SAMARINDA – Nilai ekspor Kaltim dilaporkan mengalami peningkatan pada awal tahun ini. Jumlah komoditas yang diekspor pun ikut terdongkrak. Ada beberapa penyebab yang membuat kondisi ini terjadi. Satu di antaranya imbas perang Rusia dan Ukraina.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat, pada Februari 2022 nilai ekspor mencapai USD USD 2,01 miliar atau sekitar Rp 2,8 triliun (kurs Rp 14.000 per USD). Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya USD 1,08 miliar.
“Kenaikan ini disebabkan naiknya nilai ekspor semua barang migas,” demikian pelaksana tugas Kepala BPS Kaltim, Nur Wahid, dalam sebuah laporan yang diterima kaltimkece.id jaringan mediakalktim.com, Jumat, 1 April 2022.
Masih dalama laporan yang sama, peranan ekspor gas secara keseluruhan sebenarnya sangat kecil dibandingkan komoditas yang lain. Tapi, nilainya tembus USD 179,71 pada Februari 2022. Padahal, bulan sebelumnya hanya USD 72,55. Gas menjadi penyumbang tertinggi dari sektor migas yakni USD 159,18.
Sama seperti gas, nilai ekspor hasil tambang nonmigas provinsi ini juga meningkat. Dari USD 641,49 juta pada Januari 2022 menjadi USD 1.471,01 juta pada bulan berikutnya. Secara keseluruhan, nilai ekspor hasil tambang Kaltim menyumbang 68,35 persen.
Sebagai informasi, harga batu bara di bursa ICE Newcastle pada Januari 2022 mencapai USD 222,75 per ton. Harga itu meningkat jika dibandingkan Desember 2021 yakni USD 169,00 per ton. Adapun harga batu bara pada Februari 2022 sekitar USD 274,75 per ton.
Kepala Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim, Slamet Broto Siswoyo, mengaku tak kaget melihat peningkatan jumlah ekspor batu bara (salah satu hasil tambang nonmigas) dari Kaltim. Menurutnya, naiknya harga batu bara di pasar internasional serta tingginya permintaan dari luar negeri menjadi salah satu sebab kenaikan itu terjadi.
“India dan Cina sedang memerlukan banyak batu bara,” jelas Slamet melalui sambungan telepon, Selasa, 5 April 2022. Sedangkan jumlah ekspor migas, sambungnya, secara umum memang tidak besar. Namun, ia melihat, baiknya relasi antar-Indonesia dengan negara tujuan membuat migas Kaltim masih banyak diminati.
Bagusnya nilai ekspor emas hitam dan migas diperkirakan berlangsung hingga tiga tahun ke depan. Perang Rusia-Ukraina, kata Slamet, turut memberikan dampak positif bagi migas dari Indonesia, khususnya Kaltim. “Kami tidak mengharapkan perang. Cuma, faktanya, perang memberikan keuntungan untuk beberapa negara,” ucapnya.
Peningkatan ekspor ini tentu turut memberikan dampak positif juga buat Kaltim karena mendapatkan devisa atau dana bagi hasil dari hasil ekspor. Dengan begitu, sambung Slamet, APBN dan APBD ikut bertambah. Ia pun berharap, pembangunan di Kaltim ikut meningkat seiring meningkatnya APBN dan APBD. (kk)