah Pak Nyoman Derman,” tanya saya pada beberapa pria yang sedang membangun pondasi rumah. Sontak pekerja yang saya tanyai kemudian menunjuk seorang pria yang sedang sibuk mengaduk semen.

Ia mengenakan kaus hitam dan kain yang melindungi kepalanya dari terik matahari. Sesaat setelah memperkenalkan diri, Nyoman kemudian mengajak saya masuk ke sebuah pura kecil di dekat lokasi pengerjaan untuk berbincang.

Di dalam pura itu, terdapat bengkel pembuatan ornamen dan hiasan khas Bali untuk kebutuhan spiritual. Di sela-sela aktivitas para pekerja yang sedang mengukir, Nyoman menyuruh saya duduk di atas tumpukan batu bata yang tersusun rapi. Kami berbincang diiringi alunan musik daerah Bali yang menambah suasana khas.

Nyoman pun mulai bercerita tentang bagaimana ia tiba di Kerta Bhuana bersama keluarganya pada tahun 1980 sebagai peserta program transmigrasi. Meski jauh dari kampung halaman, ia dan para warga Bali lainnya berhasil menciptakan suasana Pulau Dewata yang hidup di tanah Kalimantan.

“Kami berusaha menjaga adat dan budaya Bali di sini, karena itu adalah warisan nenek moyang kami,” ungkapnya sambil tersenyum.

Selain menjaga budaya yang diwariskan, tekad untuk mengelola lahan yang diberikan pemerintah saat ia mengikuti program transmigrasi pun terus dipertahankan sampai hari ini.

“Saya ikut program transmigrasi oleh pemerintah disuruh bertani. Itu tugas untuk saya dan itu lah yang terus saya jalankan,” tegasnya.

Komitmen untuk terus merawat lahan pertanian di desanya merupakan kewajiban baginya. Apalagi lahan yang ia garap saat ini merupakan buah keringat pengelolaan lahan yang dilakukannya selama puluhan tahun. Tak heran jika ia begitu mencintai petak demi petak sawahnya.

“Saya datang ke sini masih rawa gambut, dalamnya sekitar dua meter. Lahan itu lah yang kami olah jadi sawah sekarang ini,” ungkapnya.

Pada awal kedatangannya, lahan yang dibagikan untuknya itu tidak dapat dikelola karena masih berbentuk rawa gambut dalam. Lahan itu yang dikelola dengan tekun olehnya hingga bisa ditanami seperti sekarang ini.

“Ini bisa kami tanami seperti sekarang ini karena ada kemarau panjang di tahun 1997-1998. Rawanya kering dan kita bersihkan itu semua untuk membuat sawah,” ujarnya.

Suasana pembangunan jembatan penghubung jalan usaha tani yang dilakukan oleh prajurit TNI selama pelaksanaan TMMD ke-122 di Desa Kerta Bhuana. (Ady/Mediakaltim)

ANGIN SEGAR TMMD

Apa yang dikisahkan oleh Nyoman Derman ini jelas menunjukkan perjuangan dan dedikasi yang sangat tinggi dalam mengelola kawasan pertanian. Namun, permasalahan yang menghantui para petani di sana perlahan mulai sirna dengan kehadiran Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-122 di Desa Kerta Bhuana.

Agenda rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Kodim 0906/Kutai Kartanegara (KKR) sepanjang Oktober 2024 ini difokuskan pada pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat, khususnya petani. TMMD membawa harapan baru bagi warga yang telah lama menantikan perubahan terhadap kondisi lahan yang selalu mereka andalkan sebagai sumber penghidupan.

Peningkatan kualitas jalan usaha tani kini memungkinkan masyarakat memuat hasil panen dengan menggunakan kendaraan bermotor. Dampaknya jelas, dengan kehadiran jalan usaha tani ini biaya operasional pertanian terpangkas 25 hingga 40 persen dari biasanya.

Tak hanya itu, TMMD juga sukses memberikan dampak sosial lebih jauh pada sektor pertanian dengan menghadirkan 4 titik sumur bor dan satu pintu cek dam air. Pembangunan itu jelas membawa harapan baru bagi kawasan pertanian di sana. Mengingat hampir seluruh lahan pertanian di Desa Kerta Bhuana merupakan lahan tadah hujan. Kehadiran sumber pengairan sawah ini membuka asa bagi petani untuk bisa menanam padi sebanyak tiga kali dalam setahun.

“Kalo ada sumber pengairan untuk area persawahan, sepertinya memang panen tiga kali dalam setahun bukan lagi sekadar mimpi bagi kami,” sebutnya.

Suasana pengerjaan tempat penampungan air bersih dan toilet bagi masyarakat di Desa Kerta Bhuana yang dilakukan oleh personel TNI selama kegiatan TMMD ke-122. (Ady/Mediakaltim)

Sementara itu, Kepala Desa Kerta Bhuana, I Dewa Ketut Adi Basuki, menyebutkan bahwa program TMMD ini akan membawa dampak positif yang luar biasa. Bersama prajurit TNI, warga desa bahu-membahu membangun sejumlah fasilitas vital penunjang pertanian di desanya.

Program TMMD ke-122 ini telah memberikan peluang baru bagi desa yang sebelumnya terbelakang dalam akses dan fasilitas, memperkuat ketahanan pangan, serta meningkatkan kesejahteraan para petani. Ia juga mengatakan bahwa jalan usaha tani yang dibangun TNI bersama masyarakat secara konkret menghubungkan area persawahan 330 petani di Desa Kerta Bhuana.

“Setelah adanya TMMD, produktivitas pertanian diperkirakan akan mengalami peningkatan. Kami juga berencana memperluas area pertanian dengan memanfaatkan lahan bekas tambang seluas 92 hektare,” ungkap Kepala Desa dengan penuh optimisme.

Dijelaskan oleh Dandim 0906/KKR, Letkol Czi Adi Damai Setiawan, selama menjalankan program TMMD ke-122 di Desa Kerta Bhuana, pihaknya membangun jalan usaha tani sepanjang 3.200 meter. Akses jalan ini diharapkan memberikan dampak langsung kepada 22 kelompok tani dengan total anggota mencapai 330 orang.

“Selain jalan, TNI juga membangun 12 unit jembatan, 4 gorong-gorong, 4 sumur TNI Manunggal Air Bersih (TMAB), dan satu pintu cek dam air,” jelas Letkol Czi Adi Damai Setiawan.

Selain sasaran utama, program ini juga memiliki sasaran tambahan berupa pembangunan tiga unit sumur bor TMAB masyarakat, tiga unit toilet umum, rehabilitasi tiga unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), penanaman 4.000 pohon, dan renovasi musala.

Program-program tersebut dirancang untuk mendukung kesejahteraan jangka panjang, mulai dari pencegahan stunting yang krusial bagi generasi mendatang, pelatihan kader posyandu dan PKK untuk meningkatkan pelayanan kesehatan desa, hingga penyuluhan wawasan kebangsaan yang memperkuat rasa persatuan.

Tidak hanya itu, prajurit TNI juga melakukan sosialisasi rekrutmen calon prajurit dan penyuluhan hukum untuk menciptakan ketertiban dan ketenteraman di kalangan masyarakat.

“Semua warga antusias. Kami berharap melalui peningkatan sektor pertanian ini, Kukar dapat turut menyuplai kebutuhan pangan Ibu Kota Nusantara (IKN). Karena tugas TNI tidak hanya menjaga pertahanan, tetapi juga menjaga ketahanan pangan bangsa,” tegas Letkol Adi.

Gambaran kawasan pertanian di Desa Kerta Bhuana yang berdampingan langsung dengan kawasan pertambangan batu bara. (Ady/Mediakaltim)

APRESIASI BHAKTI TNI

Di sisi lain, Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Kutai Kartanegara, Bambang Arwanto, juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada TNI atas kontribusinya dalam mengembangkan Desa Kerta Bhuana.

Ia menilai bahwa pemilihan desa ini sebagai lokasi program TMMD sangat tepat, terutama dalam mendukung visi-misi Kukar Idaman yang berfokus pada pertanian berbasis kawasan.

Kukar, yang memiliki ambisi besar untuk menjadi lumbung pangan Kalimantan Timur dan Ibu Kota Nusantara (IKN), sedang mengembangkan lima kawasan lumbung pangan yang tercatat dalam RPJMD 2021-2026, salah satunya di Tenggarong Seberang.

“Saya sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kehadiran TNI. Jika konektivitas antar desa dapat terwujud, dengan dukungan akses jalan usaha tani yang baik dan irigasi yang memadai, kami optimis Kukar akan mampu menjadi lumbung pangan yang kuat dan dapat diandalkan,” ujar Bambang penuh keyakinan.

Program TMMD ke-122 ini bukan sekadar membangun infrastruktur, tetapi turut menguatkan ketahanan sosial dan ekonomi di Desa Kerta Bhuana.

Kini, para petani semakin optimis akan masa depan mereka, yakin bahwa Desa Kerta Bhuana akan terus menjadi oasis pertanian di tengah hutan Kalimantan, mengukir kisah baru dalam perjalanan panjang pembangunan dan kemandirian.

Editor: Agus Susanto

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti