Beranda BONTANG Tinjauan Vaksinasi dari Sudut Pandang Psikologi

Tinjauan Vaksinasi dari Sudut Pandang Psikologi

0
Elfrida Sentyana Siburian

Tahun 2020 adalah tahun yang menghebohkan seluruh dunia karena munculnya temuan baru yaitu virus corona atau covid 19. Fakta menarik terkait covid ini adalah bahwa sebenarnya ini ada di tahun 2019 yang baru kita rasakan dampak dan kehadirannya pada Maret 2020. Covid 19 adalah virus menular yang disebabkan oleh jenis virus corona yang diduga berasal dari Wuhan Cina.

Pandemic tersebut tentunya menjadi tantangan yang pada akhirnya meresahkan masyarakat. Menindaklanjuti hal tersebut berbagai kebijakan diluncurkan mulai dari menjaga jarak, rajin cuci tangan, menggunakan masker jika bepergian dan tetap menghindari kerumunan. Dalam perkembangannya ternyata ada berbagai varian baru dari virus covid 19 mulai dari virus inggris alpha varian, virus corona afrika atau beta sampai kepada varian India atau Kappa.

Dalam memerangi polemic tersebut pemerintah menemukan jalan keluar yaitu vaksinasi. Inilah yang menjadi respon utama untuk pandemic covid 19 walaupun masih terlihat ketimpangan dalam pelaksanaannya. Sebuah laporan dari jurnal Nature Human Behaviour menyebutkan bahwa terhitung tanggal 7 April 2021 sebanyak 710 juta dosis penyuntikan vaksin sudah dilakukan secara global di 169 negara.

Vaksin sendiri berasal dari bagian bakteri atau  virus yang menyerang manusia, yang mana bagian tersebut dilemahkan dan disuntikkan ke dalam tubuh manusia dengan harapan tubuh akan membentuk antibody terhadap paparan bakteri atau virus yang asli sebagaimana dijelaskan oleh WHO.

Pada sidang umum PBB tepatnya tanggal 23 September 2020 Presiden Joko Widodo pertama kali mengatakan bahwa vaksin yang sedang diproduksi ini akan menjadi semacam game changer yang digunakan untuk berperang melawan pandemic Covid19 ini dalam CNN Indonesia, 2020. Tepat 13 Januari 2021 Presiden Jokowi merupakan orang pertama yang divaksin di Indonesia. Adapun jenis vaksin yang telah sampai ke Indonesia sampai sekarang ini yaitu Sinovac, AstraZaneca, Moderna, Pfizer dan Sinopharm.

Dengan beredarnya berbagai jenis vaksin, membuat masyarakat semakin ragu dan tetap menolak. Berbagai alasan  dilontarkan mulai dari kekhawatiran kesehatan hingga alasan agama. Ada pula yang mengatakan bahwa akan terjadi over load pada system imunitas tubuh dikarenakan beragamnya vaksin yang akan disuntikkan ke dalam tubuh. Hal ini belum termasuk dengan kekhawatiran yang muncul dari berbagai teori konspirasi terkait isu politik, hanya untuk kepentingan obat obatan hingga isu genosida seperti yang tercatat di Poland dan Jacobson 2001.

Berdasarkan hasil survey SMRC menyebutkan kepercayaan warga atas keamanan vaksin tidak begitu meyakinkan menjelang program vaksinasi akan berjalan. Pada 2021 terdapat tingkat kepercayaan public 53,1 persen sangat percaya dan 43,3 kurang percaya dan ada yang tidak percaya sama sekali. Berdasarkan informasi kajian tersebut diperoleh hasil bahwa persepsi masyarakat terhadap covid 19 tercipta dari banyaknya informasi yang simpang siur mengenai vaksin dan banyaknya media yang memberitahukan vaksin tak sesuai fakta dan kurangnya respon yang diberikan pemerintah terhadap isu isu negative seputar vaksin covid.

Persepsi yang sudah dibentuk dalam pikiran seseorang nantinya akan dilontarkan berdasarkan perasaan, kemampuan berfikir, dan pengalaman  yang  pernah  dirasakan  individu.  Pada attribution  theory kita mengenal istilah konsensus, Kelly (1967) bahwa semakin tinggi konsensus suatu kelompok maka suatu perilaku dapat didistribusikan secara eksternal.

Ini artinya, individu akan merasa mendapat tekanan dari luar (situational attributions) ketika suatu nilai yang dipercayainya bertentangan dengan nilai mayoritas yang berlaku di lingkungan sosial, dan tidak menutup kemungkinan bahwa individu tersebut kemudian akan menganut nilai yang bertentangan dengan apa yang telah dipercayai sebelumnya.

Psikolog Ivon menyatakan bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor penentu pro atau kontranya sikap individu terhadap vaksin COVID-19. Dengan adanya kehadiran vaksin juga sikap dan perilaku masyarakat berbeda karena perbedaan profil psikologis yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan social. (**)

Oleh: Elfrida Sentyana Siburian, Mahasiswa Universitas Mulawarman, Program Studi Ilmu Komunikasi

Referensi

  • https://fpscs.uii.ac.id/blog/2020/12/28/vaksin-dan-pandemi-covid-19 https://www.ugm.ac.id/id/berita/20906-membaca-persepsi-masyarakat-terhadap-vaksin-covid-19 Kiling Indra, Yohannes Dkk. Jurnal Psikologi Social 2021 Vol.19, No.02
  • Muhammad, Farhan dkk. Pembentukan Persepsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi President University Tentang Vaksinasi Covid 19. Dynamic Media, Communications, And Culture 2021

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version