TENGGARONG – Setelah sempat selama beberapa bulan dinyatakan zona hijau penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kini, sebanyak 115 ekor sapi di Kutai Kartanegara (Kukar) teridentifikasi mengidap penyakit PMK. Kasus PMK di Kukar ditemukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, sejak akhir Agustus 2022.
Dari 115 ekor sapi yang dinyatakan suspek PMK, paling banyak ditemukan di Kecamatan Loa Janan sejumlah 63 ekor. Akibatnya, 4 ekor anak sapi mati, sedangkan 3 ekor dipotong paksa karena kuku sapi mulai terlepas. Sedangkan 45 ekor dinyatakan sembuh, sementara sisanya masih dalam proses penyembuhan.
“Kalau sampai kukunya sudah lepas tidak bisa lagi kita lakukan pengobatan,” ujar Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Distanak Kukar, Aji Gazali Rahman, beberapa waktu lalu.
Disebutkannya, pengobatan terhadap ternak yang terkena PMK, dilakukan oleh Distanak Kukar, begitu ditemukan gejala-gejala yang mengarah ke PMK. Seperti keluar busa dari mulutn@, terdapat sariawan, dan luka-luka untuk segera diobati.
Distanak, lanjut Aji, memprioritaskan pengobatan pada sapi yang enggan makan, . Biasanya jika sudah diobati selama dua hari, sapi tersebut sudah mulai bisa makan.
“Karena Kukar banyak sapi ras Bali, jadi proses penyembuhannya lebih cepat dibandingkan sapi limosin, simmental, maupun brahman. Itu lambat penyembuhannya,” ungkap Gazali.
Dia menyebutkan pula, Distanak Kukar mulai menyuntikkan vaksin PMK. Dari 30 ribu vaksin yang dimiliki Pemprov Kaltim, Kukar mendapat jatah sebanyak 10 ribu dosis. Bahkan pemberian vaksin dosis pertama sudah dilakukan, dengan sasaran sapi yang masih sehat
“Sebenarnya vaksin yang diterima belum cukup, tapi daripada tidak divaksin sama sekali,” kata Gazali.=
Disebutkannya, Pemkab Kukar belum berencana melakukan pengadaan vaksin secara mandiri sebab masih menunggu stok dari pemerintah pusat. Selain PMK, beberapa ternak di Kukar dinyatakan positif mengidap penyakit jembrana, penyakit brucellosis dan penyakit ASF. (afi/adv)
